(Sampah)-Apakah bisa diubah jadi sumber energy?
Sampah bisa bermanfaat dan memungkinkan berbahaya bagi masyarakat. Dari bbc-Indonesia.com kita bisa intip manfaatnya, monggo : Melalui Perpres No.18/2016, ditetapkan percepatan pembangunan pembangkit listrik berbasis sampah berteknologi proses thermal incinerator / pembakaran.
Sampah kota diharapkan jadi sumber energi terbarukan penghasilkan listrik dengan cara gasifikasi, pyrolysis, dan incinerator. Proses mengubah sampah jadi energi listrik ini dijelaskan Direktur Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, Rudi Nugroho.
“Truk pengangkutnya dikondisikan, begitu sampah masuk, ada mesin press, ditekan, sampah akan mampat. Airnya turun dan ditampung di truk itu”. Sesampainya sampah di lokasi pembuangan akhir, pecahan logam dan kaca dipisahkan, karena elemen itu menghambat pembakaran. “Baru diangkut robot, dimasukkan ke ruang bakar bersuhu 800-1000°C” kata Rudi.
Incinerator / pembakaran, menyisakan 10% dari sampah yang dibakar. Panas dari pembakaran dialirkan memanaskan boiler dan menghasilkan uap. Uap itu digunakan menggerakkan turbin menghasilkan listrik. Listrik ini didistribusikan / dijual ke PLN. “Prinsipnya seperti PLTU, berbahan sampah.
Hambatan teknologi ini sampah rumah tangga Indonesia cenderung basah dan nilai kalorinya rendah dan butuh lebih banyak tambahan batubara pembakar sampah. “Kalau kadar airnya tinggi dimasukkan ke ruang bakar, suhunya turun, sehingga pengeringan menurunkan kadar air (di sampah) itu penting”.
Implikasinya, pemerintah harus memikirkan truk2 sampah bisa memampatkan sampah dan mengurangi kadar air sebelum sampai pembuangan sampah akhir. Solusi lain, jika tidak dikeringkan, maka menjaga suhu ruang bakar tinggi, harus dilakukan penambahan bahan bakar. Langkah ini bukan solusi, malah menambah masalah, terutama soal biaya.
Mengubah sampah jadi energi bermetode incinerator / pembakaran ini umum di negara2 lain, namun fokus tekno ini lebih untuk menghilangkan sampah, dan bukan menghasilkan listrik. Sehingga listrik yang nantinya dibeli PLN berbiaya lebih tinggi dari energi listrik biasa, yaitu maksimum 18,5 sen per kwh.
Gas Metan
Selain incinerator, ada metode lain mengubah sampah jadi listrik, menggunakan penangkapan gas metan. Menurut peneliti dan pakar sampah Sri Bebassari, energi dari sampah lewat penangkapan gas metan lebih sedikit dibanding lewat sistem thermal atau pembakaran.
“Di landfill (TPA), kelemahannya, gas metannya tak stabil, belum tentu tiap hari ada. Minimal (alatnya) harus ada saluran gasnya, dan instalasi penangkap gasnya, dan instalasi power plant-nya,” ujar Sri. Dia bandingkan hasil listriknya, lewat penangkapan gas metan, dari 1000 ton sampah jadi 0,5-1 MW, lewat incinerator, 1000 ton sampah menghasilkan 12 MW.
Rudi dan Sri menegaskan dalam mengubah sampah jadi energi, listrik tak boleh dilihat sebagai hasil yang dituju, melainkan hanya bonus. (Isyana Artharini)
Monggo lengkapnya klik aja : (http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2016/06/160613_majalah_sampah_sumberenergi)-FatchurR