Makanan Tradisional Mulai Punah Dan Membuat Anda Muda Kembali(2/4)
(gudeg.net)- 3-Jenang Krasikan
Lain ladang lain belalang. Lain lubuk lain ikannya. Situasi itu terjadi di jenang krasikan. Meski tekstur dan rasa serupa namun beda wilayah penamaan berlainan. Di Jabar, makanan manis, lengket serta agak membal ini disebut dodol. Di Jawa Tengah dan sekitarnya dinamai jenang.
Jenang Krasikan atau disebut juga kue Ladu ini menjadi camilan favorit untuk oleh-oleh khas Jawa Tengah. Uniknya, makanan ini membuat penikmatnya merasakan sensasi yang berbeda. Dalam bahasa Jawa sebutannya ngeres atau seperti berpasir ketika dikunyah.
Selain itu cara memasaknya pun sangat unik. Bahan dasar berupa beras kentan dicampur santan, gula merah, serta parutan kelapa. Lalu, ketiganya dimasak di dalam satu periuk selama beberapa jam. Setelah mengental, adonan jenang itu diletakkan di wadah seperti loyang sampai dingin. Proses terakhirnya dipotong-potong sesuai selera. Biasanya hanya persegi panjang, lalu dibungkus plastik bening.
Untuk mendapatkannya, Anda bisa mengunjungi beberapa tempat oleh-oleh. Harganya bervariasi, tergantung ukuran dan “nama besar” pembuatnya. Sedangkan bagi yang ingin langsung mengunjungi “markas besar” pengrajinnya bisa datang ke rumah ibu Sunarti di Dusun Glagah, Desa Sirahan, RT 19, RW 05, Salam, Magelang, Jawa Tengah. Atau menghubungi nomer 0813 2887 9887.
4-Kuping gajah
Makanan kecil berentuk bulat dengan lingkaran hitam-putih ini memang termasuk legenda. Selain biasa disuguhkan saat Idul Fitri dan Idul Adha, makanan ini juga laris manis jadi kudapan saat arisan di lingkungan rumah tangga.
Kuping gajah sendiri ada dua motif yaitu hitam bergaris putih dan putih kekuningan bergaris putih. Saat ini sedang nge-trend yang warnanya hitam. Keduanya sama-sama terbuat tepung terigu, margarin, gula bubuk, garam, vanili bubuk, telur ayam serta santan kental.
Harga satu kilogram kuping Rp 40.000. Saat ini Kuping Gajah relatif mudah ditemui terutama di pasar-pasar tradisional seperti pasar Kotagede atau Beringharjo di Yogyakarta.
5-Endog gludug
Jika diartikan satu persatu, nama Endog Gludug terdengar gahar. Endog dalam bahasa Jawa berarti telur. Sedangkan gludug bermakna gemuruh. Kalau digabungkan jadi telur yang bergemuruh. Wuih, selain serem juga absurd ya?
Nama lainnya pia telur gajah. Salah satu penjual makanan di pasar Kotagede menyebutnya sebagai pia telur penyu. Istilah itu muncul karena jajanan ini mirip kue pia dengan ukuran yang lebih besar. Sedangkan dikaitkan dengan “telur penyu” karena secara visual bulat dan putih mirip dengan telur hewan amfibi itu.
Menurut beberapa sumber, endog gludug ini banyak terdapat di kota Banyumas, Purwokerto serta Purbalingga. Namun, di pasar-pasar di provinsi Yogyakarta juga ada.
Bahan pembuatnya hampir sama dengan pia yaitu tepung terigu. Setelah beberapa bahan dicampur, pia ini lalu dibakar menggunakan oven bata berbentuk silinder. Campuran antara tepung terigu dan gula merah dilekatkan di dinding tungku. Setelah melembung karena panas, adonan itu akan berbentuk setengah telur. Agar tidak gosong atau meletus, maka si pembuat harus segera mengangkatnya.
Setelah matang dan dingin, kita akan mendapatkan Endog Gludug yang garing di luar tapi renyah di dalam. Saat ini selain berisi gula merah, ada berbagai rasa varian seperti bawang, nangka bahkan durian. Untuk membelinya, Anda cukup merogoh kocek Rp 8000 per bungkus.
(Albertus Indratno; Bahan dari : https://gudeg.net/read/8499/10-makanan-tradisional-yang-mulai-punah-namun-membuat-anda-serasa-muda-kembali.html)-FatchurR * Bersambung……..