- Alumni-Buletin MA-Kenangan-Ide (71)
- Berita Duka (200)
- Budaya-Wisata-Kuliner (1,543)
- Ebook Gratis (2)
- Hobi-ketrampilan n Pengalaman (363)
- IPTEK/Aku cinta Indonesia (3,368)
- Kesehatan n OR (1,493)
- Lingkungan hidup (212)
- Maju bersama IAMDP n Materdei (399)
- Muda-di Rona n Prest (1,188)
- Pay Per Click (2)
- Photography (9)
- Photoshop (1)
- Psychological (1,923)
- Reliji Kristiani (291)
- Rohani Islam (142)
- Selingan dan Guyonan STMJ (2,355)
- Sidebar Photoblog (12)
- Uncategorized (1,691)
- Sewa Mobil Surabaya on Bahaya Ranitidin Obat Asam Lambung-Ditarik BPOM
- Sewa Mobil Surabaya on Pantai terindah di Bali(1/5)
- fatchurr on Cara Daftar
- Harry Reksosamudrasam7 on Gara2 Salah Sambung Ke Polisi Pria Itu Ditangkap
- Harry Reksosamudrasam7 on Tips Seputar Lapar-Makanan Dan Minuman
- Harry Reksosamudrasam7 on Mantan Guru Di Desa Jadi Triliuner Dari Aplikasi
- Harry Reksosamudrasam7 on Huawei Luncurkan Harmony OS
- Harry Reksosamudrasam7 on Jajanan Pasar Ikuti Cita Rasa Milenial
- Harry Reksosamudrasam7 on Kemenpan RB Wacanakan ASN Bekerja Di Rumah
- Septian Adi Putra on Cara Daftar
- Harry Reksosamudrasam7 on Menunggu si Cantik berkebaya
- Harry Reksosamudrasam7 on Indonesia Menggenjot Ekspor Pisang Ke Jepang
- Harry Reksosamudrasam7 on Laut Bikin Tubuh Lebih Sehat
- Harry Reksosamudrasam7 on Bocah 7 Tahun Ke Sekolah Berbaju Kotor-Tanpa Alas Kaki
- Harry Reksosamudrasam7 on CEO Transmedia Wanita Berkarir Sukses
Menunggu si Cantik berkebaya
(Lelaki Tua Di Schipol)-Sudah sebulan lebih tiap akhir pekan di pintu kedatangan Schipol Airport lelaki tua yg berdiri di antara penjemput penumpang pesawat Garuda yg terbang dari Jakarta. Matanya tertuju pada tiap penumpang yg keluar dari pintu kedatangan, terutama penumpang perempuan.
Persis di pintu keluar itu ada cafe yg biasa dikunjungi penjemput sambil menunggu kedatangannya. Dan jika lelah pak tua itu pesan kopi sebelum pulang. Seorang mahasiswi cantik yang kerja paruh waktu sebagai pelayan cafe itu tak dapat menahan keingintahuannya. Sambil menyajikan kopi, dia bertanya:
“Bapak sedang menjemput seseorang? Ini minggu ke-5 Bapak di sini tanpa bertemu seseorang.”
Dengan lesu lelaki tua itu menjawab: “Tidak saya tidak menjemput seseorang, tapi saya ingin melihat seseorang dari Indonesia”.
“Siapa yg ingin Bapak lihat, saudara kah?”
“Aku ingin melihat siapa saja, tapi perempuan.”
“Bukankah banyak perempuan Indonesia yg keluar dari pintu sejak lima minggu yg lalu?”
“Tapi bukan mereka semua yg ingin aku lihat.”
“Lantas? ”
Sambil mengeluarkan foto lelaki itu berkata, “Aku ingin melihat perempuan yang berbusana seperti ini.”
Gadis cantik itu mengamati foto itu sambil memuji kecantikan dan keindahan busananya.
“Woow wat a mooi Meisje, ini busana apa?”
“Kain-kebaya, pakaian kebanggaan kami. Terakhir saya lihat perempuan berkebaya ini setengah abad yang lalu, di pernikahan kakak perempuanku.”
“Wah sudah setengah abad yang lalu, lamaaaa sekali”, kata gadis itu.
“Iya saya sudah 70 tahun, sebelum mati saya ingin melihatnya” lelaki itu berkaca kaca dan penuh harap.
“Iya semoga minggu depan Bapak temukan perempuan Indonesia berkebaya”, kata gadis menghibur.
Di minggu ke-10, lelaki tua itu menunggu. Kelesuan makin tampak. “Mungkin aku harus ikhlas menerima kenyataan dunia berubah”. Kegetiran mulai terasa. Ia dendam pada Indonesia yang membuang anak bangsanya, walau hal itu tidak pernah bisa menguburkan kecintaanya pada budaya Indonesia. Indonesia yang ia cintai berubah, mereka berubah selera. Lelaki tua itu merasa cintanya telah terkikis habis.
Ia merebahkan tubuhnya kembali di kursi cafe, pandangannya tertuju pada pintu keluar kedatangan, namun kosong. Tiba2 matanya terbelalak, di depannya berdiri sosok anggun berkebaya hitam dengan konde ya rapi memegang secangkir kopi. “Meneer dit is jou koffie, alstublief.”
Dengan senyum manis perempuan itu menyilahkan kopi hangat untuk lelaki tua itu.” Setelah sekian lama menatap baru ia sadar perempuan bule berkebaya itu gadis yang melayaninya setiap minggu di kafe itu. Mata lelaki itu membasah, air matanya menetes. Diraihnya dua tangan si gadis berkebaya itu, sambil berusaha beranjak berdiri.
Si gadis itu perlahan berkata, “Maafkan aku, aku tidak secantik dan seluwes di fotomu itu, hanya ini yang bisa kulakukan untuk menghargai cintamu yg besar pada budayamu”. Lelaki tua itu tak bisa ber-kata2 lagi, tubuhnya makin bergetar, dan gadis itu memeluknya dengan hangat. (BR Soetresno-72; Bahan dari : Grup WA sebelah; Amsterdam, 14 Juli 2019; S. Margana)-FR *
One Response to Menunggu si Cantik berkebaya
Leave a Reply Cancel reply
UD. Setiadarma-Surabaya Sidharta Krisnamurti HP. 08165419447
Jl. kedungsari 117-119 Surabaya
Telp. (62-31) 5312215-5353183-4
Fax. (62-31) 5312636
email: roda_mas888@yahoo.com
Buletin Media Alumni bag. 1, kilk disini
Buletin Media Alumni bag. 2, klik disini
buletin Media Alumni bag. 3, klik disini








Mmg wanita Indo jk berkebaya nampak anggun mearik, bgtlah namanya kultur kebanyakan sesuai betul dg lingkungan habitatnya. Kasihan bapak tua yg bgt lama berharap menemukan penumpang berpakaian kebaya tp nasib baik bertemu mahasiswi magang dikafe yg punya hati baik, mau mengupayakan berkebaya, shg melegakan si bapak.