Merasa Benar Walau Sejatinya Salah(1/2)

merasa benar(ideas.ted.com)-Pada (1894) sebuah surat yang telah di- sobek2 ditemukan di keranjang sampah oleh staf dari seorang Jenderal Prancis. Maka dilakukanlah investegasi besar2an untuk mengetahui siapa yang lewat bukti surat itu telah menjual rahasia militer Perancis ke pihak Jerman.

 

Dan kecurigaan kebanyakan orang mengarah pada Letkol. Alfred Dreyfus. Dia tidak punya track record tercela, tidak punya motif berkhianat. Ada dua hal yang membuat kecurigaan terhadap Dreyfus. Pertama, tulisannya mirip dengan surat yang ditemukan, dan lebih parah lagi, dia satu2nya pejabat militer yang Yahudi. Waktu itu, Militer Perancis dikenal anti Yahudi.

 

Lalu rumah Dreyfus digeledah, mereka tidak menemukan bukti apa pun. Tapi ini dianggap sebagai bukti betapa liciknya Dreyfus. Tidak hanya berkhianat, dia juga dengan sengaja menghilangkan semua bukti. Lalu mereka memeriksa personal history-nya, bahkan menginterview guru sekolahnya.

 

Ditemukan dia cerdas, menguasai 4 bahasa, dan punya memori yg sangat tajam. Maka ini pun dianggap sebagai “bukti” bahwa Dreyfus punya motif dan skill untuk kerja pada agen intelijen asing. Bukankah memang agen intelijen harus punya 3 skill itu? Benarkan?

 

Maka Dreyfus diajukan ke pengadilan militer, dan dinyatakan bersalah. Di depan publik, lencananya dilucuti, kancing baju dicabut, pedang militernya dipatahkan. Peristiwa ini dikenang sebagai “Degradation of Dreyfus”.

 

Saat diarak oleh massa yang menghujat dia, Dreyfus teriak, “Saya bersumpah saya tidak bersalah, saya masih layak untuk mengabdi pada negara, Hidup Perancis. Hidup Angkatan Darat”. Tapi semua orang tidak peduli dengan teriakannya, dan dia divonis penjara seumur hidup di Devil’s Island, pada 5/1/1895.

 

Mengapa serombongan orang pintar dan berkuasa di Perancis waktu itu yakin Dreyfus bersalah? Dugaan Dreyfus sengaja dijebak, ternyata keliru. Para sejarawan meyakini Dreyfus tidak dijebak, dia jadi korban dari fenomena yang disebut “Motivated Reasoning”.

 

Yaitu penalaran yang nampak logis dan rasional, padahal semua itu hanya upaya mencari Pembenaran atas suatu ide yang telah diyakini sebelumnya. Tujuannya? termotivasi untuk membela atau menyerang ide tertentu, bukan mencari Kebenaran secara jernih, dari pihak mana pun kebenaran itu berasal.

 

Kalau orang sudah mengeras sikapnya untuk sangat pro/anti partai politik tertentu, atau sudah terlanjur gandrung/benci sama seseorang, maka orang akan cenderung mengalami “motivated reasoning” ini. Apa pun pendapat orang lain yang dianggap musuh akan nampak salah di pikiran “rasional”.

 

Karena memang itulah hebatnya otak, selalu bisa menemukan alasan rasional kenapa mereka salah, dan saya benar. Orang akan bisa mencari 1000 bukti yang membenarkan sikap itu. Bahkan hal2 yang sifatnya netral tiba2 jadi nampak sebagai “bukti” dari kebenaran sikap ini.

 

Kalau hati dikuasai cinta/benci, dan berketetapan, pokoknya saya pro ini, anti itu, kita cenderung meyakini kebenaran segala pendapat yang mendukung pendapat kita, dan mengabaiakan  argumen yang berlawanan keyakinan kita. Kita jadi kehilangan akal sehat yang adil dan proporsional menyikapi segala hal. Para psikolog menyebut kesesatan pikir yang mewabah akhir2 ini: Confirmation Bias. 

 

Fenomena confirmation bias dan motivated reasoning ini jamak ditemukan di sekitar kita, kadang kita ikut jadi pelaku utamanya. Karena hampir semua dari kita mengambil sikap memilih partai tertentu, suka tokoh tertentu, punya agama/madzhab tertentu, mungkin jadi anggota fanatik supporter klub sepak bola tertentu. Semua menjadikan kita otomatis mudah  terjebak dalam 2 kesesatan pikir di atas.

 

By the way busway, bagaimana dengan nasib Dreyfus? Adalah Colonel Georges Picquart,  walau dia juga anti Yahudi, mulai berpikir, bagaimana jika Dreyfus tidak bersalah? bagaimana jika karena salah tangkap, penjahat sebenarnya masih berkeliaran dan terus membocorkan rahasia militer Perancis pada Jerman?

 

Kebetulan dia menemukan ada pejabat militer lain yang tulisan tangannya lebih mirip dengan surat yang ditemukan, dibanding tulisan Dreyfus. Singkat cerita, atas perjuangan Colonel Picquard, Dreyfus baru dinyatakan tidak bersalah 11 tahun kemudian.

 

Yang paling menakutkan dari Motivated Reasoning & Confirmation Bias ini, pelakunya sering tidak menyadari dan membela pendapatnya mati2an sambil menghujat pendapat lain yang berbeda, sehingga efeknya terjadi perang mulut, bahkan di beberapa negara, terjadi  genocida, dan perang saudara.

 

Maka bagaimana caranya agar kita bisa berpikir lebih adil dan jernih? Bagaimana agar kita selamat dari 2 sesat pikir di atas? agar kita bisa membuat prediksi yang akurat, membuat keputusan yang tepat, atau sekedar membuat good judgement? (Cempal Pins; Source : https://ideas.ted.com/why-you-think-youre-right-even-when-youre-wrong/amp/ dan https://www.pinterest.fr/pin/492581277989997755/)-FatchurR * Bersambung………

One Response to Merasa Benar Walau Sejatinya Salah(1/2)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Langganan Artikel Gratis
Dengan mendaftarkan alamat email dibawah ini, berarti anda akan selalu dapat kiriman artikel terbaru dari Alumnimaterdei

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Anda pengunjung ke
UD. Setiadarma
Best PRICE, Best QUALITY & Best for YOU! Setiadarma

UD. Setiadarma-Surabaya Sidharta Krisnamurti HP. 08165419447

Percetakan Offset Sidoyoso
Jl. Kedung Cowek 205 Surabaya (0351) 3770001-3718318 Fax. 3763186
Bosch
Bosch Jl. kedungsari 117-119 Surabaya Telp. (62-31) 5312215-5353183-4 Fax. (62-31) 5312636 email: roda_mas888@yahoo.com
Download Buletin Media Alumni Edisi 2
Buletin-MA-utk.-Widget Buletin Media Alumni bag. 1, kilk disini Buletin Media Alumni bag. 2, klik disini buletin Media Alumni bag. 3, klik disini
Alamo
alamo
Download Buletin
buletin-IAMDP 8 Download Buletin klik pada Gambar
Sahabat kita