Tuhan-Berilah Satu Jam Saja(4/4 )

taman-bunga-di-australia4Panjangnya ±180mt dan hanya kekumuhan tampak dari sisi ke sisi, dari ujung keujung. Di tengah2 jalan itu, di depan puing-puing toko, tampak beberapa onggokan sampah dan kantong2 plastik, dan di tengah2nya, terbaring seorang wanita tua dengan pakaian sehitam jelaga, tidak bergerak.
Mobil mereka berhenti di antara 4 mobil mewah lain dan 3 mobil polisi. Di belakang mereka sebuah ambulans berhenti, diikuti oleh 4 mobil rumah sakit lain. Dari kanan kiri muncul pengemis2 yang segera memenuhi tempat itu. “Belum bergerak dari tadi.” lapor salah seorang.

 

Pandangan Serrafona gelap tapi ia menguatkan diri meraih kesadarannya dan segera turun. Suaminya dengan sigap sudah meloncat keluar, memburu ibu mertuanya. “Serrafona, kemari cepat! Ibumu masih hidup, tapi kau harus menguatkan hatimu .” Serrafona memandang tembok di hadapannya, dan ingat saat di mana ia menyandarkan kepalanya ke situ.

 

Ia pandang lantai di kakinya dan ingat ketika ia pertama belajar berjalan. Ia membaui jalanan yang busuk, yang mengingatkan pada masa kecilnya. Air matanya mengalir ketika ia lihat suaminya menyuntikkan sesuatu ke tangan wanita yang terbaring itu dan memberinya isyarat untuk mendekat.
“Tuhan, ia meminta dengan seluruh jiwa raganya, beri kami waktu sehari, biarlah saya membiarkan mama mendekap saya dan memberitahunya selama 25 tahun ini hidup saya amat bahagia. Jadi mama tidak merasa telah menyia-nyiakan hidup saya”.

 

Ia berlutut dan meraih kepala wanita itu ke dadanya. Wanita tua itu perlahan membuka matanya dan memandang keliling, ke arah kerumunan orang2 berbaju mewah, ke arah mobil2 yang mengkilat dan ke arah wajah penuh air mata yang tampak seperti wajahnya ketika ia masih muda.
“Mama,” ia mendengar suara itu dan tahu yang ditunggunya setiap malam-antara sadar dan tidak-dan tiap hari-antara sadar dan tidak-kini telah menjadi kenyataan. Ia tersenyum dan dengan seluruh kekuatannya menarik lagi jiwanya yang akan lepas.

 

Perlahan ia membuka genggaman tangannya, tampak sebuah anting2 yang menghitam. Serrafona mengangguk dan tanpa peduli sekelilingnya ia berbaring di atas jalanan itu dan merebahkan kepalanya di dada mamanya.

 

“Mama, saya tinggal di istana dan makan enak setiap hari. Mama jangan pergi dulu. Apapun yang mama mau kita dapat melakukan bersama-sama. Mama ingin makan, ingin tidur, ingin bertamasya, apapun bisa kita bicarakan. Mama jangan pergi dulu… Mama…”
Ketika telinganya menangkap detak jantung yang melemah, ia berdoa lagi kepada Tuhan: “Tuhan Mahapengasih dan pemberi, Tuhan.. Satu jam saja.. Satu jam saja waktu supaya saya dapat bersama dengan mama..”

 

Tapi dada yang didengarnya kini sunyi, sesunyi senja dan puluhan orang yang membisu. Hanya senyum itu, yang menandakan penantiannya selama 1/4 abad tidak berakhir sia-sia. Tamat…………… (Harry SW; dari grup WA-AMD; sumber dari http://www.inspirasidaily.com/tuhan-beri-aku-waktu-satu-ja…/; 7 Desember 2014)-FR

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Langganan Artikel Gratis
Dengan mendaftarkan alamat email dibawah ini, berarti anda akan selalu dapat kiriman artikel terbaru dari Alumnimaterdei

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Anda pengunjung ke
UD. Setiadarma
Best PRICE, Best QUALITY & Best for YOU! Setiadarma

UD. Setiadarma-Surabaya Sidharta Krisnamurti HP. 08165419447

Percetakan Offset Sidoyoso
Jl. Kedung Cowek 205 Surabaya (0351) 3770001-3718318 Fax. 3763186
Bosch
Bosch Jl. kedungsari 117-119 Surabaya Telp. (62-31) 5312215-5353183-4 Fax. (62-31) 5312636 email: roda_mas888@yahoo.com
Download Buletin Media Alumni Edisi 2
Buletin-MA-utk.-Widget Buletin Media Alumni bag. 1, kilk disini Buletin Media Alumni bag. 2, klik disini buletin Media Alumni bag. 3, klik disini
Alamo
alamo
Download Buletin
buletin-IAMDP 8 Download Buletin klik pada Gambar
Sahabat kita