Bukan Masalah Berapa, Tapi Gimana

pegawaiAlhamdulillah, minggu ini saya berkesempatan mengunjungi Sumbawa untuk membantu sebuah perusahaan yang sedang efisiensi pegawai. Teman, pernahkah terpikir, siapkah kita apabila saat ini harus kehilangan pekerjaan yang selama ini menjadi satu-satunya sumber pendapatan penopang ekonomi keluarga?

Sekadar informasi, perusahaan ini cukup peduli dengan karyawannya yang terpaksa dilepas. Hal itu ditunjukan dengan tidak hanya mengundang konsultan keuangan, tetapi juga pemasok tenaga kerja agar menerima curriculum vitae (CV) para karyawan. Bahkan psikolog pun dilibatkan.

Namun tentu saja, respons para karyawan berbeda-beda. Bagi yang memiliki backup plan mungkin lebih bisa menerima. Untuk yang tidak siap, apalagi selama ini menghabiskan mayoritas gajinya untuk membayar utang, pasti sangat berat.

Bagi yang sudah siap dengan keputusan tersebut, ada juga yang senang karena akan menerima pesangon yang cukup besar. Mereka bersemangat untuk konsultasi dengan kami. Sekadar bertanya, apakah rencana mereka cukup tepat dalam mengalokasikan dana pesangon tadi.

Bagi kelompok yang belum siap, wajahnya masam dan tampak gelisah. Mereka cenderung tak banyak bicara.

Bagi konsultan keuangan, tentu juga terasa berat untuk bisa tetap memberikan pandangan positif terhadap masa depan mereka. Rata-rata golongan wajah masam ini menolak berkonsultasi dengan kami. Kebanyakan dari mereka masih memiliki kewajiban yang harus dipenuhi.

Padahal kehadiran kami ingin berusaha memberikan solusi kepada mereka untuk mencari jalan terbaik yang bisa dilakukan dengan uang pesangon yang jumlahnya cukup besar, bahkan ada yang mencapai miliaran.

Menurut saya, ada satu hal yang menarik di sini. Terbukti, banyaknya aset atau kekayaan yang kita miliki, tidak bergantung dengan besaran gaji kita. Bukan berarti gaji besar bisa menabung dan gaji kecil sulit melakukannya. Ada dua kasus yang bisa kita bandingkan dari hasil konsultasi saya di Sumbawa ini.

Bapak E, 38 tahun, posisinya sebagai staf dengan gaji Rp12 juta per bulan. Bapak M, 48 tahun, senior manajer dg gaji Rp45 juta per bulan. Secara rasional kita tentu menganggap Bapak M lebih kaya daripada Bapak E.

Ternyata, mengukur kekayaan tidak dapat dilakukan dengan melihat besarnya pendapatan. Kalau kita masih melihat besarnya pendapatan, seumur hidup kita tidak akan berhenti bekerja untuk uang!

Setelah ditelusuri, ternyata Bapak E memiliki aset sangat besar. Selain tabungan, ada beberapa hektar tanah plus jati siap panen, tanah yang dijadikan peternakan sapi dan kuda, tanah sawah, dua unit rumah, serta kendaraan yang disewakan.

Semua asetnya produktif! Beliau pun kaget saat menelusuri nilai asetnya yang ternyata telah bernilai Rp2,6 miliar.

Bapak M dengan gaji Rp45 juta, memiliki gaya hidup manajer yang dirasa harus dimiliki. Main golf di Bali menjadi hobi rutin. Anaknya kuliah di luar kota. Kebutuhan tempat tinggal dan mobil untuk anak sudah dipenuhi.

Dengan gaji yang besar, sebetulnya setiap bulan dia bisa menabung sekitar Rp15 juta. Namun tidak dilakukan. Setelah dihitung total aset yang dimiliki, ternyata nilainya Rp1,8 miliar. Sayangnya, semua masih dalam bentuk aset tidak produktif.

Pada kasus kedua bapak ini, apakah kita masih mengatakan bahwa Bapak M lebih kaya sari Bapak E? Kira-kira siapa yang lebih siap menghadapi masa pensiun? Pasti Bapak E.

So, tidak ada jaminan bahwa yang bergaji lebih besar pasti lebih kaya dari yang gajinya lebih kecil. Kekayaan seseorang diukur dari besarnya harta atau aset bersih yang dimiliki dikurangi besarnya utang.

Aset terbaik adalah ketika ia mampu bekerja untuk kita dan memberikan tambahan pendapatan secara rutin tanpa kita harus bekerja mengeluarkan energi terlalu besar. Itulah yang dinamakan passive income!

So it is not a matter of how much you earn, but how much you can save and make the money works for you. For all this, you need to have a financial literacy, you need to be more than what you are right now!

Kalau kita sudah merasa berpuas diri, maka seperti yang ada sekarang yang akan didapatkan. Apabila kita tidak melakukan perubahan atau menambah value untuk diri kita, maka tidak usah heran kalau kita merasa sudah bekerja begitu lama, tetapi keuangan gini-gini aja …

Get yourself financially educated! Have fund!
To Serenity,

Dwita Ariani, MM, RFA, RIFATwitter: @BundaWita
Financial educator dari Zelts Consulting

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Langganan Artikel Gratis
Dengan mendaftarkan alamat email dibawah ini, berarti anda akan selalu dapat kiriman artikel terbaru dari Alumnimaterdei

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Anda pengunjung ke
UD. Setiadarma
Best PRICE, Best QUALITY & Best for YOU! Setiadarma

UD. Setiadarma-Surabaya Sidharta Krisnamurti HP. 08165419447

Percetakan Offset Sidoyoso
Jl. Kedung Cowek 205 Surabaya (0351) 3770001-3718318 Fax. 3763186
Bosch
Bosch Jl. kedungsari 117-119 Surabaya Telp. (62-31) 5312215-5353183-4 Fax. (62-31) 5312636 email: roda_mas888@yahoo.com
Download Buletin Media Alumni Edisi 2
Buletin-MA-utk.-Widget Buletin Media Alumni bag. 1, kilk disini Buletin Media Alumni bag. 2, klik disini buletin Media Alumni bag. 3, klik disini
Alamo
alamo
Download Buletin
buletin-IAMDP 8 Download Buletin klik pada Gambar
Sahabat kita