Brazil, dan Masa Depan Indonesia

Sebelumnya saya menulis tentang Malaysia dan Tolok Ukur Indonesia, Nah tulisan berikut ini adalah pendapat saya tentang negara yang lebih ‘pantas’ menjadi benchmark bagi Indonesia. Pendapat pribadi.
Dari semua negara dengan populasi besar, dari
semua anggota G-20, dari semua anggota BRICs (Brazil, Russia, India, China, dan South Africa), Brazil adalah yang paling banyak punya kesamaan dengan Indonesia. Mari kita lihat kenapa Brazil lebih cocok menjadi benchmark, dan bukan Malaysia.
- Brazil, seperti Indonesia, adalah negara dengan populasi terbesar di wilayahnya. Brazil terbesar di Amerika Latin, Indonesia terbesar di Asia Tenggara.
- Brazil, seperti Indonesia, adalah negara dengan luas wilayah yang besar. Yang membedakan adalah karena Indonesia terpisah-pisah oleh lautan, sementara Brazil menjadi satu wilayah daratan yang besar.
- Brazil dan Indonesia adalah 2 negara pemilik sumber daya alam terbesar.
Nah, sebenarnya banyak lagi persamaannya. Tapi mari kita lihat ketimpangan antara ke dua negara, terutama dalam bidang ekonomi.
- Brazil mempunyai perusahaan minyak raksasa, dan masuk sebagai salah satu perusahaan terbesar di dunia, Petrobras. Indonesia punya Pertamina, namun secara kapitalisasi, dan produksi, Pertamina masih jauh dibawah.
- Vale, perusahaan pertambangan Brazil, adalah nomor 2 terbesar di dunia setelah BHP Billiton (Australia). Bagaimana dengan Antam (Aneka Tambang) Indonesia?
- Sementara PTDI di Indonesia masih kembang kempis dan mulai merangkak, Embraer di Brazil sudah menjadi pemimpin di pasar pesawat berbadan sedang. Produknya dipakai dimana-mana.
Dan masih banyak lagi. Namun, satu hal yang perlu saya garis bawahi adalah bahwa Indonesia, sudah mempunyai apa yang Brazil punya. Seperti 3 contoh di atas, yang perlu kita lakukan adalah membangun kapasitas manusia2 kita, dan menjadikan Pertamina, PTDI, dan Antam, perusahaan-perusahaan sekaliber Petrobras, Embraer, dan Vale.

Bukan begitu?
Pasti banyak yang skeptis dan pesimis. Tapi ketahuilah, tahun 80-an dan 90-an, selain sepakbola dan festival Rio-nya, orang mengenal Brazil sebagai negara dengan tingkat kriminalitas tinggi, kemiskinan merajalela, korupsi tinggi, dan sebagainya. Kita merasa seperti itu sekarang ini.
Kalau Brazil bisa, Indonesia tentu bisa!
Ada satu lagi yang belum disebutkan soal keunggulan Brasil, Produsen kedele terbesar di dunia, juga beberapa hasil pertanian lainnya. Seperti di Indonesia, biaya pembangunanya adalah perusakan secara sistimatis wilayah Amazone maupun suku terasingnya. Kerusakan budaya yang merata membuat jurang kaya miskin semakin melebar dan perpolitikan yang semakin dikuasia orang kaya.
Saya pernah berbicara lama di LA dengan Ilmuwan Belanda bidang Politik dan Ekonomi Pembangunan. Sampai ayahnya adalah orang Belanda yang lahir dan dibesarkan di Indonesia, dia lahir di Indonesia, usia 3 tahun ikut seluruh keluarga hijrah ketanah leluhurnya di Belanda. Sekarang jadi Profesor tamu dibeberapa Negara. Menurut dia yang diperlukan Indonesia sekarang adalah seperti Negara maju seumumnya. Nation Building dulu, system berbangsa dan bernegara dibenahi sesuai dasar falasfah negeri mesing masing. setelah itu pembangunan digenjot oleh anak bangsa sendiri yang punya nasionalisme. Investasi luar negeri hanya bisa dimanfaatkan bagi kemakmuran Bangsa dan bernegara kalau Bangsa itu sudah maju dalam berBangsa dan Bernegara. Kalau tidak akan jadi negeri merdeka yang dijajah Asing dan korupsi merajalela, ditangan orang belum siap merdeka yang berkuasa. Kemajuan ekonomi hasil pembangunan malah memiskinkan sebagian besar rakyat dan sumberdaya alam, karena sifatnya yang kaya hanya menjarah. Saya beritau dia istilah Bung KARNO yang cocok bagi kondisi ini: ” Neokolonialism “, dia bilang itu istilah tepat, akan saya pakai dalam essay saya nanti. Saya bangga juga mendengar response nya.
Nah kapan Indonesia bias lepas landas bagi segenap anak Bangsanya?