Keripik biji durian inovasi Sapril
MedanBisnis-Medan. Durian salah satu buah andalan Medan selalu dicari wisatawan di daerah ini. Tidak heran, jika belakangan ini pengusaha durian dan daging durian makin menjamur. Kondisi ini juga berdampak pada melimpahnya kulit maupun bijinya.
Kondisi ini menginspirasi Sapril Hasibuan untuk menghadirkan inovasi dengan memanfaatkan biji durian menjadi keripik. Kepada MedanBisnis, Jumat (11/9), pengelola Keripik Biji Biduan Medan (Biduan) Sapril menuturkan usaha rumahan tersebut sebenarnya baru dirintis sejak awal tahun 2015.
Berbekal program pemberdayaan masyarakat Rumah Zakat (RZ), Sapril mengumpulkan sebanyak 10 ibu rumah tangga di Lingkungan XII di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai.
“Kalau untuk daging durian itu banyak yang memanfaatkannya. Ada yang menjualnya perkilo, ada yang mengolahnya menjadi bolu, dodol, pancake, eskrim. Semunya pengusaha masih fokus dengan memanfaatkan daging durian,”ujarnya
erangkat dari sana, dia pun mencoba fokus dengan memanfaatkan biji durian. “Biji durian ini, mengingatkan saya semasa kecil di kampung. Kalau dulu, biji durian kadang dibakar, digoreng atau direbus kemudian dimakan. Makanya saya terpikir , ini usaha yang unik jika dijadikan bisnis,” ujarnya.
Idenya berkembang untuk menjadikan peluang usaha. Selain bisa mengurangi limbahnya juga bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat ekonomi lemah.
Melalui Rumah Zakat dengan konsep Integrated Community Development (ICD), kata Sapril, Biduan disewakan sebuah tempat sebagai wadah untuk pelatihan skill produktif.
Dari rumah itu, mereka mulai membuat beragam produk dengan memanfaatkan biji durian. “Kita sudah coba beberapa kali produksi, mulai dengan membuat kerupuk dengan merajang biji durian nya, namun tidak jadi. Kemudian membuat bolu, emping juga tidak berhasil. Ini memakan waktu sekira tiga bulan,” ujarnya.
Dalam mengelola biji durian sambung Sapril yang didampingi pengrajin keripik Biduan, Sutini dan Lilis Setiawati pihaknya hampir putus asa. Karena semua produk yang dihasilkan, tidak sesuai dengan harapan. Hingga akhirnya, mereka memproduksi keripik, dengan proses pembuatan yang cukup sederhana.
“Memang, dilihat dari teksturnya, sulit mengolahnya. Makanya kita cari yang simple,”ujarnya sembari menambahkan usaha itu mereka tekuni sekira setengah tahun hingga akhirnya mendapat respon pasar yang cukup bagus.
“Alhamdulillah, sejauh ini kita sudah punya PIRT, dan kita saat ini masih menunggu sertifikasi halal. Setelah itu, baru kita akan pasarkan lebih luas lagi,”ujarnya.
Dalam memperkenalkan Biduan yang dirintis dengan investasi sekira Rp 15 juta ini, ia memanfaatkan bazaar maupun pameran. Sementara harga jual, mereka mamatok seharga Rp 15 ribu untuk ukuran 250 gr. (ledi munthe; http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2015/09/12/186060/inovasi-keripik-biji-durian-ala-sapril/#.VvsGRTFiPIU)-FatchurR
Leave a Reply