Menghindari Roh Tipu-Tipu

penipuan(“Populus vult decipi, ergo decipiatur. Masyarakat mau ditipu maka merekapun tertipu.”) – Kata _tipu_ telah dikenal lama dalam khazanah bahasa Indonesia. Dari kata ‘tipu’ lahir kata kerja ‘menipu’ dan orang yang melakukannya disebut Penipu.

 

Dalam buku Logat Ketjil Bahasa Indonesia  oleh WJS Poerwadarminta, Penerbit JB Wolters -Groningen-Djakarta,1951 kata ‘tipu’ diberi arti ‘kecoh’; menipu adalah ‘mengakali’, ‘memperdayakan’, ‘mengecoh’.

 

Dari pengalaman praktis, kita ketemu banyak kategori / ‘kelas’penipu. Ada yang kecil, sedang atau besar. Di zaman modern ini penipuan sering terjadi, lewat sms, email dan Medsos lainnya.

 

Kita sering terima pesan Medsos bahwa kita dapat keberuntungan jadi pemenang undian berhadiah oleh sebuah perusahaan telepon seluler. Sesudah kita respons message itu kita diminta ini dan itu yang ujungnya kita diminta mentransfer sejumlah uang untuk keperluan administrasi.

 

Modus penipuan pakai undian berhadiah banyak dan diminati oleh banyak orang. Orang yang “easy going” berfikir mudah-mudahan ditengah kondisi ekonomi yang sulit ia bisa menang undian berhadiah.

 

Penipuan terkait tenaga kerja baik yang akan dikirim ke LN dan yang bekerja di dalam negeri cukup banyak. Kasus itu biasanya pada orang-orang di daerah yang dijanjikan bekerja di kantor pemerintah di pusat asalkan bersedia menyetor uang sekian juta.

 

Sesudah uang disetor dan ditunggu hingga beberapa bulan tak ada perkmbangan, baru tersingkap hal itu adalah penipuan. Biasanya dilakukan proses hukum, mereka yang terlibat dalam gerombolan penipu kabur dan sulit ditelusuri jejaknya.

 

Bila berkaitan dengan TKI yang akan dikirim ke LN dana yang terhimpun besar. Cerita dari mulut ke mulut tentang sukses yang dicapai mereka yang kerja di LN jadi magnet bagi banyak orang setengah baya untuk ikut program itu walau harus setor banyak uang.

 

Penipuan dengan modus yang melibatkan banyak orang, terjadi di bidang kehidupan, dan berulang terjadi. Orang acapkali cepat lupa kasus-kasus sejenis sebelumnya yang berujung pidana bagi para pelaku yang terbukti kuat melakukan kesalahan.

 

Realitas itu menunjukkan betapa rapuhnya nilai-nilai spiritualitas yang ada pada diri seseorang baik itu sang pelaku, yaitu penipu itu dan masyarakat.

 

Penipu tidak memiliki hati nurani, mereka membungkam spirit keagamaan yang ada dalam dirinya, tidak pernah berfikir bahwa perbuatannya itu bertentangan dengan agama.

 

Kasus penipuan tidak hanya menimpa orang per orang / lembaga sekuler, tapi juga lembaga keagamaan. Sebuah organisasi keagamaan pernah menaruh uangnya pada “lembaga keuangan” dengan iming-iming bunga per bulan besar, diatas bank konvensional. Investasi dana mudah dilakukan karena organisasi itu memiliki dana fresh besar sebagai hasil optimalisasi pengembangan aset yang dimiliki lembaga.

 

Hanya sekitar 5 bulan bunga besar dari investasi itu dapat diterima dengan lancar, selebihnya tidak ada lagi yang bisa diterima. Seperti bisa diduga lembaga keuangan abal-abal itu bangkrut.

 

Cerita teman tentang kasus organisasi keagamaan yang tersandung dana milyaran di lembaga keuangan abal-abal itu adalah kasus penipuan yang tragis karena terjadi pada organisasi keagamaan yang harus prudent dalam hal keuangan.

 

Jika organisasi “sakral-transendental” tegiur dengan bisnis tipu-tipu seperti itu apa lagi figur mang Engkun dan mas Dadap yang impiannya tentang kemakmuran kuat sebab itu selalu well come terhadap undian berhadiah tanpa cek dan richek apakah itu jenis penipuan genre baru atau apa?

 

Pepatah yang dikutip diawal bagian ini mengingatkan kita bahwa “masyarakat mau ditipu maka merekapun tertipu”. Masyarakat perlu diedukasi dan pembinaan spiritualitas dari komunitas pendidikan dan komunitas keagamaan agar masyarakat tidak mau ditipu dan tidak mau menipu.

 

Roh dan nafsu tipu-tipu selalu mengintai dan membayangi kedirian manusia. Ayat-ayat Kitab Suci dari agama-agama harus terus dilantunkan untuk mengusir roh dan nafsu tipu-tipu itu.

 

Tipu-tipu dengan memperalat agama juga acap terjadi. Ada tipu-tipu untuk ikut program umrah misalnya; ada investasi pohon kurma, dan banyak modus lain yang secara sengaja mengaitkan dengan agama, sehingga publik mudah percaya.

 

Kedepan di era revolusi industri 4.0 bentuk dan modus tipu-tipu itu bisa lebih canggih dan berkembang ; sebab itu masyarakat harus diingatkan untuk cerdas dan rasional dalam menghadapi realitas itu. Selamat Berjuang.God Bless!

(Kiriman Gaudi Khing-A60; Oleh Weinata Sairin Bahan dari : Grup WA sebelah)-FatchurR *

One Response to Menghindari Roh Tipu-Tipu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Langganan Artikel Gratis
Dengan mendaftarkan alamat email dibawah ini, berarti anda akan selalu dapat kiriman artikel terbaru dari Alumnimaterdei

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Anda pengunjung ke
UD. Setiadarma
Best PRICE, Best QUALITY & Best for YOU! Setiadarma

UD. Setiadarma-Surabaya Sidharta Krisnamurti HP. 08165419447

Percetakan Offset Sidoyoso
Jl. Kedung Cowek 205 Surabaya (0351) 3770001-3718318 Fax. 3763186
Bosch
Bosch Jl. kedungsari 117-119 Surabaya Telp. (62-31) 5312215-5353183-4 Fax. (62-31) 5312636 email: roda_mas888@yahoo.com
Download Buletin Media Alumni Edisi 2
Buletin-MA-utk.-Widget Buletin Media Alumni bag. 1, kilk disini Buletin Media Alumni bag. 2, klik disini buletin Media Alumni bag. 3, klik disini
Alamo
alamo
Download Buletin
buletin-IAMDP 8 Download Buletin klik pada Gambar
Sahabat kita