BERANI MENGATAKAN KEBENARAN.
George Washington ternyata senakal anak-anak seusianya saat berusia enam tahun. Ia sangat senang bermain-main dengan kapak kecil miliknya. Semua ingin ia tebas. Suatu hari, saat lagi berjalan-jalan di halaman belakang, ia menemukan pohon ceri muda.
Ia mencoba-coba kapaknya pada pohon itu. Beberapa hari kemudian pohon ceri kesayangan ayahnya itu mati. Ketika ayahnya sadar, ia sangat marah dan mengancam akan menghukum keras siapa perusak pohon itu. Tiba-tiba , George masuk.
“George, apa kamu tahu siapa yang memotong pohon ceri kesayangan ayah?” tanya ayahnya. George terdiam untuk beberapa saat. Lalu sambil menangis ia menjawab, “Saya, Ayah.”
Ayahnya segera memeluknya dan berkata, ” Anakku, jangan pernah takut untuk mengatakan kebenaran. Harganya lebih mahal dari beribu-ribu pohon.”
Senada dengan itu, seorang pendeta yang sedang menyiapkan kotbah minggu, sesampai di lantai 2 kamar belajarnya, ternyata ada satu buku tertinggal di lantai satu. Maka ia meminta tolong kepada puterinya yang baru masuk TK kecil yang dia panggil ‘my little angel’, untuk mengambilkan buku yang dia maksud dengan menyebut ciri dan warnanya.
Ketika puterinya dengan riang naik sambil membawa buku ayahnya, sang ayah memperhatikan, ketika sampai di hadapan ayahnya, rupanya buku yang dibawa itu bukanlah yang dimaksud, tapi tak sampai hati sang ayah mencederai keriangan dan kebanggan puterinya yang sudah susah payah membawakan buku tebal yang cukup berat.
Maka disambutnya buku itu, sambil memeluk puterinya, diciumnya, ayahnya mengucapkan terimakasih kepada puterinya yang sudah berusaha berbuat terbaik bagi ayah. Ketika puterinya sudah bergabung bermain dengan temannya, maka turunlah dia sendiri untuk mengambil buku yang dimaksud untuk melanjutkan persiapan kotbahnya. (Andre Wahjudibroto)
Leave a Reply