Jambore dunia tingkatkan semangat perdamaian di Hiroshima
Kirarahama – Kegiatan Jambore Pramuka Dunia di Jepang tak hanya dilakukan di Bumi Perkemahan Kirarahama saja. Para peserta berkesempatan mengunjungi Hiroshima Memorial Park yang jadi taman peringatan ledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki.
Tepat pada hari ini, Jepang memperingati 70 tahun peristiwa meledaknya bom atom yang menewaskan lebih dari 140 ribu orang. Angka tersebut belum termasuk korban tak langsung yang tewas karena paparan radiasi nuklir, yang dampaknya baru terasa beberapa tahun kemudian.
Para pramuka dari berbagai kontingen negara secara bergiliran mendapatkan kesempatan berkunjung ke museum paling bersejarah di Jepang tersebut. Mereka membaca kisah-kisah pilu yang tertulis di berbagai monumen yang tersebar di area taman.
“Bagus sekali tamannya, tapi sedih kisahnya. Sangat mengharukan dan pilu,” kata anggota pramuka asal Jakarta, Allaya di Bumi Perkemahan Kirarahama, Jepang, Rabu (5/8/2015).
Tak hanya membaca sejarah bom atom dan Perang Dunia II, para pramuka yang berusia antara 14-17 tahun tersebut juga mendoakan korban ledakan. Mereka menundukkan kepala sejenak, memanjatkan harapan agar para korban diberikan ketenangan.
Di monumen anak bernama Sadako Sasaki, para pramuka itu belajar membuat origami burung. Di atas kepalanya, monumen Sadako memang memegang 1 kerangka origami.
Di dalam keterangan yang tertempel di samping monumen, dikisahkan tentang perjuangan Sadako yang sakit-sakitan karena terpapar radiasi nuklir bom atom. Sadako yang mulai merasakan dampak radiasi nuklir 8 tahun setelah peristiwa bom atom itu membuat ribuan origami burung agar harapannya terwujud.
Ketua Jambore Dunia Joao Gonzales Armando mengatakan, bom atom merupakan peristiwa bersejarah yang diharapkan takkan pernah terjadi lagi. Seruan perdamaian harus terus digaungkan, termasuk kepada anak-anak muda, salah satunya dengan berkegiatan pramuka.
Kedatangan pramuka ke Hiroshima Memorial Park dan peringatan 70 tahun peristiwa ledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki merupkan ajang refleksi. Sebagai anak muda, mereka harus memahami mengapa hal itu terjadi.
“Ini agar mereka memahami dan menumbuhkan semangat perdamaian,” tutur pria asal Portugal tersebut. (kff/fdn; http://m.detik.com/news/
Leave a Reply