Bicara Politik Sering Bikin Panas Dan Adu Jotos(1/2)
(sains.kompas.com)- BICARA POLITIK kadang berujung percekcokan bahkan perkelahian. Apa yang mereka pikirkan hingga tega saling hantam dan melukai pendukung lawan partai politiknya?
Untuk menjawabnya, peneliti2 otak dan saraf di Universitas California (USC) melakukan studi pencitraan resonansi magnetik (MRI). Hasilnya, kata ahli saraf di Institut Otak dan Kreativitas di USC, relevan dalam menjelaskan respons otak saat menanggapi berita politik, palsu atau kredibel, selama Pemilu.
Dalam studi ini, 40 orang yang dianggap kaum liberal diperiksa melalui MRI fungsional untuk mengetahui otak mereka merespons ketika keyakinan politis mereka dipertanyakan. Selama penelitian, peserta diberi 8 pernyataan politik dan pernyataan non-politik yang mereka percaya dan 5 klaim yang melawannya.
Para peserta kemudian diminta memberikan nilai dari skala 1 sampai 7 untuk menunjukkan seberapa kuat kepercayaan mereka terhadap masing2 pernyataan setelah membaca klaim yang melawannya. Selama eksperimen ini, ilmuwan memindai otak para partisipan.
Hasilnya, pendukung politik lebih fleksibel saat menanggapi isu yang tidak berbau politik, contoh ketika dimintai pendapat tentang topik Albert Einstein adalah fisikawan terbesar abad ke-20. Sebaliknya, saat ditanya tentang isu politik yang menyerang keyakinan politik mereka, seperti hukum kepemilikan senjata, seorang pendukung politik berubah menjadi keras kepala dan tidak fleksibel.
Sains Menjawabnya Kekerasan kepala ini tergambar pada otak mereka. Orang-orang yang sulit berubah ditemukan memiliki lebih banyak aktivitas otak di bagian amigdala dan korteks insular.
(Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Kenapa Bicara Politik Sering Bikin Panas dan Adu Jotos?”, Penulis : Michael Hangga Wismabrata; Editor : Shierine Wangsa Wibawa; Bahan dari : Sciencedaily dan https://sains.kompas.com/read/2017/11/23/080700523/kenapa-bicara-politik-sering-bikin-panas-dan-adu-jotos-?utm_source=Whatsapp)-FatchurR * Bersambung………