Wisata Susur Terowongan Menembus Bukit Bakal Ada di Klaten

(lifestyle.okezone.com)-PEMERINTAH Desa (Pemdes) Jotangan, Kec-Bayat, Klaten, berencana menyulap terowongan saluran irigasi yang dibangun pada zaman Belanda sebagai objek wisata air yang menarik.

Wisata menyusuri terowongan saluran irigasi di bawah bukit Pegat kawasan Rawa Jombor itu diklaim bakal jadi objek wisata air tiada duanya di Jateng. Informasi yang dihimpun Solopos.com, Pemdes Jotangan di bawah Supono selaku penjabat (Pj) Kades sejak 26/9/18 mulai menggebrak di desa.

Salah satunya mendirikan Badan Usaha Milik (BUM) Desa. Berbekal BUM Desa itu, Pemdes Jotangan ingin membangun unit usaha, yakni objek wisata air. Kebetulan, di Jotangan ada saluran irigasi yang sumber airnya dari Rawa Jombor.

Panjang irigasi Rawa Jombor-Jotangan lebih dari 1,5 km. Lebar saluran irigasi itu 2 mtr. Saat melintasi Desa Jotangan, saluran irigasi itu melalui terowongan irigasi yang menembus bukit Pegat tak jauh dari Rawa Jombor.

Di antara terowongan itu ada celah udara dinamakan “sumur”. “Hasil  musyawarah warga, kami ingin memanfaatkan saluran irigasi itu sebagai objek wisata. Jika berhasil, wisata menyusuri terowongan di Jotangan ini di-gadang2 jadi satu2nya di Jateng,” jelas kata Pj. Kades Jotangan, Supono, di kantornya, (20/3/19).

Terowongan ini sepanjang 300 meter sudah tertata rapi. Atap terowongan sudah disemen. Pintu masuk terowongan di bagian hilir berdiameter 1,5 mtr. Di antara terowongan saluran irigasi itu ada rongga udara. Masyarakat di Jotangan biasa menyebut dengan sumur.

“Ada 3 sumur di Jotangan, dua berbentuk lingkaran. Satu sumur berbentuk kotak [sumur lain di Krakitan, berbentuk lingkaran]. Susur terowongan ini diawali di sumur berdiameter terbesar [10 mtr]. Susur terowongan pakai ban diproyeksikan bagi wisatawan yang suka tantangan. Anak2 atau para ibu, disiapkan susur saluran irigasi seperti tubing di bagian hilir di Jotangan” katanya.

Anggota BUM Desa Jotangan, Sigit Budi (36) mengatakan saluran irigasi di Jotangan dibangun zaman penjajahan Belanda 1924. Hingga kini, bangunan konstruksi saluran irigasi itu kokoh termasuk terowongan irigasi yang menembus bukit Pegat.

“Terowongan saluran irigasi di Krakitan alami. Atap terowongan di Krakitan ada stalagtit. Sebagai tahap awal, kami fokus mempercantik pintu keluar terowongan dan masing2 sumur. Sumber anggaran dari dana desa Rp270 juta,” ujar dia.

Pengembangan wisata air itu untuk peningkatan kesejahteraan. Ke depan Jotangan akan menggandeng desa lain, seperti Krakitan dan Krikilan untuk pengembangan objek wisata itu. Pengembangan wisata susur terowongan Jotangan akan dipadukan dengan objek wisata alam, seperti bukit Randu Kombolo dan Watu Sepur.

“Membangun objek wisata butuh waktu lama, minimal 5 lima tahun. Kami awali sekarang. Di puncak bukit Pegat akan disiapkan flying fox dan menara pandang dengan view Rawa Jombor. Total dana butuh Rp1,5 miliar. Dengan memadukan objek yang ada, semoga Jotangan dikenal masyarakat luas,” katanya.

Salah satu warga, Romi (29) sudah menyusuri terowongan 300 meter di daerahnya berulang kali. Romi susuri terowongan guna cari ikan. “Kondisi di dalam gelap. Saya susuri berjalan kaki. Ikannya banyak. Sekali menyusuri, memperoleh ikan satu karung [ukuran 25 kg]. Jenis ikannya nila, gurameh, dan lele. Terowongan saluran air yang di Jotangan sudah tertata rapi”

“Kalau di Krakitan atapnya masih tanah. Lantaran lama, muncul stalaktit. Saat menyusuri terowongan irigasi itu, saya tidak menemukan hewan liar seperti ular,” katanya.  (dno; Bahan : Agregasi Solopos dan https://lifestyle.okezone.com/read/2019/03/22/406/2033634/objek-wisata-susur-terowongan-menembus-bukit-bakal-ada-di-klaten)-FatchurR *