Sports Science mendongkrak prestasi OR dan AG-2018(1/2)
(bbc.com/indonesia)- Asian Games 2018 telah berakhir dan kontingen Indonesia meraih 31 medali emas, dan ini prestasi terbaik tim Merah-Putih sejak pesta olahraga terakbar Benua Asia itu pertama digelar pada (1951).
Kemenpora mengklaim raihan ini dampak penerapan sport science alias sains olahraga. “Dengan kebijakan baru pemerintah, tiap induk cabor (cabang olahraga) wajib merekrut tenaga sport science dari perguruan tinggi. Dua tahun ini kami lakukan dampaknya, hasil yang kita peroleh ini mungkin bagian dari penerapan sport science,” kata Deputi 4 Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora, Mulyana.
Ke depan, Indonesia akan memiliki Pusat Olimpiade yang melibatkan sains olahraga demi meningkatkan prestasi. “Untuk atlet elite yang ke Olimpiade dan AG, kami sudah merancang Olympic Centre. Jadi dipadukan antara rumah sakit, laboratorium, dan tempat2 latihan atlet cabang unggulan” ujar Mulyana.
Tempat itu akan memiliki pakar2 di bidang nutrisi, psikologi, biomekanika, dan kedokteran OR. Di-cita2 kan tempat itu berfungsi seperti Institut Olahraga Australia serta Insitut Ilmu Olahraga Jepang. Tapi, Realisasinya masih diperjuangkan”.
Apa itu sains Olah Raga
Sport science itu ilmu multidisiplin mencakup fisiologi, psikologi, biomekanika, nutrisi, dan kedokteran OR, menurut Tommy Apriantono, Ketua Kelompok Keilmuan Sports Sciences, Sekolah Farmasi, ITB. Indonesia, yang menekuni studi biomekanika di Universitas Nagoya, Jepang, sudah menerapkan sport science. Tapi, dibanding negara Jepang, Cina, dan Korea Selatan, Indonesia tertinggal jauh.
“Untuk mengejar negara seperti Jepang, Indonesia butuh waktu lama. Karena Cina, Jepang, Korea Selatan, sudah menciptakan atlet, by design, bukan menunggu. Kalau kita kebanyakan menunggu. Tiba2 Lalu Muhammad Zohri muncul” papar Tommy. Dia mencontohkan Jepang menciptakan atlet di Institut Ilmu Olahraga.
Dalam kunjungannya ke institut itu, dia saksikan atlet2 dayung Jepang mendapat simulasi gerakan Sungai Thames, beberapa tahun sebelum Olimpiade London digelar (2012). “Semua gerakan dipelajari dan disimulasikan di ruangan sehingga atlet terbiasa dengan gerakan Sungai Thames” tuturnya.
Contoh lain, atlet2 maraton Jepang dipersiapkan mengikuti Olimpiade Sidney pada 2000 dengan menjalani latihan di ruangan yang dirancang serupa dengan kondisi ketika pertandingan digelar, termasuk suhu, kontur jalan, hingga kelokan rute. (Jeromme Wirawan; Bahan dari : https://www.bbc.com/indonesia/olahraga-45386628)-FatchurR * Bersambung…….
Leave a Reply