Tak satupun datang membawa Solusi
(gandhensuprihatin.blogspot.com)-Seorang siswa di sekolah melukis mengagumi lukisan yang baru dibuatnya, ia menilai itu karya terbaiknya. Dengan besar hati ia pasang lukisannya di etalase umum di sekolah nya, ia berharap penilaian tentang lukisannya dari teman2 satu sekolah.
Dibawah lukisan ia menulis: “Barangsiapa yang menemukan kesalahan pada lukisan ini, mohon diberi tanda dengan menggunakan tinta merah”.
Sore harinya ia temukan lukisan terbaik miliknya penuh dengan coretan2 merah, begitu banyaknya coretan2 itu sehingga lukisan aslinya tidak dikenali lagi.
Merasa gagal sebagai pelukis ia mengadukan hal itu pada gurunya. Gurunya bijak dan menasihati: “Besok kau taruh lagi lukisan terbaikmu di etalase sekolah, tulislah dibawah lukisanmu itu kalimat ini: “Barangsiapa yang menemukan kesalahan di lukisan ini mohon gunakan kuas yang telah tersedia untuk memperbaiki “.
Dan ia pun melaksanakan nasihat gurunya, dari jauh ia memperhatikan tidak seorangpun berani mendekat ke lukisan itu, bahkan sampai sore hari, tidak ada seorangpun temannya satu sekolah yang mencoba memperbaiki lukisan itu.
Gurunya menjelaskan :
“Orang yang mampu mencari dan menemukan kesalahan/aib itu jumlahnya banyak sekali. Namun orang yang mampu memberbaiki dan berbuat sesuatu untuk menutupinya amatlah jarang / langka. Begitulah kondisi kita dewasa ini yaitu : “Mahir mengkritisi / mencela, tapi tak satupun datang dengan Solusi”
Pelukis muda itu tersenyum puas dengan keterangan gurunya itu. (Susan Ong-P84; Bahan dari : http://gandhensuprihatin.blogspot.com/)-FR *