Tudingan Arabisasi-Zalimi Masyarakat Banyuwangi
(news.detik.com)-BANYUWANGI; Sebelum beredarnya tulisan warga luar Banyuwangi yang menuding ‘arabisasi’. Tudingan itu ditujukan pada gagasan halal tourism yang beberapa tahun lalu dicetuskan Pemkab Banyuwangi.
Kini tudingan itu dapat reaksi keras dari tokoh2 lintas agama dan budayawan. Bahkan, Umat Hindu menilai tulisan berjudul ‘Di Tanah Hindu Itu, Arabisasi Dipaksakan Tumbuh’ itu menzalimi masyarakat Banyuwangi.
Sekretaris Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Banyuwangi I Komang Sudira menegaskan, penyebaran tulisan itu kezaliman untuk masyarakat Banyuwangi. Tidak ada umat Hindu di Banyuwangi yang berpikiran seperti maksud dalam tulisan itu.
Umat Hindu Banyuwangi selama ini hidup penuh toleransi dengan umat beragama lain. Tidak ada intimidasi, tidak dikekang, dan jajaran pimpinan Pemkab Banyuwangi kerap mendatangi undangan acara-acara Umat Hindu.
“(Tulisan) itu dibangun untuk kepentingan pribadi. Entah siapa yang menyuruh, di Umat Hindu tidak ada semacam itu menzalimi. Kami percaya hukum karmapala. Saya harap tidak perlu khawatir, kalau berlaku jahat ingin merusak kerukunan Banyuwangi, maka mereka akan menerima akibatnya,” ujarnya dalam pertemuan tokoh2 lintas agama dan budayawan di Rumah Adat Osing, Pendopo Banyuwangi, (29/6).
Menurut Komang, pihak pemenulis dengan tudingan ‘Arabisasi’ tidak memahami Banyuwangi. Wilayah yang merayakan perbedaan dengan berbagai atraksi seni-budaya khas kearifan lokal berbagai suku yang hidup di kabupaten ini. Mulai Suku Osing, Suku Bugis, Suku Madura, Suku Jawa dan Tionghoa.
“Di Banyuwangi ini seni-budaya dirayakan semarak, dari Suku Osing sampai masyarakat Tionghoa ada festivalnya. Semuanya dirayakan tanpa pandang agama. Ini cara kami untuk guyub, jadi tidak akan mempan dipecah belah orang luar,” imbuh Komang.
Di medsos beredar tulisan yang menuding ada ‘Arabisasi’ dalam pengembangan pariwisata hanya merujuk pada pengembangan halal tourism di pantai kecil. Padahal di Banyuwangi, tradisi dan ritual adat khas Suku Osing semarak digelar, bahkan masuk dalam kalender Banyuwangi Festival yang difasilitasi Pemkab Banyuwangi.
“Halal tourism itu strategi marketing semata. Tidak ada urusan Arabisasi. Saya menyesalkan ini karena kita pembangkan pariwisata Banyuwangi ini dengan kerja keras dan strategi, kini yang tidak tahu apa-apa seenaknya ngomong Arabisasi,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Banyuwangi, MY Bramuda.
“Coba dipikir, kalau orang batal ke Banyuwangi, warung2 yang dulu dibanjiri wisatawan, rezekinya berkurang. Orang kadang asal menulis, tanpa berpikir dampak luas yang telah merasakan hasil pengembangan pariwisata Banyuwangi,” pungkas Bramuda.
Untuk diketahui bahwa : “Ada pasar wisatawan wanita ingin berwisata pantai tanpa pria. Segmen itu ada, meski ceruknya tidak banyak dan harus dilayani. Sebagai destinasi, kita coba tangkap potensi itu. Jadi ini soal pasar, seperti di Timur Tengah, Jepang, Thailand, Korea ada segmen2 leisure semacam itu dan dikembangkan secara profesional. Segmentasi pasar, tak ada tendensi agama, suku dan Arabisasi,” ujar MY Bramuda ke detikcom (29/6/19).
(sun/bdh; Ardian Fanani; Bahan dari : https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4605663/umat-hindu-tudingan-arabisasi-zalimi-masyarakat-banyuwangi)-FatchurR *