alumnimaterdei.com

Gempa, bencana dan peristiwa apapun adalah suatu akibat dari kejadian sebelumnya.  Maka orang pun meneliti mencari sebab-2 yang mungkin, paling mungkin, memverifikasi, menguji sampai diperoleh sebab yang pasti.

Penelitian jauh ke dasar bumi jelas lebih rumit ketimbang diatas bumi sampai galaxy tata surya. Makanya memastikan titik/zona labil dalam bumi (sumber sebab gempa) masih perlu rentang waktu panjang.

Jawaban sementara adalah aneka hipotesa, spekulasi bercampur tradisi empiris berbagai kelompok komunitas. Spekulasi berulang yang mirip, lama-lama bisa diyakini  sebagai kebenaran. Wafatnya Mao Zhuxi (Chairman Mao) dalam usia 83 tahun dan tokoh sepuh lainnya disusul friksi politik; sebetulnya lazim rasional. Mengaitkannya dengan gempa dahsyat boleh jadi karena dorongan kolektif mensejajarkan tokoh besar ang dikagumi dengan fenomena alam yang dahsyat dan langka.

Zhuge Liang (pinyin, 181-234) alias Cukat Liang atau Kong Beng dalam roman Sam Kok diyakini sebagai orang sakti ang mampu mendatangkan angin badai. Setelah ilmu falak (cosmography) berembang, kata sakti itu mengalami peralihan makna.

Sigmund Freud menemukan konsep dan melalui serangkain psikoanalisa ilmiah, bisa dipastikan sebab seseorang menjadi gila/neurosis.  Namun seseorang yang mengalami proses psikis serupa tidak bisa dipastikan bakal menjadi gila. Makanya psikologi tidak termasuk cabang ilmu eksakta.

Kemajuan tekno multimedia memungkinkan orang mengeksploitasi  semua peristiwa aktual dengan target yang sangat sophisticated dan bisa disimulasikan.  Kayaknya kita harus jeli memaknai peristiwa yang seolah besar, karena boleh jadi hanya mercon mirip gempa. (FR-Rzs)