Nenek dan kecanggihan
Sedih. Itulah yang kulihat pada wajah mbah Parti tetanggaku di Probolinggo. Dia juga disebut bu Carik. Maklum suaminya mantan Carik. Tanyaku : “Simbah kok sedih? Kenapa?”
Mbah Parti : “Simbah kesepian, Le*”
Aku tanya lagi : “Kesepian ? Kan anak cucu simbah yang di Surabaya dan Bandung pulang semua. Saya liat setiap hari rumah simbah rame banget”
Dia diam saja…..
Dia mendekatiku dan berbisik : “Le, lebaran kini berbeda dengan lebaran beberapa tahun lalu”
Aku tanya : “Maksud simbah?”
mbah Parti njawab : “Kalau dulu… Simbah merasa senang dan puas bisa bercengkrama dengan anak-anak dan cucu-cucu simbah. Simbah bisa bertanya sekolah cucu-cucu, pekerjaan anak-anak simbah. Tapi sekarang ? Empat hari mereka sudah di sini, tapi seakan mereka tak ada di sini…” air matanya mulai meleleh
Aku nggak ngerti lalu bertanya : “Maksudnya, Mbah?”
mbah Parti : “Mereka hanya sibuk dengan HPnya. Senyum dan tawa cuma buat teman teman telepon. Bukan buat simbah. Simbah sedih Le…! Dan yang lebih sedih lagi, tamu-tamu yang datang pun Cuma sekedar salaman, duduk dan ber-HP ria, tak mempedulikan simbah yang sudah kian renta dan jelek. Inikah yang disebut silaturahim?”
Lalu aku berkata : “Sudah mbah…sabar saja”
mbah parti : “Ya Le, untung saya punya tetangga kayak kamu, yang mau menemani simbah ngobrol, bahkan ke tempat simbah pun tidak membawa Handphone…”
Lalu ….
Getaran panggilan HP dari saku celanaku, mendadak kubiarkan saja. Demi melihat sedikit senyum merekah dari simbah Parto atas kehadiranku. Jangan-jangan….Nasib Mbah Parto akan dan sudah kita alami……??!! (Pak Oto)-FatchurR



Jl. kedungsari 117-119 Surabaya
Telp. (62-31) 5312215-5353183-4
Fax. (62-31) 5312636
Buletin Media Alumni bag. 1, 


Leave a Reply