Mulat Sarira Hangrasa Wani
Melihat diri sendiri, berani jujur terhadap (kekurangan) dirinya sendiri. Mawas diri. Orang yang mau mawas diri, ibarat orang yang membaca kembali buku harian yang ia tulis dengan jujur, apa adanya, baik yang berhasil maupun yang gagal.
Yang menyenangkan dan yang menyedihkan, yang baik dan yang buruk, yang kurang dan yang lebih dsb. Jika ada beberapa hal yang positif, itu sewajarnya, namun jika berani mengakui segala kekurangannya, itu baru hebat. Mengakui kekurangan untuk memperbaiki dan mengembangkan diri.
Seperti halnya ” instrospeksi ” yaitu, peninjauan atau koreksi terhadap ( perbuatan, sikap, kesalahan, kekurangan, kelemahan dsb ) diri sendiri, sama juga dengan mawas diri. Instrospeksi dalam keheningan dan ketenangan akan lebih mengenali diri semakin dalam.
Orang Jawa akrab dengan istilah ” Ngilo githok”, yaitu bercermin untuk melihat tengkuknya sendiri. Tidak mudah melihatnya karena letaknya dibelakang dan mesti dengan dua cermin. Bagi seorang petani, tengkuk pasti lebih hitam dibanding bagian kulit yang lain, karena lebih sering diterpa sinar matahari.
Untuk bajupun juga paling cepat kotor di krah leher ( di tengkuk ). ” Ngilo githok ” dimaknai juga mau melihat kekurangannya sendiri yang paling dirasakan dan paling tersembunyi. Petuah Simbah : ” _Mangerteni apa kang kurang, ora ateges mbukak wirang, nanging supaya ora mbaleni laku kang kleru, supaya lancar kang dituju_. ” (Dyon Soemodihardjo; dari grup WA-VN)-FR