Nikah dini berisiko kesehatan bagi wanita
Metronews.com, Jakarta-Angka perkawinan anak masih tinggi. Satu dari empat anak menikah saat usia di bawah (18). Laporan BPS (2012) menyebut 1,3 juta dari 87 juta anak di Indonesia telah menikah. Data terbaru menyebutkan ada sekitar 1.000 anak perempuan menikah tiap harinya.
“Ini darurat, karena berdampak bonus demografi usia produktif dan dapat menghambat pertumbuhan social-ekonomi,” ujar Rohika Kurniadi Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak Atas Pengasuhan, Keluarga dan Lingkungan di Kementrian Pemberdayaan dan Perlindungan Anak dalam diskusi media (27/9/17).
Bonus demografi usia produktif usia di atas (15) mencapai 70% pada 2020-2030. Jadi diharapkan terjadi percepatan roda pertumbuhan ekonomi ketika generasi muda mendominasi. Target ini harus didukung kualitas penduduk yang baik dalam pendidikan, pekerjaan, dan kesehatan.
Perkawinan anak dinilai lebih banyak berdampak negatif pada yang melakoninya, terutama wanita. Pertama, segi pendidikan, kemungkinan besar keinginan menuntut ilmu pada anak perempuan yang telah menikah terhalangi karena status barunya. Dari segi kesehatan reproduksi, kematangan alat reproduksi belum maksimal ketika usia di bawah (20). Risiko kesehatan lebih besar.
Ketiga, dampak ekonomi anak perempuan yang nikah usia dini. Usia muda cenderung tingkat pendidikan rendah sehingga dari segi pendapatan di bawah rata2. Saat ini terdapat 5 provinsi dengan angka pernikahan anak tinggi, mencapai 39% saat angka nasional 25%.
Kelima provinsi itu Kalsel, Kalteng, Bangka Belitung, Sulbar, dan Sultra. (Dev; Sri Yanti Nainggolan)
Monggo lengkapnya klik aja : (http://rona.metrotvnews.com/kesehatan/yKX8RX7K-pernikahan-dini-tingkatkan-risiko-masalah-kesehatan-pada-perempuan )-FatchurR