Menghindari DE-Jangan mengobati sendiri
(m.mediaindonesia.com)-DISFUNGSI ereksi (DE) itu masalah seksual sering terjadi pada pria 40 tahun ke atas di dunia. Hasil penelitian The Global Study of Sexual Attitudes and Behaviors (GSSAB) di 29 negara termasuk Indonesia, jumlah penderita DE terbesar di Asia Tenggara, yakni 28,1%, diikuti Asia Timur (27,1%), dan Eropa Utara (13,3%).
Umumnya DE diremehkan, dianggap tak mengancam jiwa dan stigma di masyarakat membuat pria ragu mencari pertolongan. “Penyebabnya, bisa akibat penyakit organik dan psikogenik. Sebanyak 95% disebabkan penyakit organik, seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit ginjal, dan saluran kemih bawah,” ujar spesialis andrologi dr Nugroho Setiawan, dalam diskusi Kesadaran Pasien pada Disfungsi Ereksi (DE), Kunci Keberhasilan Pengobatan, di kawasan Cikini, Jakarta (29/8).
Hadir sebagai pembicara dr Handoko Santoso, Medical Director PT Pfizer Indonesia. Dia mengatakan, faktor psikologis, seperti stres dan masalah dengan pasangan terkait kepuasan berhubungan seksual juga dapat menyebabkan pria mengalami DE.
“Ada 4 tingkatan ereksi. Seorang pria disebut tidak mengalami DE bila memiliki erection hardness score (EHS) 4. Untuk EHS 3 sering menyesatkan, yakni pria tidak tahu, pada tingkat itu sebetulnya sudah disebut DE,” imbuh dokter dari RSUP Fatmawati itu. Untuk mengatasi DE, menurut Nugroho, hindari pengobatan sendiri.
Handoko Santoso mengatakan, survei (2004) tentang bagaimana masyarakat perkotaan negara2 di Asia mencari bantuan medis, ada 45% di antaranya tidak mencari bantuan atau saran dan hanya 21% yang mencari perawatan medis. Penelitian serupa (2011) menegaskan faktor sosial budaya, agama, dan ekonomi mencegah pasien berkonsultasi ke dokter.
“Komunikasi antara dokter-pasien pegang kunci penting. Untuk itu, Pfizer Indonesia berperan membantu edukasi pasien untuk mendapat pengobatan tepat,” ujarnya. Mencegah pasien mengobati sendiri untuk penyakit kompleks, misal beli dan mengonsumsi obat sembarangan, salah satunya pil viagra / pil biru. Pil itu menawarkan efek cepat dan mudah didapat di toko atau warung jamu.
Nugroho mengingatkan, agar penderita DE berkonsultasi berkala dan konsumsi obat di bawah anjuran dokter. Hal itu disebabkan pengaruh obat pemicu terjadinya DE. “Tiap obat memiliki kontraindikasi. Untuk itu pasien tidak boleh mengonsumsi obat DE bersamaan dengan obat2an mengandung nitrat yang biasanya terdapat dalam obat-obatan jantung,” tambahnya.
Dia ingatkan bahaya obat-obat palsu jika pasien mengobati diri sendiri. (Dable; Bahan dari : http://m.mediaindonesia.com/read/detail/182681-atasi-de-hindari-pengobatan-sendiri)-FatchurR *



Jl. kedungsari 117-119 Surabaya
Telp. (62-31) 5312215-5353183-4
Fax. (62-31) 5312636
Buletin Media Alumni bag. 1, 

