Mengintip budaya Probolinggo(1/5)
Kota Probolinggo memiliki macam2 potensi dasar pembangunan. Ini dapat dilihat dari macam2 aspek dan potensi seperti : Perikanan, pertanian dan kebudayaan aset membangun kota Probolinggo. Jika kita bicara kebudayaan, kebudayaan adalah aset yang peka dan wajib dimiliki tiap daerah.
Karena budaya itu suatu hasil pola tingkah laku yang didapat dan disampaikan melalui macam2 bentuk, seperti : Kesenian, adat-istiadat, kebiasaan yang mendarah daging dan membentuk kepribadian yang dilakukan individu dan kelompok.
Senada dengan Drs. Priyono bahwa pemikiran lebudayaan sebagai aset pariwisata perlu dimantabkan, karena kebudayaan tidak sekedar tumbuh dari masyarakat, tapi harus dibangun dikembangkan, Unsur kebudayaan di kota ini, hampir semua berpotensi jadi materi pariwisata.
1-Jaran Bodhag dan jaran kencak
Jaran Bodhag (bhs Jawa) “Jaran” = kuda dan “bodhak” (bahasa Jatim Timur) = wadah, bentuk lain. Dari sumber2 tertentu diketahui “Jaran Bodhag” diciptakan orang2 Probolinggo pada awal kemerdekaan. Waktu itu orang2 Probolinggo pinggiran dan miskin mendambakan suatu seni pertunjukan.
Seni yang populer di masyarakat kota Probolinggo : “Jaran Kencak”, yakni kuda (jaran) yang “ngencak” (menari). “Jaran Kencak” dialek lokal untuk menyebut Kuda Menari, sejenis pertunjukkan menggunakan kuda yang dilatih khusus menari dan dirias dengan pakaian dan aksesoris lengkap.
Masyarakat karena kemiskinannya mereka tidak mampu menyewa kuda untuk “Jaran Kencak” ini, mereka buat modifikasi Jaran Kencak dengan jaran (kuda) tiruan. Terbuat dari kayu serupa kepala kuda sampai leher. Leher kuda kayu itu disambung peralatan lengkap dengan aksesoris mirip “Jaran Kencak” asli, yang memungkinkan mereka dapat berdiri di dalam dan dikelilingi aksesoris kuda.
“Penunggang” kuda seolah naik kuda, padahal ia berdiri dan berjalan (dengan kaki sendiri) menyangga leher kepala kuda lengkap dengan aksesorisnya sehingga dari jauh mirip orang yang naik “Jaran Kencak” itulah yang disebut dengan “Jaran Bodhag”.
Kini “Jaran Bodhak” populer di kalangan masyarakat Probolinggo. Dan kesenian ini digunakan untuk mengiringi dan mengarak acara hajatan, pernikahan, khitanan, dsb. Menurut Bpk. Priyono bentuk penyajian kesenian ini arak2an di jalan dan di halaman rumah.
Kesenian ini tumbuh berkembang di mayarakat sampai sekarang masih aktif mengadakan kegiatan pembinaan dan pementasan. Kesenian ini diiringi musik tradisional yang terdiri dari kenong, gong, kendang, dan sronen. Jaran Bodhag dibawa dua orang dengan sebutan janis dan penunggang jaran.
Juga ditampilkan tembang2 khas Jaran Bodhag berpakaian gemerlap, menarik, unik, yang didesain pemiliknya dengan segala estetiknya. Siapapun bisa naik Jaran Bodhag, karena gerakannya tidak rumit, tinggal ikut irama musik kenong telo’. Kesenian Jaran Bodhag merata diseluruh Kecamatan Kota Probolinggo. Bersambung……..; (soeherman ; http://soeherman-cintabudayakotaprobolinggo.blogspot.co.id/)-FatchurR