Tradisi Sasi Cara Unik Papua Menjaga Laut Panjang Umur

(cnnindonesia.com)- Jakarta, Laut Maluku dan Papua terkenal keindahannya. Beratus tahun mereka telah merawatnya dengan baik. Sasi itu tradisi menjaga laut yang telah masyarakat lakukan turun temurun.

Sekjen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Rukka Sombolinggi, saat diwawancara oleh CNNIndonesia.com pada Selasa (8/6), menjelaskan ‘sasi’ itu istilah lokal yang berarti ‘larangan’.

Merujuk istilah itu, sasi merupakan tradisi kolektif masyarakat adat Maluku-Papua untuk memberlakukan pelarangan pengambilan hasil panen dalam jangka waktu tertentu.

Rukka menjelaskan tradisi sasi dilakukan di darat dan di laut. Implementasi tradisi sasi di darat contohnya pelarangan memanen kelapa. Sedangkan contoh untuk tradisi sasi di laut yaitu pelarangan memanen ikan.

Tradisi sasi larangan memanen dalam jangka waktu yang tidak menentu. Umumnya berlangsung lama, bisa berbulan-bulan. Sasi juga dipengaruhi jenis sasi yang diberlakukan. Jika di laut, ikan apa atau biota laut apa yang disasi. Bisa beberapa, atau malah seluruhnya.
Ia mencontohkan, masyarakat adat Maluku yang pernah ditemuinya, sasi bisa hampir satu tahun atau bisa bertahun-tahun. Sebab, sasi itu diberlakukan pada biota yang terancam punah.

“Buka tutup sasi”, penanda waktu sasi berlaku dan diakhiri. Pada “buka tutup sasi”, masyarakat adat melakukan ritual. Beda-beda, sesuai budaya adat di wilayah itu. “Kalau di tempat lain pakai janur. Kalau di Papua rata-rata pakai panah, pakai janur, tombak. Juga ada yang naik perahu sambil menyanyi. Ada juga yang menari,” ujar Rukka.

Dalam ritual itu doa dipimpin Kewang. Kewang diibaratkan penjaga laut. Tak hanya memimpin ritual, dia juga menjaga laut saat Sasi berlangsung. Kewang juga memberi tanda kawasan sasi dan bukan. “Seperti polisi adat. Kewang adat. Jadi beliau yang memasang penanda larangan itu,” ucap Rukka.

“Ketika ada orang luar  datang, misalnya diantar orang kampung. Mereka gak boleh sembarangan, tidak boleh mengambil ini karena ada sasi,” imbuhnya. Kewang sering dianggap seseorang yang bisa memanggil ikan. Selain itu kewang dianggap tahu ilmu mengenai ikan. Dengan ilmunya, kewang tahu keberadaan ikan secara tidak langsung.

Biasanya ia melihat dari tanda yang muncul di air seperti warna air, buih dari tanaman di sekitar, hingga fauna lain di sana. Saat pertanda itu muncul, ia memberi petunjuk mengenai keberadaan ikan. Kewang  nantinya memberi tahu waktu yang tepat menutup sasi. Masyarakat adat berunding untuk mengambil keputusan.

Tradisi yang dilakukan berprinsip lestari dan adil. Sasi untuk melestarikan ekosistem laut dan membentuk keadilan. Sistem sasi bekerja untuk kepentingan komunal. Hasil panen ikan dikumpulkan, dan baru  dibagi ke seluruh warga kampung. Tapi yang pertama selalu untuk golongan masyarakat paling membutuhkan.

“Yang mendapatkan bagian itulah janda-janda, anak yatim, dan orang-orang tua. Orang-orang yang dianggap tidak beruntung dan juga orang-orang miskin. Biasanya itu yang diberikan duluan,” ucap Rukka.

Dari ritual ke sustainability

Koordinator Kelompok Studi Maritim LIPI, Dedi Supriadi Adhuri, menjelaskan sasi itu tradisi berhubungan dengan pelarangan untuk mengakses wilayah atau sumber daya tertentu. Berdasarkan dokumen sejarah, tradisi ini dipraktekkan sejak abad ke-17.

Awalnya tradisi ini lebih banyak untuk keperluan ritual. Seiring waktu, tradisi ini disadari sebagai upaya sustainability (pelestarian berkelanjutan) untuk ekosistem laut. Pada masyarakat adat Papua. Masa sasi berpatokan jadwal ritual, hari perayaan dan hari besar lain. Sasi dan hasil panen dikumpulkan untuk kebutuhan ritual.

“Misalnya kematian, adatnya dll mereka menjadwalkan misalnya 8 bulan atau setahun ke depan. Mereka membuat sasi penutupan itu, akses terhadap kegiatan penangkapan ikan, supaya nanti pada saat ritual ada cukup ikan yang bisa dimanfaatkan,” jelas Dedi kepada CNNIndonesia.com.

Makin lama jangka waktu “buka tutup sasi” sering dipercepat karena terdesak keperluan. Hal itu dipengaruhi keterlibatan dengan ekonomi pasar. Contoh mereka butuh panen ditukar  uang tunai. secara ekosistem percepatan panen itu merugikan dan mengancam sustainability dari sumber daya mereka.

Praktik tradisi sasi mengalami pergeseran sejak banyak berinteraksi dengan orang di luar adat, seperti LSM. Pergeseran itu meliputi orientasi dan sistem sasi. Masyarakat adat dan LSM berdiskusi menjadikan sasi sebagai sustainability juga.

Keilmuan modern dipadukan keilmuan masyarakat. Sehingga, orientasi sasi mengalami pergeseran ke arah sustainability yang lebih terarah.

Perubahan sistem sasinya yaitu pembagian wilayah sasi. Pertama ada wilayah diperuntukkan ‘bank ikan’ juga sebagai ‘wilayah sasi permanen’. Wilayah sebagai ‘bank ikan’ diperuntukkan memenuhi kebutuhan hidup masyarakat adat.

‘Wilayah sasi permanen’ jadi wilayah tak boleh seorang pun di luar masyarakat yang boleh menyentuhnya. Wilayah itu disebut ‘hak ulayat laut’. Itu Wilayah komunal adat melindungi sumber daya di dalamnya. Dalam terminology konservasi modern disebut Marine Protected Areas (MPA). Sistem sasi dibuat untuk menyeimbangi sistem “buka tutup sasi” yang makin lama, makin singkat.

“Komunitasnya didorong mengaktifkan sasi-nya secara permanen. Itu bisa dikoreksi oleh modern science. Misalnya, waktu panennya diatur sehingga cukup dengan siklus dan carrying capacity dari sumber dayanya. Wilayah tertentu itu diperlukan sebagai bank ikan supaya sustainability-nya terjamin,” ucap dia

Dedi menuturkan tradisi sasi ini efektif menjaga ekosistem. Sebab tradisi ini dapat mengatur akses pada eksploitasi sumber daya tertentu yang jadi objek sasinya itu. Sehingga laut dan seisinya, berikut makhluk hidup yang menggantungkan hidup dengannya, bisa panjang umur.

(ard; Baca artikel CNN Indonesia “Tradisi Sasi, Cara Unik Papua Menjaga Laut Panjang Umur” selengkapnya di sini:;Bahan dari : https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20210611225656-269-653397/tradisi-sasi-cara-unik-papua-menjaga-laut-panjang-umur) Yulia Adiningsih
(Download Apps CNN Indonesia sekarang https://app.cnnindonesia.com/)-FatchurR *

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Langganan Artikel Gratis
Dengan mendaftarkan alamat email dibawah ini, berarti anda akan selalu dapat kiriman artikel terbaru dari Alumnimaterdei

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Anda pengunjung ke
UD. Setiadarma
Best PRICE, Best QUALITY & Best for YOU! Setiadarma

UD. Setiadarma-Surabaya Sidharta Krisnamurti HP. 08165419447

Percetakan Offset Sidoyoso
Jl. Kedung Cowek 205 Surabaya (0351) 3770001-3718318 Fax. 3763186
Bosch
Bosch Jl. kedungsari 117-119 Surabaya Telp. (62-31) 5312215-5353183-4 Fax. (62-31) 5312636 email: roda_mas888@yahoo.com
Download Buletin Media Alumni Edisi 2
Buletin-MA-utk.-Widget Buletin Media Alumni bag. 1, kilk disini Buletin Media Alumni bag. 2, klik disini buletin Media Alumni bag. 3, klik disini
Alamo
alamo
Download Buletin
buletin-IAMDP 8 Download Buletin klik pada Gambar
Sahabat kita