Ojok metu mBah
Mbah : “Le mlebuo omah ojok nang njobo. Dilut engkas gurumu moleh lewat ngarep omah lho.. koe lak mbolos se mau isuk”
Cucu: “Yo sampean ae mbah sing mlebu kamar.. ojo metu metu”
Mbah: “Lho koq aq sing mbok kongkon ndelik.. ?
Cucu : “Lha yo mbah. Mau aq mbolos alasanku mbahku mati”
Mbah: “Pancen koen phutu kurang ajar…(Nelly Kang-A68)
————
Limangewu jaluk slamet
Lanjut ceitane, sisuke si-mbah lungo maneh, nyeluk tukang becak. Dilalah tukang becak’e wong tonggo deso, ora iso boso Jowo kepekso boso Indonesia. Tawar menawar ongkos terjadi lagi.
Si-mbah ngomel :” Ke toko dekat perempatan, kelihatan tuh dari sini, masak minta Rp. 10 ribu”. Rp.5 ribu aja”, dan langsung naik duduk di becak (pemaksaan kehendak?!).
Mang becak hanya melongo lalu ngedumel: “Langit juga kelihatan mbah!!”, sembari mulai mengayuh becaknya. Si-mbah seyum2 merasa menang. Semula becak jalannya pelan, lalu mulai ngebut dan zigzag. Ada lubang dihantamnya sampai si- mbah duduknya terpontang-panting. Si-mbah pucat ketakutan lalu berteriak-teriak :” Alon-alon, cakkkkk 3x”.
Si-becak juga teriak :” Ke toko atau ke alonalon, bereslah mbah (alonalon bahasa medura artinya lapangan kota /sepakbola) sambil tambah ngebut campur ngepot segala.
Si-mbah tambah teriak:” Bukan ke alonalon cak, maksudku pelan-pelan jangan ngebut”.
Apa pula jawab si-becak meduro:” Limang ripis kok jaluk slametttt… da’ ramma sampean neka mbah?!!” (boso jowone mang becak mettu, campur meduro yang artinya Rp. 5 ribu rupiah saja kok minta selamat, gimana sih kamu mbah).
Kali itu si-mbah ketemu batunya…. dan kapok numpak becak heheee (Ims)-Aguk
———-
Semoga gak ada yg tersinggung lihat beliau marah n jengkel
Seorang pastur tua di Amerika Latin, yang sudah 40 tahun bertugas di sebuah gereja, merasa sangat kecewa. Ia bahkan sempat merasa harus meninggalkan jemaatnya, soalnya selama 40 tahun itu, setiap ada pengakuan dosa, dosa yang paling banyak didengarnya dari umatnya adalah dosa “selingkuh”.
Ia merasa gagal membina moral umatnya itu selama 40 tahun. Umatnya merasa kasihan juga dengan pastur tua itu. Mereka semua akhirnya sepakat, supaya kalo mengaku dosa, kata selingkuh diganti dengan istilah “jatuh di got”.
Setiap kali mereka mengaku dosa, mereka berkata, “Bapa, saya telah jatuh di got minggu ini.” Begitu seterusnya, hampir semua umat mengatakan dosanya, “jatuh di got”.
Pastur itu merasa heran. Ia akhirnya memanggil kepala desa dan berkata, “Pak Kepala Desa, kemana saja kau gunakan uang negara? Jalan di desa ini tidak kau buat baik. Semua umat mengaku jatuh di got?”
Si Kepala Desa yang tahu maksud istilah itu tertawa terpingkal-pingkal. Pastur itu marah, “Kamu tertawa? Istrimu saja seminggu ini ngaku 3 kali jatuh di got!!!” (Surjadi MK)-Aguk
Leave a Reply