Kembang kesayangan ibu

Ibu hendak pergi ke rumah nenek dua hari dan menitipkan bunga mawarnya kepada Rumi, putrinya. Dengan bersemangat, Rumi merawat bunga2 mawar itu hingga ia tak menyadari vas bunga itu tersenggol. Semua bunga yang tersusun pada vas itu berantakan dan bunganya rusak. Rumi ketakutan, namun tak bisa melakukan apa2 selain menunggu ibunya pulang dan mengakui kesalahannya.

 

Ketika ibunya pulang, Rumi langsung mengatakannya, “Ibu, maafkan Rumi. Vas bunganya tersenggol dan bunga kesayangan ibu rusak.” Ibu tersenyum. Rumi terkejut, “Mengapa ibu tidak marah..?”

“Bunga2 itu kesayangan ibu. Bunga ibu tanam untuk memberikan keindahan dan bukan untuk marah.”

 

Terkadang kita akan mengeluarkan emosi ketika kita dapati hal terbaik dalam diri kita terusik. Kita menjadi marah dan melukai banyak orang. Sadarkah kita bahwa kita dianugerahi anak-anak bukan untuk menjadi sasaran kemarahan? Demikian juga suami, istri dan sahabat.

 

Mereka ada bagi kita untuk membuat hidup kita bahagia sehingga tak layak bagi kita untuk menjadikannya pelampiasan emosi. Sayangi mereka sama seperti Sang Maha Kuasa menyayangi kita. Mereka adalah keindahan yang diberikanNYA. Janganlah lekas-lekas marah atau memendam amarah dalam hati. (http://iphincow.com/2015/08/03/bunga-kesayangan-ibu/)-FatchurR

—————

Ikuti artikel lainnya, monggo dinikmati :

  1. Untuk para suami
  2. Dua belas tahun lalu
  3. Pesan Paus Fransiskus tentang KELUARGA

————

 

Untuk para suami

“Teeng…” Terdengar denting bunyi jam 1 kali, menandakan jam 01.00 dini hari.
“Selamat malam…!” Ucapnya lirih Rino saat masuk rumah. Tak ada orang yang menjawab, Rino tahu istri dan anak-anaknya pasti sudah tidur. “Biarlah malaikat yang menjawab salamku” gumamnya dalam hati.
Diletakkanlah tas, ponsel dan kunci-kunci di meja.

Setelah itu, Rino menuju kamar mandi, buang air kecil dan berganti pakaian. Semua tidur pulas, tak ada satu-pun yang terbangun. Rino beranjak menuju kamar tidur. Pelan2 dibukanya pintu kamar. Rino tidak ingin mengganggu tidur istrinya. Benar saja istrinya tidak terbangun, tidak menyadari kehadiran suaminya. Rino duduk di pinggir tempat tidur. Dipandanginya dalam-dalam wajah Rina istrinya.

Rino teringat perkataan almarhum ayahnya, dulu sebelum Rino menikah. Ayahnya berpesan :
“Jika kamu sudah menikah nanti..
•Jangan berharap punya istri yang sama persis dengan maumu. Karena kamu juga tidak sama persis dengan maunya.
•Jangan pula berharap punya istri yang berkarakter sama seperti dirimu. Karena suami istri adalah dua orang yang berbeda. Bukan untuk disamakan tapi untuk saling melengkapi.

Dan.. Jika suatu saat ada yang tidak berkenan di hatimu, atau kamu merasa jengkel, marah, dan perasaan tidak enak yang lainnya, Maka… Lihatlah ketika istrimu tidur..”
“Kenapa ‘yah, kok waktu dia tidur?” Tanya Rino kala itu.
Ayahnya menjawab : “Nanti kamu akan tahu sendiri”

Waktu itu, Rino tidak memahami maksud ayahnya, tapi ia tidak bertanya lagi, karena ayahnya sudah mengisyaratkan untuk membuktikannya sendiri. Malam itu, Rino mulai memahaminya. Malam itu, Rino menatap wajah istrinya dekat-dekat. Semakin lama dipandangi wajah istrinya, semakin mengguncang perasaan di dadanya. Wajah polos istrinya saat tidur benar-benar membuatnya terkesima.

Raut muka tanpa polesan, tanpa ekspresi, tanpa kepura-puraan, tanpa dibuat-buat. Pancaran tulus dari kalbu. Memandanginya menyeruakkan berbagai macam perasaan. Ada rasa sayang, cinta, kasihan, haru, penuh harap dan entah perasaan apa lagi yang tidak bisa ia gambarkan dengan kata-kata.

Dalam batin, Rino bergumam, “Wahai istriku, engkau dulu seorang gadis
•Yang leluasa beraktivitas,
•Banyak hal yang bisa kau perbuat dengan kemampuanmu.
Lalu …. aku menjadikanmu istri. •Menambahkan kewajiban yang tidak sedikit. •Memberikanmu banyak batasan, •Mengaturmu dengan banyak aturan.

Dan aku pula… •Yang menjadikanmu seorang ibu. •Menimpakan tanggung jawab yang tidak ringan.
•Mengambil hampir semua waktumu untuk aku dan anak-anakku.
Wahai istriku.. Engkau yang dulu bisa melenggang kemanapun tanpa beban…

Kini aku memberi beban di tanganmu, dipundakmu.. •Untuk mengurus keperluanku, •Guna merawat anak2ku, juga … •Memelihara kenyamanan  rumahku. Kau relakan waktu dan tenagamu melayaniku dan menyiapkan keperluanku. Kau ikhlaskan rahimmu untuk mengandung anak-anakku. Kau tanggalkan segala atributmu untuk menjadi pengasuh anak-anakku. Kau buang egomu untuk menaatiku,
Kau campakkan perasaanmu untuk mematuhiku.

Wahai istriku.. Di kala susah, kau setia mendampingiku. Ketika sulit, kau tegar di sampingku. Saat sedih, kau pelipur laraku. Dalam lesu, kau penyemangat jiwaku. Jika aku gundah, kau penyejuk hatiku. Kala aku bimbang, kau penguat tekadku. Bila aku lupa, kau yang mengingatkanku. Ketika aku salah, kau yang menasehatiku.

Wahai istriku.. Telah sekian lama engkau mendampingiku. Kehadiranmu membuatku menjadi sempurna sebagai laki-laki. Lalu, atas dasar apa aku harus kecewa padamu..?! Dengan alasan apa aku marah padamu..?! Andai kau punya kesalahan atau kekurangan. Semuanya itu tidak cukup bagiku untuk membuatmu menitikkan airmata.

Akulah yang harus membimbingmu. Aku adalah imammu. Jika kau melakukan kesalahan.
Akulah yang harus dipersalahkan karena tidak mampu mengarahkanmu. Jika ada kekurangan pada dirimu. Itu bukanlah hal yang perlu dijadikan masalah. Karena kau insan, bukan malaikat.  Maafkan aku istriku.. Kaupun akan kumaafkan jika punya kesalahan. Mari kita bersama-sama membawa bahtera rumah tangga ini hingga berlabuh di pantai nan indah, dengan hamparan karunia Tuhan. Segala puji hanya kepada Tuhan  yang telah memberikanmu sebagai jodohku.”

Tanpa terasa air mata Rino menetes deras di kedua pipinya. Dadanya terasa sesak menahan isak tangis.
Segera ia berbaring di sisi istrinya dengan do’a tulus semoga bahagia dan dibalas syurga oleh Allah SWT.
Hayo sayangi istri kita (Wiwik Handayani-A68)

————-

 

Dua belas tahun lalu,
seorg wanita pergi kuliah di Prancis. Dia harus sambil kerja dan sambil kuliah. Dia perhatikan bhw sistem transportasi ditempat menggunakan sistem “otomatis”, artinya anda beli tiket sesuai dgn tujuan melalui mesin. Setiap perhentian kendaraan umum pakai cara “self-service” dan jarang sekali diperiksa petugas.
Bahkan periksa insidentil oleh petugas pun hampir tidak ada.

Setelah dia temukan kelemahan sistem ini, dgn kelicikannya dia perhitungkan kemungkinan tertangkap petugas krn tidak beli tiket sangat kecil. Sejak itu, dia selalu naik kendaraan umum dgn tidak membayar tiket. Dia bahkan merasa bangga atas kepintarannya.

Dia juga menghibur dirinya krn dia anggap dirinya adalah murid miskin, dan kalo bisa irit ya irit.
Namun, dia tidak sadar dia sedang melakukan kesalahan fatal yg akan mempengaruh karirnya…

Setelah 4 thn berlalu, dia tamat dari fakultas yg ternama dgn angka yg sangat bagus. Ini membuat dirinya penuh dengan keyakinan. Dia mulai memohon kerja di perusahan yg ternama di Paris dgn pengharapan besar untuk diterima. Pada mulanya, semua perusahan ini menyambut dia dgn hangat.
Namun berapa hari kemudian, semuanya menolak dia untuk berkerja.

Kegagalan yg terjadi berulang kali membuat dia sangat marah. Dia mulai anggap perusahan2 ini rasis, tidak mau terima warga negara asing. Akhirnya, dia memaksa masuk ke departemen tenaga kerja utk bertemu dengan managernya. Dia ingin tahu alasan apa perusahan menolak bekerja.
Ternyata, penjelasannya diluar sangkaan dia…

Berikutnya adalah dialog mereka…
Manager: Nona, kami tidak rasis, sebaliknya kami sangat mementingkan mu. Pada saat anda mohon bekerja di perusahan, kami terkesan dgn pendidikan dan pencapaian anda. Sesungguhnya, berdasarkan kemampuan, anda sebenarnya pekerja yg kami cari-cari.

Wanita: Kalau begitu, kenapa perusahan tidak terima aku bekerja?
Manager: Karena kami periksa sejarahmu, ternyata anda pernah tiga kali kena sanksi tidak membayar tiket saat naik kendaraan umum.
Wanita: Aku mengakuinya, tapi masa krn perkara kecil ini perusahan menolak pekerja yg mahir dan banyak kali tulisannya terbit di majalah?

Manager: Perkara kecil? Kami tidak anggap ini perkara kecil. Kami perhatikan pertama kali anda melanggar hukum terjadi di minggu pertama anda masuk di negara ini. Petugas percaya dgn penjelasan bhw anda masih belum mengerti sistem pembayaran. Diampuni, tapi anda tertangkap 2x lagi setelah itu.
Wanita: Oh krn tidak ada uang kecil saat itu.

Manager: Tidak, tidak. Kami tidak bisa terima penjelasan anda. Jangan anggap kami bodoh. Kami yakin anda telah melakukan penipuan ratusan kali sebelum tertangkap.
Wanita: Itu bukan kesalahan mematikan kan? Kenapa harus begitu serius?
Lain kali saya berubah kan masih bisa.

Manager: Saya tidak anggap demikian. Perbuatan anda membuktikan dua hal:
1. Anda tidak mengikuti peraturan yg ada Anda pintar mencari kelemahan dlm peraturan dan memanfaatkan utk diri sendiri.

2. Anda tidak bisa dipercaya. Banyak pekerjaan di perusahan kami tergantung pada kepercayaan.
Jika anda diberikan tanggungjawab atas penjualan di sebuah wilayah, maka anda akan diberikan kuasa yg besar. Demi ongkos, kami tidak sanggup memakai sistem kontrol untuk mengawasi pekerjaanmu.
Perusahan kami mirip dengan sistem transportasi di negeri ini. Karena itu, kami tidak bisa pakai anda.
Saya berani katakan, di negara kami bahkan seluruh Eropa, tidak ada perusahan yg mau pakai anda.
Pada saat itu, wanita ini seperti bangun dari mimpinya dan sangat menyesal. Perkataan manager yg terakhir membuat hatinya gentar. Moral dan etika bisa menutupi kekurangan IQ atau kepintaran.
Tetapi IQ atau kepintaran bagaimanapun tidak akan bisa menolong etika yg buruk…. (Budiono-A72)

————

 

Pesan Paus Fransiskus tentang KELUARGA.
“Tidak ada keluarga yang sempurna.   Kita tidak punya orang tua yang sempurna, kita tidak sempurna,
tidak menikah dgn orang yg sempurna,   kita juga tidak memiliki anak yang sempurna. Kita memiliki keluhan tentang satu sama lain. Kita kecewa dengan satu sama lain. Oleh karena itu, tidak ada pernikahan yang sehat atau keluarga yang sehat tanpa olah pengampunan.

Pengampunan penting untuk kesehatan emosional kita dan kelangsungan hidup spiritual. Tanpa pengampunan keluarga menjadi teater konflik & benteng keluhan. Tanpa pengampunan keluarga menjadi sakit. Pengampunan adalah sterilisasi jiwa, penjernihan pikiran & pembebasan hati.
Siapa pun yang tidak memaafkan tidak memiliki ketenangan jiwa & persekutuan dengan Allah.

Rasa sakit adalah racun yg meracuni &  membunuh. Mempertahankan luka hati adalah tindakan merusak diri sendiri. Ini adalah Autofagi. Dia yang tidak memaafkan memuakkan fisik, emosional dan spiritual. Itulah sebabnya keluarga harus menjadi tempat kehidupan &  bukan tempat kematian;
Sebuah tempat penyembuhan bukan tempat penuh dgn penyakit; sebuah panggung pengampunan dan   bukan panggung rasa bersalah.

Pengampunan membawa sukacita sedangkan kesedihan membuat hati luka. Dan pengampunan membawa penyembuhan, sedangkan rasa sakit menyebabkan penyakit.” Go (Hwie Khing-A60; Oleh: Paus Fransiskus tentang KELUARGA)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Langganan Artikel Gratis
Dengan mendaftarkan alamat email dibawah ini, berarti anda akan selalu dapat kiriman artikel terbaru dari Alumnimaterdei

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Anda pengunjung ke
UD. Setiadarma
Best PRICE, Best QUALITY & Best for YOU! Setiadarma

UD. Setiadarma-Surabaya Sidharta Krisnamurti HP. 08165419447

Percetakan Offset Sidoyoso
Jl. Kedung Cowek 205 Surabaya (0351) 3770001-3718318 Fax. 3763186
Bosch
Bosch Jl. kedungsari 117-119 Surabaya Telp. (62-31) 5312215-5353183-4 Fax. (62-31) 5312636 email: roda_mas888@yahoo.com
Download Buletin Media Alumni Edisi 2
Buletin-MA-utk.-Widget Buletin Media Alumni bag. 1, kilk disini Buletin Media Alumni bag. 2, klik disini buletin Media Alumni bag. 3, klik disini
Alamo
alamo
Download Buletin
buletin-IAMDP 8 Download Buletin klik pada Gambar
Sahabat kita