Sobat A61 yang grapyak dan mitos Watu Ulo
Dalam perjalananku ke Jawa Timur mulai tanggal 7/9/17 ke Surabaya. Lanjut tanggal 10/9/17 menghadiri acara keluarga di Malang. Ketika itu sahabatku P58-JR sedang mengangkasa ke Chengdu Tiongkok. Karena itu aku gak bisa menemuinya.
Malam itu aku menginap di Jember dan keesokan harinya ngampiri sobat lainnya A61 BT/KP. Sambutannya sahabat ini bersama istrinya Ruaaarr biasa baik dan kejutan bagi rombonganku yang susah dituliskan dalam kalimat. Pokoke hebat penerimaannya. Terima kasih mas.
Perjalananku hari itu niatnya berwisata ke Pantai Papuma dan Puslitbang Kopi-Kakao di Perkebunan Renteng Jember. Tapi kali ini aku sajikan Papuma dari sisi mitosnya, monggo kita berkhayal mistis dari suatu sumber berikut ini :
Merdeka.com-Watu Ulo, pantai di kab-Jember yang banyak diminati turis, termasuk rombonganku. Keindahan pantai dan pulau2 kecil ditambah khas lagi membuat Watu Ulo jadi istimewa. Itu lho susunan batu panjang menjorok ke pantai serupa ular.
Karenanya pantai ini dikenal khas sebutan Watu Ulo. Bntuk memanjang, struktur batu ini mirip sisik ular. Keunikan struktur batu ini memunculkan legenda2 asal-usulnya. Salah satunya dituturkan lAnshori, penjaga Pantai Watu Ulo pada merdeka.com (07/09).
Dipercaya pantai selatan ini dihuni Nogo Rojo berwujud ular raksasa. Nogo Rojo menguasai pantai ini memakan semua hewan disana hingga masyarakat tidak dapat makanan. Dua pemuda (R. Said dan R. Mursodo) bersaudara. Kedua pemuda ini anak angkat Nini dan Aki Sambi, R-Said di cerita ini dipercaya sama dengan Raden Said yang dikenal dengan Sunan Kalijaga.
Legenda mengatakan kedua pemuda memancing di tempat Nogo Rojo tinggal. Karena semua telah dimakan Sang Ular Raksasa, maka kedua pemuda ini tak berhasil dapat ikan. Akhirnya, kail R-Mursodo mengait satu ikan (mina).
Ikan mina bisa berbicara dan minta dilepaskan. Sebagai gantinya, ikan mina memberi sisik yang bisa berubah jadi emas. R. Mursodo menyetujuinya. Namun muncul Nogo Rojo dan memakan mina. Geram, R-Mursodo melawan Ular itu dan membelah tubuhnya 3 bagian. Inilah asal-usul Watu Ulo.
Tiga bagian ular itu terpencar. Badannya di Pantai Watu Ulo Jember, kepalanya di Grajakan Banyuwangi, dan ekornya di Pacitan. Potongan tubuh Nogo Rojo itu hingga kini dipercaya menetap di pantai Watu Ulo dan menjelma jadi batu2an menjorok ke laut.
Mitos ini belum dibuktikan ilmiah. Fakta unik pembuat masyarakat percaya mitos itu. Misal batu ini sangat panjang (500 mt) dan besar. Watu ulo di bawah pasir belum diketahui. Dipercaya panjang watu ulo dari pesisir ke daratan tembus ke hutan di kawasan Watu Ulo dan Teluk Papuma.
Versi lain, batu panjang itu wujud naga tertidur dan bersemedi. Naga itu diutus Ajisaka bersemedi, dan dipercaya akan terbangun dan jadi manusia. Versi ini ada di buku Mitos dalam Tradisi Lisan Indonesia, karya Dr Sukatman M.Pd. Mitos dan legenda ini jadi kekayaan budaya dan folklore masyarakat. Jadi silahkan ikutan menikmatinya.
Sebelumnya rombongan Reuni lintas Angkatan di Situbondo Agustus 2016 juga menikmati pantai ini, diantaranya Pak Widodo, Bu Widodo, mBak Julia yang drg dan sebagainya. [kun; Kun Sila Ananda]
Monggo lengkapnya klik aja : (https://www.merdeka.com/gaya/mitos-ular-terbelah-asal-mula-terbentuknya-watu-ulo-jember-wisata-jember-11.html)-FatchurR