Pendeteksi banjir dari ITS
SURABAYA, KOMPAS.com — Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro ITS, Surya Mahendra, bersama dua rekannya merancang keran wudhu hemat air. “Kalau dipakai keran air wudhu bisa menghemat 1,5 liter air. Biasanya, tiap orang membutuhkan 4 liter air wudhu, tapi dengan keran itu hanya 2,5 liter,” katanya di Surabaya, Rabu (2/5/2012).
Didampingi dosen pembimbing Suwito, ia menjelaskan, penghematan itu dapat dilakukan dengan menggunakan sensor dan alat otomatis yang disebut solenoid valve. “Keran hemat air itu memakai baterai berdaya 6 watt, tapi dalam kondisi tidak dipakai memakai 0,1 watt. Untuk pengganti baterai bisa menggunakan sel surya,” kata mahasiswa semester VI itu.
Menurut dia, sel surya mampu menyerap energi 100 watt saat matahari bersinar terang dan bisa disimpan untuk kebutuhan malam hari. “Yang jelas, saat merancang alat yang dapat dibuat dalam waktu satu jam itu karena saya sering menyaksikan keran wudhu di masjid yang tidak dimatikan,” katanya.
Dipuji Dahlan Iskan
Suwito mengatakan, keran hemat air itu sempat dipuji Menteri BUMN Dahlan Iskan saat berkunjung ke ITS pada 1 April 2012. “Pak DI memuji karena ajaran agama bahwa boros itu temannya setan. Tapi ajaran agama untuk tidak boros itu akan terlaksana dengan keran hemat air. Jadi, teman-teman ITS bisa berdakwah lebih efektif,” katanya.
Alat itu juga sempat dipamerkan dalam Expo ITS dan lokakarya bertema “Selamatkan Air Sekarang” beberapa waktu lalu. “Insya Allah, kami akan mencoba untuk merealisasikan alat itu pada Masjid Manarul Ilmi ITS untuk menyemarakkan Hardiknas,” katanya.
Alat rancangan mahasiswa Jurusan Elektro lain, yakni Maulana Djatikusuma. “Saya merancang alat deteksi kedalaman air banjir di kawasan tertentu,”. Dengan alat itu, kata mahasiswa semester VI ini, kedalaman air banjir di wilayah tertentu dapat dihubungkan dengan traffic light untuk menampilkan kedalaman air banjir pascalampu merah itu.
“Kalau ketinggian air banjir melebihi ukuran ban mobil, maka seorang pengendara dapat membelokkan mobilnya untuk menghindarinya, sekaligus tidak menyebabkan mobilnya mogok yang akhirnya menimbulkan kemacetan panjang,” katanya.
Hingga saat ini, alat yang dirancangnya itu masih memiliki radius deteksi 200 meter hingga satu kilometer. “Jadi, alat itu mirip early warning system yang mendeteksi cekungan kedalaman air,” katanya. (http://sains.kompas.com, 2Mei 12/humasristek) dan (http://www.ristek.go.id/index.php/module/News+News/id/11033)
Catatan : Tidak bosan bosannya, kita gelorakan untuk berinovasi, berkreativitas untuk prestasi dan manfaat bagi sesama-FatchurR
Leave a Reply