Lulusan SMA kalahkan phd
JAKARTA, KOMPAS.com-Bangsa kita tak boleh kehilangan semangat sebagai bangsa kreatif dan inovatif. Lihatlah, pemuda lulusan SMA-SMK asal Salatiga ini mampu mengalahkan insinyur dunia. Kekayaan bangsa ini tidak terletak pada sumber daya alamnya, tapi pada sumber daya manusianya.
Arfian Fuadi (28) dan Arie Kurniawan (23), kakak beradik asal Salatiga, juara pertama dalam “3D Printing Challenge” yang diadakan General Electric (GE) tahun ini. Tidak cuma itu, dalam kompetisi tersebut, karya Arfian dan Arie berhasil mengalahkan karya insinyur lulusan universitas terkemuka dunia.
“Arfian dan Arie berhasil mendesain jet engine bracket satu komponen untuk mengangkat mesin pesawat terbang yang terringan dari komponen serupa yang pernah dibuat di dunia. Mereka berhasil mengalahkan peserta bergelar Ph.D dari Swedia yang menyabet peringkat kedua dan insinyur lulusan University of Oxford yang meraih juara ketiga,” ujar Handry Satriago, CEO General Electric Indonesia, Jakarta, Selasa (22/7/2014).
Dua pemuda lulusan SMA Negeri 7 Semarang dan SMK Negeri 2 Salatiga, Jawa Tengah, ini berhasil menyisihkan 700 karya dari 50 negara peserta yang mengikuti kompetisi tersebut.
Keunggulan jet engine bracket yang didesain Arfian dan Arie adalah komponennya yang hanya berbobot 327 gram atau 84 persen lebih ringan dari pascaproses pembuatan cetak biru atau prototipe Jet engine bracket saat ini yang seberat 2 kilogram.
Jualan Susu dan Tukang Tambal Ban
Apa yang dicapai Arfian dan Arie di kancah internasional tidak tiba-tiba. Sebelum berkecimpung di dunia desain engineering mereka, pedagang susu dan tukang tambal ban. Kehidupan ekonomi keluarga yang tidak mencukupi membuat mereka harus bekerja apa saja untuk mendapatkan penghasilan.
“Rumah sudah hampir rubuh jadi kita butuh kerjaan. Dari kecil memang kita diwajibkan berwirausaha, bahkan pernah jualan susu, pernah juga jadi tukang tambal ban,” kata Arie kepada kompas.com.
Lucunya, kalau boleh dibilang begitu, baik Arfian dan Arie tak memiliki latar belakang akademis di dunia desain engineering. Arfian yang lahir pada 2 Juli 1986 lulusan SMA, sedang Arie yang lahir pada 11 Juli 1991 lulusan SMK jurusan otomotif.
Arfian yang pertama tertarik dengan dunia ini. Ia semata-mata hobi, belajar dengan pinjam komputer milik sepupunya. Komputer adalah barang yang mewah yang tidak mungkin mereka miliki. “Dulu ketika sekolah, sering pinjam komputer sepupu untuk belajar. Tapi minjem-nya kalau sepupu sudah tidur,” kata dia.
Arie mengenal desain engineering dari kakaknya. Arie mengaku secara akademis dirinya tidak cemerlang di sekolah. Ia kesulitan memahami setiap pelajaran. Kata dia, materi pelajaran di sekolah kebanyakan disampaikan berbentuk teori tanpa praktik. Siswa di kelas hanya membayangkan yang diajarkan guru.
Proyek pertama senilai Rp 90 ribu
Mereka bercerita, proyek pertama membuat desain dimulai dari seringnya mengunjungi salah satu situs tempat para klien mereka berkumpul dan berbincang di dunia maya.
Pada tahun 2005, proyek pertama yang dikerjakan, membuat jarum untuk alat ukur yang berfungsi sebagai alat medis. Pemesannya adalah perusahaan asal Jerman. Mereka mendapat honor perdana sebesar 10 dollar AS atau sekitar Rp 90 ribuan kala itu.
Sejak proyek pertama itu, mereka terus mendapat permintaan untuk membuat desain-desain alat-alat lain yang semakin canggih. Bahkan, mereka sempat ditawari membuat senjata namun mereka menolak karena senjata dapat digunakan untuk tindakan kriminal.
Selanjutnya, mereka juga pernah membuat desain pesawat ringan yang dipesan oleh perusahaan asal Amerika Serikat. Mereka mendapat bayaran ribuan dollar dari proyek itu. Mereka kini pemilik usaha Dtech Engineering, bisnis jasa desain yang mendunia.
Mereka melayani pemesanan desain tiga dimensi dari seluruh dunia. (Adi Djoko; Penulis : Yoga Sukmana; Editor : Heru Margianto; http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/07/28/182908026/Pemuda.Salatiga.Lulusan.SMA.Kalahkan.Insinyur.Oxford.di.Lomba.Desain.Komponen.Jet.)-FatchurR
Leave a Reply