KAPAN KE BANYUBIRU LAGI-2
Mengunjungi tempat wisata lokal, berarti anda secara tidak langsung ikut menyejahterakan masyarakat lingkungan sekitarnya, jadi kenapa nggak dikoordinir perjalanan dengan naik bis dan yang mampu sebagian turun disuatu tempat, berlanjut dengan naik sepeda ontel.
Namun ada pertanyaan yang tersisa, apakah anda telah membaca naskah sebelumnya di http://alumnimaterdei.com/kenangan/naik-sepeda-ke-banyubiru-pasuruan-1.html#more-2632Inilah lanjutan kisahnya, Tombro yang hanya bertani, namanya lebih menonjol dari kebut.
Suatu hari kerbau peliharaan Tombro dilepas dari kandangnya. Sebagaimana kebiasaan setiap hari. Kedua ekor kerbau itu mencari makan sendiri tanpa ditemani oleh tuannya dan gembala yang seharusnya mengawasinya.
Begitulah kebiasaannya kalau kebetulan bintang itu tidak dipekerjakan disawah. Sore harinya pulang kekandang yang berdiri di belakang rumah pemiliknya. Tetapi pada hari itu ketika Tombro hendak menutup pintukandang ternyata tidak melihat kerbaunya.
Bergegaslah dia berangkat mencari ke hutan yang ada disekitar desanya. Tidak begitu sulit
mencarinya sebab dia melacak berdasarkan telapak kaki kerbaunya. Ternyata kedua ekor kerbau itu asyik berkubang disebuah kolam kecil yang tidak pernah di ketahuinya.
Tombro berteriak-teriak agar hewan-hewan peliharaannya itu bangkit dan pulang kekandang. Rupanya kerbau itu tidak bergerak sedikitpun dari tempatnya Tombro mendekat dan terkejut sebab kerbau itu ternyata terperangkap dalam lumpur.
Segera dipetiknya empat lembar daun keladi yang banyak tumbuh di sekitarnya. Keempat daun itu dia hamparkan didepan kedua ekor kerbau itu. Sekali lagi Tombro membentaknya tampak kedua ekor kerbau itu bergerak dan ujung kakinya menggapai daun keladi lalu tiba-tiba bangkit dan keluar
dari kubungan.
Hewan itu lari pulang kekandangnya. Sepeninggal hewan peliharaannya Tombro berdiri sejenak dipinggir kolam kecil. Di pandangnya kolam itu dan dia tidak lagi menyaksikan lumpur yang keruh tapi sebuah kolam yang penuh air yang jernih sehingga dasarnya yang berpasir kelihatan nyata.
Bahkan disela ranting yang berada didasar kolam tampak dua ekor ikan sengkaring sedang asyik berenang. Menurut cerita dari masyarakat kedua ekor ikan itu lambat laun berkembang biak hingga sekarang.
Pengunjung pemandian yang kebetulan datang dapat menyaksikan ikan-ikan itu, jumlahnya telah berlipat ganda dan berenang kian kemari seolah-olah berlomba dengan para pengunjung pemandian yang sedang mandi yang air dasar pasir bebatuan jernih sehingga kelihatan biru
Dengan kolam ajaib itu, penduduk jambaan banya datang menyaksikan. Sejak itu mereka memeliharanya dengan baik. Kolam itu dinamakan Banyu Biru. Kabar ditemukannya kolam aneh itu sempat didengar Bupati Pasuruan yang bernama Raden Adipati Nitiningrat.
Bersama seorang pembesar belanda (P.W Hopla, sesuai dengan prasasti yang tertulis dengan huruf jawa) keduanya menyaksikan kolam itu. Kolam itu kemudian dibangun oleh pemerintah Belanda dengan nama Telaga Wilis.
Telaga ini dibangun terus oleh orang belanda dijadikan pemandian umum. Untuk memperindah
pemandian ini dibuat taman bunga dan dilegkapi dengan berjenis-jenis patung yang diambil dari Singosari Malang.
Selain kerbau Tombro memelihara kera. Setelah wafat Tombro dimakamkan didekat pemandian dan kera itu berkembang biak hingga ratusan ekor. Waktu pendudukan Jepang, kera itu habis ditembaki dan sisanya menyingkir kehutan di dekat desa Umbulan yang terkenal dengan sumber air minumnya.
Sedangkan cerita pak Kebut tidak banyak dibicarakan orang karena dia hanya menekuni pekerjaannya sebagai pembuat alat pertanian. Dia dimakamkan berjajar dengan makam istrinya yang bernama mbok Kipah.
Dipinggir kolam renang lama (sebelah utara) tiap Jum’at orang-orang Tosari banyak berziarah kemakam itu. Menurut cerita penduduk setempat setiap ada yang berusaha memindahkan paron yang berada didekat makamnya meka keesokan harinya paron itu akan kembali ketempat asalnya.
Kira-kira pada tahun 1980 patung-patung yang banyak bersejarah ditaman pemandian itu dikumpulkan disatu tempat dan dilindungi oleh seksi Kebudayaan Depdiknas Kabupaten Pasuruan. Tempat itu berada didalam kompleks pemandian yang sekarang lebih terkenal dengan nama Banyu Biru.
Letak Geografis : Jarak dari kota kurang lebih 20 Km Luas wilayah Banyu Biru kurang lebih 4 hektar Wilayah desa Sumber Rejo Kecamatan Winongan Kabupaten Pasuruan. (FatchurR; bahan dari berbagai sumber)
Leave a Reply