Emas itu diawali patah tulang

HARI pertama sepatu roda SEA Games XXVI di Palembang, Sabtu (12/11), Indonesia memborong semua emas yang diperebutkan. Dominasi Indonesia membuat negara lain belum diberi kans mencuri emas.

Ada 4 nomor sepatu roda pada Sabtu (12/11). Empat nomor itu 5.000 Mt putri dan putra dan 300 Mt putri dan putra. Total, sepatu roda Indonesia merebut empat emas, tiga perak, dan satu perunggu. 5.000 meter putri dimenangi Ajeng Anindya dengan 19 poin. Diikuti Latifa Hikmawati dengan 13 poin dan atlet sepatu roda Singapura Jia Man Carmen Goh dengan 6 poin.

Sedangkan 5.000 meter putra dimenangi M. Oky Andriyanto dengan 19 poin. Diikuti M. Arif Rahman dengan 16 poin dan atlet sepatu roda Singapura Chiang Daryl Chan dengan 2 poin.

Dari 300 meter, 300 meter putri dimenangi Devina Pramudita dengan 30,433 detik. Diikuti Aisha Karimawati dengan 30,848 detik dan atlet sepatu roda Singapura Rui Jun Rebecca Chew dengan 33,501 detik.

Pertandingan yang cukup ketat terjadi 300 meter putra yang dimenangi Allan Chandra dengan 26,998 detik. Atlet sepatu roda Thailand Chutipon Nakarungsu sebelumnya menyelesaikan dengan 28,175 detik dan terlihat senang karena emas di depan mata. Namun, Allan akhirnya lebih cepat dan membuat kesenangan Nakarungsu hanya sesaat.

“Saya tampil habis-habisan. Inilah hasil berlatih sembilan bulan. Thailand tadi unggul, sedikit berpengaruh, tapi saya enggak berpikir emas akan direbut dia. Apalagi, di Indonesia, saya harus menang,” kata Allan.

Mengomentari empat emas sepatu roda pada Sabtu (12/11), manajer sepatu roda Adi Soekoprayitno menjelaskan, kemenangan-kemenangan Indonesia telah diprediksi. Namun, di olahraga sepatu roda yang mengandalkan kecepatan, ada faktor-faktor yang dapat memutarbalikkan prediksi.

“Di atas kertas, Indonesia menang, tapi di atas lintasan, ada faktor-faktor yang bisa berpengaruh. Kami juga mau lebih diakui di mana sepatu roda bukan cuma permainan, melainkan juga olahraga.”

Dari pelatih asing sepatu roda Indonesia Bill Begg, ia belum terlalu puas dengan performa atlet-atlet sepatu roda Indonesia. Mereka seharusnya dapat lebih baik dan hal itu harus ditunjukkan pada nomor-nomor berikutnya. Sepatu roda Indonesia sendiri menargetkan merebut enam emas dari 12.

Berikut salah satu upaya dari pemenangnya Ajeng Anindya. Dia mengukir sejarah sepatu roda pada SEA Games XXVI/2011. Kali pertama tampil di multieven dua tahunan, langsung sabet emas. “Ini adalah emas pertama saya di multieven level internasional. Saya bangga karena bisa harumkan nama Indonesia di SEA Games,” ungkapnya.

Diakui gadis kelahiran Semarang, 12 juli 1990 ini, butuh kerja keras untuk bisa sampai pada posisi saat ini. Sejak Februari lalu, Ajeng harus berpisah dengan keluarga. Dia harus kumpul dengan atlet lainnya di Bandung untuk lakukan pelatnas.

Untuk masuk ke pelatnas juga gak gampang. Dia harus sisihkan rival. Prestasinya sebagai peraih perak PON Jatim pada 2000 ketika berumur 10 tahun memudahkan langkahnya bela panji Merah Putih. Itu belum PON Palembang 2004 dan Kaltim pada 2008 yang hasilkan emas.

“Saat dapat emas penonton memberi ucapan selamat pertama kali. Setelah itu, ortu, kakak, dan adik. Mereka semua ke Palembang mendukung saya. Dan perjuangan mereka juga gak sia-sia karena saya dapat emas,” jelas anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Tisna Ningsih dan Hadi Sudjadi ini.

Di balik kesuksesan yang diraih, Ajeng menyimpan cerita mengharukan. Kali pertama merasakan getaran cinta kepada sepatu roda pada 1997 ketika masih kelas 1 SD. Beruntung, rasa cinta ini didukung orang tua hingga akhirnya bakatnya tersalurkan di klub sepatu roda di Semarang, Eagle.

Kejuaran kali pertama diikuti dan dimenangkan  adalah Kejurnas di JIC Jakarta. Kemenangan perdana itu membuatnya ketagihan untuk menang di setiap kejuaraan. Ketika menapaki karir, tak selamanya mulus. Beberapa kali dia alami patah tulang kaki dan tangan. Kedua bagian tubuh ini juga kerap alami retak saat latihan dan pertandingan. Namun, kecintaannya kepada sepatu roda, semua cerita duka itu menjadi pemanis kesuksesan yang kini diraih.

“Olahraga ini kan rentan sekali jatuh dan cedera. Bisa patah atau hanya retak di kaki dan tangan. Tapi itu sudah jadi resiko karena semua pasti mengandung resiko. Saya gak kapok dan malah membidik prestasi di even lebih tinggi,” tegasnya.

Even terdekat yang akan ditaklukkannya adalah Asian Beach Games. Meski peluang medali emas berat karena pesaing dari Asia semua andal. Misal, kumpulan langganan juara dunia asal Taiwan, Korea, dan Tiongkok. (kmd)

Data Diri; Nama: Ajeng Anindya Prasalita; TTL: Semarang, 12 juli 1990; Anak: kedua dari 3 bersaudara; Ibu: Tisna Ningsih; Bapak: Hadi Sudjadi; Pendidikan Terakhir: UNDIP jurusan Arsitek (semester 5)

Prestasi : Juara Kejurnas di JIC Jakarta 1997; Perak PON Jatim 2000; Emas PON 2004 Palembang
Emas PON 2008 Kaltim; Emas SEA Games XXVI/2011.
(Aguk; bahan dari KK/X-12; http://www.mediaindonesia.com/seagames/read/2011/11/12/133/280/8405/seagames-headline  dan http://sumeks.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=16375:sudah-terbiasa-patah-kaki-tangan&catid=33:hasil-a-data&Itemid=83)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Langganan Artikel Gratis
Dengan mendaftarkan alamat email dibawah ini, berarti anda akan selalu dapat kiriman artikel terbaru dari Alumnimaterdei

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Anda pengunjung ke
UD. Setiadarma
Best PRICE, Best QUALITY & Best for YOU! Setiadarma

UD. Setiadarma-Surabaya Sidharta Krisnamurti HP. 08165419447

Percetakan Offset Sidoyoso
Jl. Kedung Cowek 205 Surabaya (0351) 3770001-3718318 Fax. 3763186
Bosch
Bosch Jl. kedungsari 117-119 Surabaya Telp. (62-31) 5312215-5353183-4 Fax. (62-31) 5312636 email: roda_mas888@yahoo.com
Download Buletin Media Alumni Edisi 2
Buletin-MA-utk.-Widget Buletin Media Alumni bag. 1, kilk disini Buletin Media Alumni bag. 2, klik disini buletin Media Alumni bag. 3, klik disini
Alamo
alamo
Download Buletin
buletin-IAMDP 8 Download Buletin klik pada Gambar
Sahabat kita