Dampak minum air dingin
Efek Air Dingin, Serangan Jantung & kebiasaan Minum Air Panas / hangat. Bukan saja anjuran meminum air hangat selepas makan, tetapi berhubungan dgn SERANGAN JANTUNG. Secara logik, ada kebenarannya. Orang-orang China, Jepang suka minum teh hangat sewaktu makan… & bukannya air ES.
Mungkin sudah tiba masanya kita meniru kebiasaan minum air panas / hangat sewaktu menikmati hidangan. Kita tidak akan kehilangan apa-apa, malahan mendapat faedah dari kebiasaan ini. Kepada siapa yang suka minum air ES, artikel ini sesuai utk anda baca.
Pasti enak & rasanya segar minum air ES selepas makan, tetapi akan berakibat fatal. Bagaimanapun, Air ES akan membekukan makanan berminyak yg baru kita makan. Ia akan memperlambat proses pencernaan kita. Bila lemak-lemak ini terbentuk di dalam usus, ia akan menyempitkan banyak saluran & lama kelamaan ia akan menyebabkan lemak berkumpul & kita semakin gemuk & menimbulkan berbagai PENYAKIT.
Jalan terbaik…adalah minum sup hangat atau air hangat selepas makan : Nota penting tentang SERANGAN JANTUNG!!!Anda perlu tahu bahwa tanda2 serangan jantung akan mulai terasa pada tangan sebelah kiri.
Berhati-hati juga pada permulaan sakit sedikit2 pada bagian atas dada anda. Anda mungkin tidak akan mengalami sakit dada pada serangan pertama. serangan jantung. Keletihan, berkeringat adalah tanda-tanda pada umumnya. Malah 60% pengidap SAKIT JANTUNG tidak bangun selepas tidur. Marilah kita waspada & berhati-hati.Lebih banyak kita tahu, lebih cerah peluang kita untuk hidup sehat. (Andre Wajudibroto-A68)
Untuk kesehatan kiranya saya bayak diuntungkan dengan pelbagai pengalaman sehari hari. Antara lain bagaimana saya berhenti minum es, ya es campur atau minuman yang didingankan dengan dicampur es. Ini terjadi diakhir tahun 1980 an, di Bali.
Saat itu saya mulai usaha ekspor ikan laut hidup maupun segar grade A, yaitu ikan yang sejak ditangkap sudah ditangani seketika diatas kapal penangkap ikan.Ini memerlukan es batu banyak sekali, beberapa ton, dibekalkan dikapal penangkap ikan. Jadi sesampai dipangkalan ikan kami didarat di Jimbaran yang hanya 5 menit sudah bisa cepat diproses packing siap ekspor. Lima menit sudah sampai dicargo port di Airport Ngurah Rai.
Untuk kebutuhan ekspor ini, tentu saya mencari pemasok es batu untuk dikontrak. Menginspeksi pabrik, tanya kapasitas produksi dan berapa sisa yang pasti bisa untuk kebutuhan kami. Termasuk sumber air untuk membuat es ini. Nah manager pabrik yang kala itu masih polos. Dia menunjukkan sumur bor sengan memberi tau lokasinya dekat sungai/ kali jadi musim keringpun tidak bakal sumber air mengalami kekeringan, karena selalu ada rembesan dari sungai.
Waaaah ini dia, ikan diekspor diproses dengan sumur bor diinjeksi air rembesan kali dekat kota. Saya lebih teliti lagi menginspeksi, due deligent calon pabrik es yang sanggup mensuply kebutuhan kami. Ternyata seluruh pabrik yang sanggup mensuply, airnya didapat dari sumur bor yang diinjeksi dari rembesan kali. Penjelasan dari mereka, entah benar atau tidak, semua pabrik es airnya alami demikian tanpa proses purifikasi, penyaringan reverse osmoses dan disinari ultra violet untuk mematikan bakteri e coli. Jadi tidak layak konsumsi. Juga tidak layak untuk dipakai memproses makanan, termasuk memproses ikan.
SEJAK SAAT ITU SAYA TIDAK MINUM LAGI MINUMAN YANG DICAMPUR ES BATU! Untung sudah ada air minum botolan merek AQUA.
Bagaimana soal bisnis ekspor ikannya?
Semoga kisah dibawah ini menginspirasi Anda sekalian.
Kala itu SUSI yang sekarang menjadi Menteri Perikanan juga berbisnis ikan seperti kami di Sanur. Acap kali sesama pengekspor kumpul, jagong di Sanur.
Kamipun setuju sama sama tutup mulut soal ketidak layakan air ini.
Kapal penangkap sudah kami siapkan dari luar negeri, kontrak jual hasil tangkapan sudah ditangani, pihak asing sudah menempatkan Mr. Tester, ini sebutan kami bagi quality controler asing yang ditempatkan pembeli. Bussiness must go on.
Secara naluri kami mencari pembenaran untuk mengurangi rasa bersalah.
Hualah toh ikan kita tidak diterima langsung oleh pemerintah negeri penerima ikan dengan berbagai alasan kesehatan juga. Kami terpaksa ekspor dulu kekantor kami di Singapore. Dari Singapore ganti dokumen ekspor Singgapore kenegeri tujuan.
Tentu juga direpotkan dengan mengganti label tempelan nama alamat dari Indonesia ke Singgapore, digudang yang kami sewa diairport Singapore.
Ini menimbulkan tambahan biaya akibat ketidak efisiennya pemerintah Indonesia CQ Departemen Perikanan dan Kelautan membereskan prosedur bisnis dengan asing. Padahal kala itu kami tergiur menerjuni bisnis penangkapan ikan karena ada Program Penggalakan Ekspor Ikan Tangkapan. Kredit Bank untuk usaha ini gampang didapat.
Pengalaman bersama SUSI ini, saya yakin dia orang yang tepat jadi Menteri Perikanan dan Kelautan JOKOWI. Non Scholae Set Vitae Discimus SUSI.