Pengantar Nyawa-Berhati emas(1/2)
(today.line.me)-Tiap pagi, setelah memarkir sepeda kumbangnya, ia tuangkan air putih bersih ke gelas di kamar. Gelas itu ia tutup ber-tatakan dan penutup gelas warna ungu. Warna itu melambangkan jiwa manusia, air di gelas nan bening itu seluruh kehidupan yang ada.
Air bening digelas itu berganti tiap pagi meski tak ada yang meinum lalu ia letakkan di tengah meja seseorang yang ia tunggui. Semua dia lakukan sejak ia menjalani sebagai perawat orang sakit. Ya, laki-laki ini memilih pekerjaan tak biasa.
Panggil dia Jon meski nama lengkapnya Wilfred Jaosa. Biar gampang memanggilnya. Karena pekerjaan itu, Jon sering dipanggil dengan “Bruder Jon”.
Bruder Jon menjalaninya 10an. Da melewati banyak cerita bersama orang2 tua yang dilayani. Hebatnya, semua yang ia rawat, akhirya dia hantar kematian abadi, di dekat atau di pangkuannya. Meski syarat tugasnya mendampingi orang tua yang menyewa jasanya hingga selesai, sering yang dialami Bruder Jon selesai dengan kematian. Bukan kesembuhan.
Lebih dari 3 tahun, Bruder Jon mengabdikan di yayasan panti jompo khusus opa2. Jon mendampingi opa opa dari sakit hingga meninggalnya. Karena keterampilannya, pengelola panti minta meneruskan kerja di sana. Kali ini ia mendampingi opa stroke dan susah beraktivitas. Jon menerimanya dengan gembira.
Ciri khas lain Jon, gayanya ceria. Dia sering bernyanyi kecil setiba ke panti dengan sepeda kumbangnya dan senyum ke siapapun yang dijumpai. Tak heran kalau Lansia senang jika ia di dekatnya. Kata orang2 yang kenal, Jon itu malaikat berkulit gelap, berambut kriting, tapi berhati emas.
^^^^^
“Kau masih mau kerja di sana, Jon? Nggak capai? Jatah cutimu banyak,” ujar Yan. “Berapa jiwa yang kau antarkan semoga ke surga?” tanya Yan penasaran dan mengingatkan.
“Iya, Aku masih kerasan. Tapi, Opa Ridwan yang kemarin wafat membuatku sedih” jawab Jon curhat.
“Kematian itu misteri. Kenapa kau sesali?”
“Aku nggak sempat suapi rengginang keinginan terakhirnya” Nada Jon menurun.
“Lha? Rengginang? Bukankah Opa Ridwan tidak bisa bicara?”
“Waktu itu aku makan rengginang. Opa Ridwan beri kode tangan ingin makan itu. Tapi, mana boleh… Hari2 berikutya, kalau liat stoples rengginang, dia pakai kode yang sama.”
“Hhh, Kamu ini perawat atau ahli bahasa tangan sih?”
Jon senyum. “Aku se-hari2 bersama dia. Jadi, hapal tingkah dan kode2 darinya.”
Yan mengangguk. Dia akui, temannya Jon mampu memberi lebih untuk orang yang memakai jasanya. Dia bisa beradaptasi cepat dan melaksanakan tugas dengan baik.
Aneh, ketika Opa harus pergi, tepat di pangkuan Jon, keluarga Opa Ridwan ikhlas atas wafatnya. Mereka melihat hari2 bersama Bruder Jon membuat Opa Ridwan seperti dapat kebahagiaan.
Bagi Bruder Jon, dia tenang mendampingi Opa saat2 akhir sebab seperti sudah ditunjukkan melalui air di gelas itu. Beberapa hari sebelum Opa pergi, air di gelas itu pelan2 menguap meski tak ada yang minum atau menumpahkannya. Jon menyiapkan segala kemungkinan
Hari ini, di kamar yang tak jauh dari kamar Opa, Jon tekun mendampinginya. Opa ini tidak sakit seperti opa2 lain. Sakitnya karena sepuh. Opa Tono masih kuat beraktivitas dibanding opa lain meski tetap harus didampingi Bruder Jon. Dan, Bruder setia menemani opa yang punya banyak penggemar, di dalam panti dan di luar sana. (Bahan dari : https://today.line.me/id/pc/article/Gelas+Pengantar+Nyawa-6vQ3nX)-FatchurR * Bersambung….