Renungan Jumat Agung

umat agung 2015Orang Kristen tidak hanya harus menerima penderitaan: ia harus mengkuduskan. Tidak ada yang begitu mudah jadi tidak kudus sama seperti penderitaan. Diterima sebagaimana adanya, maka penderitaan itu tidak membawa faedah apa-apa bagi jiwa kita, kecuali mungkin menempanya.

 

Tahan menderita semata bukanlah pengudusan. Penyangkalan diri yang sejati bukan sekedar wujud ketabahan. Kita bisa menyangkal diri kita dengan hebat untuk alasan yang keliru, dan pada akhirnya memegahkan diri dengan penyangkalan diri kita itu.

 

Penderitaan dikuduskan bagi Allah lewat iman, bukan iman dalam ini ilusi. Penderitaan tak memiliki kuasa atau nilai dalam dirinya. Penderitaan hanya berharga sebagai ujian iman. Apakah baik jika kita menderita? Bagaimana seandainya kita menderita, dan mendapati penderitaan itu menghancurkan kita?

 

Percaya akan penderitaan adalah kesombongan: tapi menderita dalam percaya akan Allah adalah kerendahan hati. Karena keangkuhan dapat mengatakan pada kita bahwa kita cukup kuat untuk menderita, bahwa penderitaan itu baik bagi kita karena kita baik.

 

Kerendahan hati menunjukkan pada kita bahwa penderitaan itu adalah kejahatan yang harus selalu kita nantikan dalam hidup karena kejahatan itu sendiri ada di dalam diri kita. Tapi iman mengetahui pula bahwa kasih karunia Allah diberikan kepada mereka yang mencari Dia di dalam penderitaan, dan bahwa oleh anugerah-Nya kita bisa mengalahkan kejahatan dengan kebaikan.

 

Dengan demikian, penderitaan menjadi baik oleh karena kebetulan, oleh sebab kebaikan yang dihadirkannya supaya kita menerima dengan berlimpah dari kasih karunia Allah. Penderitaan itu sendiri tidak membuat kita menjadi baik, tapi itu memberikan kepada kita kemampuan untuk menjadikan diri kita lebih baik lagi.

 

Itu sebabnya, apa yang kita kuduskan kepada Allah dalam penderitaan bukanlah penderitaan kita, melainkan diri kita sendiri. Hanyalah penderitaan Kristus yang berharga di mata Allah yang membenci kejahatan, dan bagi Allah itu berharga terutama sebagai tanda.

 

Kematian Kristus di atas kayu salib punya arti dan harga tak terhingga, bukan karena kematian, tapi karena itu adalah kematian dari Anak Allah. Salib Kristus tidak berbicara kuasa penderitaan atau kuasa kematian, melainkan se-mata2 kuasa dari Dia yang mengatasi penderitaan dan kematian dengan bangkit dari orang mati.

 

Luka-luka yang ditaruh oleh kejahatan di tubuh Kristus adalah untuk dipuja sebagai hal yang kudus, namun bukan karena itu adalah luka-luka, melainkan karena itu adalah luka-luka Kristus. Kita juga tidak akan memuja luka-luka itu, jika semata-mata Kristus mati karenanya, tanpa bangkit kembali.

 

Karena Kristus bukan hanya seorang yang pernah mengasihi kita sedemikian sampai rela mati bagi kita. Kasih-Nya bagi kita adalah kasih Allah yang tak terbatas, yang lebih kuat dari semua kejahatan dan tak bisa disentuh oleh kematian.

 

Karena itu, penderitaan hanya bisa dikuduskan bagi Allah oleh yang percaya, Kristus tidak tetap tinggal dalam kematian. Adalah bagian mendasar dalam iman Kristen untuk menghadapi penderitaan dan kematian, bukan karena itu semua baik, atau berarti, tetapi karena kebangkitan Kristus telah mengubah arti yang terkandung di dalamnya.

 

Mengenal salib bukanlah semata-mata mengenal penderitaan kita sendiri, karena salib adalah lambang penyelamatan, dan tidak ada seorang pun diselamatkan oleh penderitaan mereka sendiri. Mengenal salib adalah mengetahui bahwa kita diselamatkan oleh penderitaan Kristus; lebih dari itu adalah mengenal kasih Kristus yang telah menyelamatkan kita melalui penderitaan dan kematian-Nya.

 

Itu sebabnya, mengenal salib adalah mengenal Kristus. Karena mengenal kasih-Nya bukanlah semata-mata mengetahui cerita tentang kasih-Nya, melainkan untuk mengalaminya dalam roh kita bahwa kita dikasihi-Nya, dan bahwa dalam kasih-Nya itu Bapa mewujudkan kasih-Nya kepada kita, melalui Roh-Nya yang Ia curahkan ke dalam hati kita…

 

Akibat dari penderitaan terhadap diri kita adalah tergantung dari apa yang kita cintai. Jikalau kita hanya mengasihi diri kita sendiri, maka penderitaan dibenci. Itu menjadi sesuatu yang harus dihindari dengan segala cara, dan dengan demikian memunculkan semua yang jahat dari dari dalam diri kita.

 

Seseorang yang hanya mengasihi dirinya sendiri akan melakukan dosa apa saja dan menimpakan kejahatan apapun terhadap orang lain hanya untuk menghindari penderitaan atas dirinya.

 

Lebih buruk lagi, jika seseorang mengasihi dirinya sendiri dan mendapati bahwa penderitaan itu adalah hal yang tak terhindarkan, kemungkinan ia bahkan mencari kesenangan yang menyimpang di dalamnya, dan dengan demikian menunjukkan bahwa ia membenci dan mencintai dirinya pada saat bersamaan.

 

Dalam hal apapun, jikalau kita hanya mengasihi diri kita sendiri, maka tak terelakkan penderitaan itu akan memunculkan pementingan diri sendiri, dan setelah menunjukkan siapa kita, ia akan mendorong kita menjadi lebih buruk dari yang ada.

 

Jikalau kita mengasihi orang lain dan menderita bagi mereka, bahkan tanpa kasih supranatural di dalam Allah bagi orang lain, penderitaan itu dapat memberikan kepada kita suatu keluhuran atau kebaikan. Itu mendorong keluar sesuatu yang indah dari dalam hakikat kita, dan memberi kemuliaan kepada Allah yang telah menciptakan kita lebih besar dari penderitaan.

 

Tapi pada akhirnya, suatu penolakan terhadap pementingan diri sendiri yang datang dari hakikat kita tidaklah bisa mencegah penderitaan itu menghancurkan diri kita bersama dengan semua yang kita cintai. Jikalau kita mengasihi Allah dan mengasihi sesama di dalam Dia, kita akan berbahagia membiarkan penderitaan menghancurkan apa saja di dalam kita yang mana Allah berkenan membiarkannya dihancurkan.

 

Kita tahu bahwa semua yang dihancurkan itu tidak penting. Kita akan lebih memilih supaya apa yang kebetulan menjadi sampah dalam hidup dimakan oleh penderitaan supaya kemuliaan Allah muncul dengan bersih dalam segala yang kita perbuat.

 

Jikalau kita mengasihi Allah, penderitaan tidaklah menjadi masalah. Kristus ada dalam kita, kasih-Nya, Penderitaan-Nya ada di dalam kita: itulah yang penting bagi kita. Rasa sakit takkan berhenti menjadi rasa sakit, tapi kita bisa bergembira di dalamnya.

 

Karena hal ini membuat Kristus menderita dan memberi kemuliaan yang lebih besar kepada Bapa-Nya dengan menjadi lebih besar dari apapun yang bisa dibawa oleh penderitaan ke dalam hati kita.*** (Sumber: http://raymaleke.blogspot.com/2013/03/renungan-jumat-agung-mengenal-salib.html dan http://menarapenjaga.blogspot.com/2013/03/renungan-jumat-agung-mengenal-salib.html)-FR

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Langganan Artikel Gratis
Dengan mendaftarkan alamat email dibawah ini, berarti anda akan selalu dapat kiriman artikel terbaru dari Alumnimaterdei

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Anda pengunjung ke
UD. Setiadarma
Best PRICE, Best QUALITY & Best for YOU! Setiadarma

UD. Setiadarma-Surabaya Sidharta Krisnamurti HP. 08165419447

Percetakan Offset Sidoyoso
Jl. Kedung Cowek 205 Surabaya (0351) 3770001-3718318 Fax. 3763186
Bosch
Bosch Jl. kedungsari 117-119 Surabaya Telp. (62-31) 5312215-5353183-4 Fax. (62-31) 5312636 email: roda_mas888@yahoo.com
Download Buletin Media Alumni Edisi 2
Buletin-MA-utk.-Widget Buletin Media Alumni bag. 1, kilk disini Buletin Media Alumni bag. 2, klik disini buletin Media Alumni bag. 3, klik disini
Alamo
alamo
Download Buletin
buletin-IAMDP 8 Download Buletin klik pada Gambar
Sahabat kita