Natal di Mesir
(ini akhir dari tulisan lama tentang Natal); Mesir adalah negeri kuno. Aku pernah di sana beberapa bulan. Ini negeri sejuta peninggalan sejarah yang abadi. Sungai Nil yang terbentang sampai Sudan, kota2 cantik nan exotic : Luxor, Memphis, Karnak dan Thebes dan yang terkenal Piramida dan Spinx adalah bukti sejarah dari peradaban besar itu.
Di sana dikenal ada tari perut, al-Ruqash al-Syaqiyyah, Belly Dance yang sering dipentaskan di altar Sphinx sebagai pertunjukkan yang menarik para wisatawan. Konon negeri ini telah ada dan berkebudayaan 7000 tahun lalu.
Ketika orang2 Islam-Arab memasuki Mesir, penduduk aslinya hampir seluruhnya Kristen, meski di sana terdapat peninggalan agama2 lama yang mmacam2 selain Kristen. Beberapa hal ritualnya memengaruhi ritual2 Kristen. Islam jadi agama yang dianut mayoritas penduduknya. Penganut Kristen kini sekitar 10%. Mereka adalah penangut Kristen Koptik (Qibthi).
Mesir kini jadi negara Islam terkemuka di dunia. Ada Universitas tertua di dunia dan terkenal; Al-Azhar. Universitas jadi pusat keilmuan Islam Internasional sejak 1000 tahun dan melahirkan ratusan ribu ulama besar.
Pikiran2 dan buku2nya jadi rujukan masyarakat muslim di dunia sepanjang masa. Dalam waktu panjang itu, otoritas keagamaan al Azhar, tak pernah terusik untuk meruntuhkan peradaban non muslim yang penuh pesona itu.
Spink dan tiga piramida di kawasan Giza yang berdiri 5000 tahun, kuburan para Firaun dan keturunannya. Gereja2 kuno dan sejumlah Sinagog (tempat sembahyang umat Yahudi) berdiri megah. Kini di sampingnya berdiri masjid2 besar dan megah pula.
Beberapa gereja Kristen dan Sinagog milik Yahudi berdiri disamping masjid Amr bin Ash. Panglima besar kaum muslimin yang menaklukkan negeri itu itu tidak mengutak-atiknya. Negara memberi keleluasaan beribadah kepada masing2 penganut agama Samawi itu.
Di antaranya Gereja St Sergius yang berdiri abad ke-3 M. Gereja itu dibangun di sebuah gua yang dulu jadi tempat singgah Nabi lsa dan Bunda Maryam dalam pelariannya ke Mesir saat dikejar Raja Herodes, penguasa Romawi di Palestina.
Keberadaan masjid berdampingan dengan gereja dan sinagog itu menunjukkan hidup harmonis dalam tatanan saling menghormati dalam kedamaian. Sahabat Rasul itu tahu persis Islam memberi kebebasan beragama. Apalagi, ketiga agama samawi itu adalah agama yang dibawa oleh keluarga Nabi Ibrahim, As.
Ketika Natal tiba, seluruh warga negeri ini larut kegembiraan bersama. Mereka memperlihatkan dengan nyata makna kebersamaan dan persaudaraan, meski berkeyakinan dan agama berbeda. Di sana juga ada tradisi, pemimpin tertinggi agama Islam dan pemimpin tertinggi agama Kristen saling mengucapkan selamat dan menyampaikan simpati pada hari raya masing-masing.
Pemimpin Islam mengucapkan “selamat Natal” dan pemimpin tertinggi Kristen mengucapkan “selamat Idul Fitri”. Mereka tetap berkeyakinan dan keimanan masing2. Grand Syeikh Al-Azhar Kairo, Sayyid Muh-Thanthawi, selalu hadir dalam perayaan Natal umat Kristen (Koptik). Ini moment penting perwujudan persaudaraan umat manusia, dan perdamaian bangsa dan penghormatan atas segala jenis perbedaan.
Nurcholis Madjid, cendikiawan muslim terkemuka pernah bercerita menarik. Ia menulis dalam salah satu bukunya tentang pengalaman menyaksikan suasana Naral di Mesir. Bulan Desember tahun 1991 ia berada di Mesir dalam suasana Natal yang begitu terasa di mana-mana.
Restoran penuh dekorasi Natal disertai ucapan Natal dalam bahasa Arab. Di balik kaca penutup meja makan semua restoran juga ada selebaran2 yang mengajak setiap tamu yang datang untuk ikut bersyukur kepada Tuhan atas kelahiran Yesus.
Pemilik restoran tempat Nurcholis makan dan membaca selebaran itu ternyata baru pulang menunaikan ibadah haji. Betapa indahnya sikap toleransi dan kebersamaan relasi dengan kekokohan keyakinan diri masing2. Al-Qur’an, kitab suci kaum muslimin telah menegaskan:
“Katakan (Muhammad): “Wahai orang2 kafir. Aku tidak menyembah Tuhan yang kalian sembah, dan kalian tak menyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah jadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Bagimu agamamu dan bagiku agamaku”.(Q.S. al-Kafirun, [109]:1-6). (https://www.facebook.com/husayn.muhammad/posts/10205349039501247)-FatchurR
Leave a Reply