Kita hanya tamu
Kehidupan kita di dunia hanyalah tamu.
Karena tamu maka kehadiran kita hanyalah sementara. Kaya atau miskin hanyalah sementara.
Segala kejayaan atau kegagalan hanyalah sekian puluh tahun.
Jabatan, kedudukan, popularitas & kemuliaan tidak selamanya.
Tidak ada yg menjadi bapak atau ibu selamanya. Tidak ada suami atau isteri yg abadi.
Tidak ada presiden atau raja selamanya.
Tidak ada direktur atau manager yg abadi,
Sebab kita semua hanya tamu.
Karena tamu, begitu waktunya tiba,
kita semua harus beranjak pergi…
Semua harta benda, emas permata, rumah & kendaraan hanyalah pinjaman.
W a l a u p un semua aset adalah hasil jerih payah keringat kita,
Walaupun kita mempunyai surat kepemilikan yg sah & semua harta benda atas nama kita secara hukum,
N a m u n semuanya hanyalah kepemilikan sementara,
Hanyalah pinjaman
Karena pinjaman, begitu waktunya tiba, harus dikembalikan.
Semua yg ada di badan kita, yg terkalung di leher..,terselip di jari..,
yg dikenakan di pergelangan tangan,
yg tersimpan di saku..,
semua harus dikembalikan, s a m a seperti ketika kita belum memilikinya.
“Ketika lahir dua tangan kita kosong, ketika meninggal kedua tangan kita juga kosong…”
Waktu datang, kita tidak membawa apa-apa,
Waktu pergi, kita juga tidak membawa apa pun
Jangan sombong karena kaya & berkedudukan,
jangan minder karena miskin dan hina,
bukankah kita semua hanyalah tamu & semua milik kita hanyalah pinjaman !!
Tetaplah rendah hati seberapapun tinggi kedudukan kita dan tetaplah percaya diri seberapapun miskinnya kita. (Heddy Pehler; http://art2morrow.co.id/kehidupan-adalah-tamu/)
Kalau sebagai tamu, ya harus tahu diri, dan sadar