Memiliki ketakutan adalah hal yg manusiawi, namun janganlah berkepanjangan. Berdoa & segera bangkit, lalu melangkah dengan iman. Ingat kita tidak pernah sendirian.!
“Janganlah takut, sebab Aku ini menyertai engkau”.
Mari berjalan maju bersama TUHAN. (Andre Wajudibroto)
Saya boleh bersyukur dibesarkan dalam keluarga besar, ada Kakek Nenek, Orang Tua dan Paman Bibi dirumah, masih ada Bok NAH, NURJANAH yang setrengnya seperti Ibu Tiri kata teman semasa kecil, yang bermain kerumah. Masih ada kerabat yang singgah beberapa hari kerumah. Entah siapa yang mengkomando, tidak ada seorangpun yang mendidik saya dengan men takut takuti dalam melarang saya melakukan sesuatu. Saya dan sesaudara serta teman yang kebetulan dirumah selalu hanya diberi penjelasan baik buruknya serta resikonya. Kamipun tau bagaimana seharusnya, dilakukan atau tidak.
Hal ini saya terapkan pada anak anak laki maupun perempuan saya dengan lebih maju. Sejak kecil diajari menghadapi bahaya yang alami. Dari memanjat pohon, panjat tiang dan turun melorot, berenang, hiking kegunung, memegang ular dan binatang lain dsb. Mereka diberi kesempatan mengalami kerepotan, bahaya dll secara terukur dan menyelesaikannya sendiri. Nyatanya mereka lebih percaya diri mengahadapi resiko. Mereka bisa mengontrol rasa takutnya.
Tiba pada Cucu, lebih maju lagi pengetahuan kami apa yang perlu dan bagaimana mengembangkan keribadian mandiri anak. Karena kami tinggal di luar Indonesia jadi perlu dididik tetap menjalani adat istiadat serta tradisi keluarga kami dan Indonesia. Jadi tidak hanya bagaimana menghindari menakut nakuti anak dan tidak memberi label buruk pada anak, dalam upaya mendidik.
Bacaan yang membesarkan hati sebagai acuan mendidik anak diabad 21 ini adalah Buku Davis Mengalahkan Goliath, oleh MALCOM GLADWELL. Ternyata anak perlu diberi pengalaman menghadap kerepotan dan resiko sejak kecil. Tentu dengan tidak ditakut takuti. Kelak mereka lebih berhasil bagi dirinya, keluarganya, maupun prestasi sosialnya dimasyarakat.