Beratnya proses pembuatan Film The Passion
Jim Caviezel, pemeran utama film “The PASSiON” menceritakan beratnya proses pembuatan film tsb. Bagian syuting yg paling mengerikan, bagi penonton dan juga bagi sy, yaitu syuting pencambukan Yesus. Sy gemetar menghadapi adegan itu,Karena cambuk yang digunakan itu sungguhan. Sementara punggung sy hanya dilindungi papan setebal 3 cm.
Suatu wkt para pemeran prajurit Roma itu mencambuk dan mengenai bagian sisi tubuh saya yg tdk terlindungi papan. Sy tersengat, berteriak kesakitan, bergulingan sambil memaki org yg mencambuk saya. Sy tdk bs membayangkan bgmn Yesus masih bisa MENGAMPUNI dan tdk ada sedikitpun makian keluar dr mulut NYA. Dia bukan sekedar mati, tetapi mengalami penderitaan luar biasa yg panjang dan sgt menyakitkan.
Pemeran salah satu prajurit Roma yg mencambuki sy itu adalah seorang muslim, setelah adegan tersebut, ia menangis dan menerima Yesus sebagai Tuhannya. Adegan itu begitu menyentuhnya. Itu sungguh luar biasa. Padahal awalnya mereka dtg hanya krn utk panggilan profesi dan pekerjaan saja, demi uang. Namun pengalaman dalam film itu mengubahkan kami semua.
KASIH mengubah segalanya.
Bagian2 lain nya pun sgt sulit dilakukan, spt salib yg hrs dipikul ternyata sgt berat sehingga tulang bahu sy sempat lepas. Dan bagian wkt di gantung disalib yg hampir melayang nyawa sy krn berjuang melawan dingin nya suhu dan angin, sy ga bisa membayangkan bgmn DIA bs bertahan bahkan masih bisa mendoakan, mengampuni, memberkati bahkan menyelamatkan org lain (org yg digantung sebelah Yesus)
Saya bangga punya YESUS yg demikian luar biasa KASIHNYA pada manusia padahal saat itu IA 100% manusia. Karakter KASIH dan PENGAMPUNAN NYA sungguh LUAR BIASA. Kecewa itu biasa, ttp tetap memberkati meski dikecewakan,itu LUARBIASA. Memaafkan itu biasa, ttp memaafkan meskipun disakiti berkali-kali,itu LUARBIASA.
Jadilah org yg BIASA,ttp memiliki sikap & karakter LUARBIASA. Itulah Makna Kematian dan Kebangkitan Yesus…Imanuel Met Paskah ..sahabatku. (Go Hwie Khing-A60; sumber dari : https://www.facebook.com/GBI.EL.GIBBOR/posts/1577078915873873)
Saya punya pengalaman masa kecil Sekolah Rakyat sampai SMA dan jadi mahasiswa soal kegilaan nonton film. Sehingga yang dipaparkan pemeran film jadi tawar saja bagi saya.
Apa yang dipaparkan dimedia kehebatan pemeran melakoni tugas komersilnya tidak lepas dari tujuan membuat laris naik rating filmnya.
Mereka sebetulnya sudah dilatih oleh ahlinya, dicasting sampai resiako terkecil dan diasuransikan. Beberapa pemeran film action juga jalani sendiri peran berbahayanya. Sama semua dilatih oleh ahlinya dicasting diasuransikan. Jadi jangan terkagum kagum bloon.
Semasa kecil sampai mahasiwa saya tergila gila nonton film ya karena hebatnya bolehnya mempromosikan film. Sampai bersusah payah bersama LIEM GWAN SIOE, ANTJE, LWA TIONG BING ( sekarang Pendeta di Berlin ) dan beberapa teman supaya boleh nonton ke Surabaya sebelum main di Probolinggo.
Pulang sekolah bereskan tugas dirumah, tunjukkan homework sudah beres, besok tidak ada ulangan. Ijin didapat beserta uang saku langsung bersama teman yang diijinkan mancal sepeda kestasiun kereta api. Karcis dapat, sadel dan berko ( merek lampu sepeda dulu Berko ) dicopot agar dikereta api tidak dicolong maling. Turun distasiun Gubeng langsung mancal ke Jl.Bawean rumah Ortu Pendeta ARIFIN gereja The ROCK kemudian kerumah tetangga, Oom MAX GUNAWAN yang sebelum jadi Direktur Gudang Garam adalah Direktur AMPAI American Motion Pictures Association in Indonesia, ber manja manja minta tiket nonton gratisan. Gila bener kalau dipikir sekarang.
Begitu dijelaskan bagaimana bikin film, hanya bohongan, kegilaan kami mereda.
Apalagi belakangan mengerti juga, ber lama lama dalam gedung yang banyak orang, beresiko menghirup udara polusi ! ! !. Nanton movie jadinya beralih dirumah dari video sekeluarga.
Berpindah pindah agama, itu lumrah saja orang memakai hak kebebasannya yang diberi TUHAN untuk memilih jalan hidup masing masing. Belum tentu yang tidak pindahnya dan yang pindah jadi beriman dengan semestinya dan ada manfaatnya bagi orang lain.
Soal yang ditinggal lupa aratan melabel ” murtad ” dia sendiri yang kebablasan sok jadi TUHAN, menghakimi iman seseorang. Diciptakan banyak agama oleh TUHAN tentu seperti ciptaan yang lain seisi jagad ini, untuk kebaikan dan manfaat manusia, bisa memilih mana yang cocok dan sanggup dijalani dan jadi teladan kebaikan bagi yang lain.
Kiranya tepatlah dogma Katolik sekarang ” Sekali Katolik Tetap Katolik “.