Puntung Rokok
Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota2 tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka.
Seorang Satpam mengantuk saat jaga pabrik kertas di tengah malam, memilih merokok sambil minum kopi. Jam 2 dini hari ia tertidur dan 30 menit kemudian ia kaget lihat api besar menyambar pintu depan kantor penuh dokumen. Api cepat membesar dan sampai ke pabrik utama tempat bahan dasar kertas yakni kayu yang jadi serbuk dilahap api dengan cepat.
Dalam waktu dua jam, pabrik seluas 4 ha hangus terbakar. Api berasal dari puntung rokok si satpam yang ia buang dalam tong sampah dalam keadaan menyala dan membakar sampah kertas yang ada di dalamnya dan jadi api besar.
Lidahpun demikian. Tersembunyi di mulut, ukurannya kecil, namun perkataan yang dikeluarkan melalui lidah jadi masalah besar jika tidak dijaga dengan baik. Hal ini kerap kali jadi awal dari perpecahan. Hanya karena salah omong atau salah menggunakan kosa kata yang tepat maka pertengkaran terjadi.
Kisah nyata, seorang anak tersinggung pada ayahnya yang mengatakan bahwa lukisan buatannya “berantakan”. Kata berantakan itu membuat anak kecewa besar dan akhirnya anak coba bunuh diri. Atau kisah tentang seseorang yang mengatakan kepada rekan sepelayanannya,
“Kalo suara cempreng ya tidak usah nyanyi”. Memang rekan sepelayanannya itu tidak pintar bernyanyi, namun ada kalimat lain yang lebih tepat untuk menyampaikan hal itu. Akhirnya rekan tersebut keluar dari tempat Ibadahnya, kecewa dan meninggalkan Agamanya.
Berhati-hati dengan ucapan kita. Jangan sembarangan ber-kata2, entah itu sarkastik, sindiran, teguran tak berhikmat atau canda yang tak bermutu. (Harry RS-A61)-FR