Naomi Osaka yang menginspirasi(2/2)
(mediaindonesia.com)-Peristiwa lain ialah Piala Dunia 2018 di Rusia, medio-2018. Langkah Jepang terhenti di babak 16 besar, tetapi mereka menang di hati penonton. Setiap timnas Jepang seusai laga, para penonton Jepang bergerak menjadi tim kebersihan.
Dengan membawa kantong sampah berukuran besar, mereka bergerak serentak memunguti sampah2 yang ber-serak2. Tak segan pula mereka menepuk bahu penonton yang jorok membuang sampah untuk memungutnya kembali.
Mereka menunjukkan kebersihan itu dasar yang melekat pada masyarakat Jepang. Di negeri itu, kebersihan jadi satu paket dengan budaya jujur, budaya malu, kerja keras, budaya baca, dan budaya berdisiplin. Jiwa gotong royongnya tak lekang oleh waktu. Mereka bangsa tak pernah lupa pada ‘bumi’ meski kemajuan teknologi telah ‘menerbangkannya ke langit tinggi’.
Seperti ditulis Francis Fukuyama, Jepang jadi salah satu bangsa selain Jerman, yang tingkat kepercayaan antarmasyarakatnya tinggi (high trust society). Padahal, sejak kecil ia pindah ke AS untuk belajar tenis, tetapi nilai2 pengendalian diri, kesantunan, dan penghargaan pada orang lain tak pudar.
Itulah nilai-nilai Jepang. Tiongkok pun berterus terang, dalam menggapai kemajuan hari ini, banyak belajar pengendalian diri pada Jepang. Ingatkah anda ketika Persib tanding dengan Persija? Seorang supporter Jackmania, tewas dikeroyok baaru2 ini di Bandung.
Lalu, ke mana Indonesia yang sejatinya jadi sumber banyak kearifan dan keunggulan berbasis masyarakat? Sayang, hanya karena perbedaan grup, pilihan politik, kita saling menyerang dengan brutal. Itulah wajah kita termasuk di media sosial.
Demi kepentingan politik, fakta ditertawakan dan kebenaran diinjak-injak. Yang terpenting menyeranglah lebih dulu, se-cepat2nya, se-banyak2nya, dan se-nyaring2nya. Wajah2 pembuat keonaran itu kerap ter-bayang2. Wajah2 yang sesungguhnya bukan kita. (Go Hwie Khing-A60; bahan dari : Djadjat Sudradjathttp://mediaindonesia.com/podiums/detail_podiums/1316-inspirasi-naomi-osaka)-FR * Tamat……..