Membuat pagar yang baik
“Barang siapa membangun pagar yang baik, akan memiliki tetangga yang baik” begitulah salah satu pepatah populer di kalangan petani dan peternak di tempat saya berada. Pagar menjadi bagian vital dari kehidupan kaum peternak yang memiliki ratusan sapi, atau kuda atau kambing-supaya ternak mereka tidak ‘menyeberang’ dan campur dengan ternak orang lain.
Juga bagi kaum petani yang memiliki ribuan hektar ladang yang harus dijaga dari gangguan rusa, kijang, dan hewan liar lainnya. Selain itu, pagar juga menjadi keharusan menurut standar hukum untuk mengontrol migrasi hewan2 yang sering melintas jalan raya.
Anda punya hak membuat pagar di sekeliling rumah demi keamanan-kenyamanan, juga sebagai batas hak dan kewajiban. Tapi lain soal jika anda membangun “pagar indah” untuk halamanmu dan menutup akses jalan keluar masuk rumah tetangga di sekitarmu. Anda mulai membangun musuh
Bagaimana anda bisa hidup nyaman dan damai dengan pagar yang kuat dan kokoh, sementara sisa2 kotoran dan bekas membangun pagar anda buang dan tinggalkan begitu saja di halaman tetangga di luar pagar? Anda mulai membangun kebahagiaan di atas penderitaan orang lain
Ketenangan dan keamanan macam apa pula yang anda dapatkan dengan membangun tembok yang tinggi tahan peluru, tetapi mengakibatkan batas pandang rumah tetanggamu menjadi semakin terbatas oleh tembok yang menjulang? Anda mulai merancang permusuhan
Nyatanya, dalam kehidupan sehari2, seringkali tetangga kita adalah ‘pagar’ yang terbaik, bahkan jauh lebih baik daripada pagar tembok atau baja sekalipun. Mereka adalah ‘pagar hidup’ yang jauh lebih melindungi dan menjaga kita – hanya jika kita tahu bagaimana cara membangunnya.
Jadi, “Barangsiapa tahu cara membangun pagar yang baik, ia akan mendapatkan tetangga yang baik budinya…” That’s make a sense, right?? (Justinus Darmono)-Aguk
Leave a Reply