Kita tidak bisa merubahnya
“Jika ada orang yang membenci anda, benar atau salah, Itu hak dia. Janganlah membalas dengan kebencian. Terimalah dengan senang hati. Sebab secara tidak langsung dia sudah kalah satu point dari anda. Dia yg membencimu itu sudah merusak hatinya sendiri.”
Di dunia ini ada pembenci, pedengki dan pengiri. Namanya orang benci, dengki dan iri tidak melihat kita benar atau salah. Lha yang benar saja dibenciin, didengkiin, dan diiriin apalagi yang salah. Itulah kehidupan. Allah yang menentukan. Kita yang menjalani. Orang lain yang mengomentari sesuka hatinya.
Jangan sampai kita turut terbawa di dalamnya. Ya, membuat orang lain menyukai diri kita tidaklah gampang. Tidak semudah membalikan tangan. Begitu pun merubah rasa benci menjadi rasa suka bukan pula perkara remeh atau sepele.
Ibarat secangkir teh bila dituangkan segenggam gula dari tangan tetap saja masih ada rasa kecut dan pahitnya (masih terasa teh). Semua tak mudah dihilangkan. Begitu juga rasa benci oleh orang lain kepada diri kita.
Tak mudah melakukan anjuran dan meninggalkan larangan. Yang dibenci selalu punya emosi untuk balik menyerang. Membalas, hanya nafsu yang didahulukan. Karena penerimaan lebih kuat dari pengendalian diri. Tuhan murka kepada orang yang tidak sanggup menerima ketika kita harus mereka menerima.
Sebab, kebencian orang lain butuh penerimaan yang tulus-ihklas-sabar-legowo. Bukan yang dinamakan penerimaan yang direkayasa. Bukan penerimaan yang diciptakan membuat orang lain untuk selalu membenci agar kita mendapat kebaikan dari perlakuan buruk itu. Bukan itu yang dimaksud.
Realita hidup tidak selalu dihuni orang berhati iblis. Masih ada yang berjiwa malaikat. Memadamkan percik api dendam tidak mudah. Lebih penting lagi setelah itu, benci dan dendam itu dihapuskan dengan diterima legowo dan memberi maaf. Karena sikap itu mengantarkan kita kepada surga. (Pak Oto)-FatchurR
Leave a Reply