Filosofi Hedgehog
Hari itu, musim salju yang terekstrim di Kanada. Banyak binatang mati akibat rasa dingin yang sangat. Di suatu daerah, tinggal sekelompok Hedgehog (sejenis landak). Mereka memutuskan tinggal berkelompok di dalam gua, agar tetap hangat. Mereka mendekatkan diri satu sama lain. Namun ketika mulai berdekatan, duri-duri mereka melukai teman-teman terdekat mereka.
Setelah beberapa saat, mereka pun memutuskan untuk menjaga jarak satu sama lainnya. Akibatnya, mereka mulai merasakan dingin yang membeku, dan akhirnya terancam mati. Jadi mereka harus memutuskan: menerima duri-duri temannya, atau mati
Secara bijaksana, mereka memutuskan untuk kembali bersatu. Mereka pun belajar untuk hidup dengan luka-luka kecil akibat jarak yang sangat dekat dengan sahabat-sahabatnya supaya dapat merasakan kehangatan. Cara inilah yang membuat mereka akhirnya selamat dan bisa bertahan hidup.
Pesan cerita ini:
Hubungan yang terbaik dalam hidup ini bukan hubungan yang membawa orang2 yang sempurna dalam kelompok. Tetapi ketika semua individu belajar hidup ketidaksempurnaan orang lain, serta mampu “mengapresiasi” semua kehangatan yang diberikan oleh teman2nya. Inilah membuat hidup kita jadi lebih “hidup” (bermakna) & “mampu bertahan” dalam situasi atau lingkungan yang ekstrim sekalipun. (http://iphincow.com/2014/02/09/filosofi-hedgehog/)-FatchurR
—————–
Artikel lainnya monggo ae rek :
- Bungkus atau Isi
- # 1 #tips hidup bahagia
- Tua tapi mesra (TTM)
- Orang konyol
- Aku milik suamiku dan suamiku milik ibunya
————-
Bungkus atau Isi
Hidup akan sangat melelahkan, sia-sia dan menjemukan bila Anda hanya menguras pikiran untuk mengurus Bungkusnya saja dan mengabaikan ISI-nya. Maka, bedakanlah apa itu “BUNGKUS”-nya dan apa itu “ISI”-nya.
“Rumah yang indah” hanya bungkusnya, “Keluarga bahagia” itu isinya.
“Pesta pernikahan” hanya bungkusnya, “Cinta kasih, Pengertian, dan Tanggung jawab” itu isinya.
“Ranjang mewah” hanya bungkusnya, “Tidur nyenyak” itu isinya.
“Kekayaan” itu hanya bungkusnya, “Hati yang gembira” itu isinya.
“Makan enak” hanya bungkusnya,”Gizi, energi, dan sehat” itu isinya.
“Kecantikan dan Ketampanan” hanya bungkusnya; “Kepribadian dan Hati” itu isinya.
“Bicara” itu hanya bungkusnya, “Kenyataan” itu isinya.
“Buku” hanya bungkusnya; “Pengetahuan” itu isinya.
“Jabatan” hanya bungkusnya, “Pengabdian dan pelayanan” itu isinya.
“Pergi ke tempat ibadah” itu bungkusnya, “Melakukan Ajaran Agama” itu isinya.
“Kharisma” hanya bungkusnya, “Karakter” itu isinya.
Utamakanlah isinya, namun rawatlah bungkusnya. (St. Melani sumber dari Oleh: Emha Ainun Nadjib)
————-
# 1 #tips hidup bahagia
Bagi banyak pemula, kebahagiaan berarti terpenuhinya keinginan2 tertentu. Namun karena keinginan itu bertumbuh, begitu keinginan satu terpenuhi, maka muncul keinginan lain yg lebih tinggi.
Akibatnya, kebahagiaan jenis ini berumur pendek. Bagi jiwa2 yg dewasa, kebahagiaan adalah bertumbuhnya rasa berkecukupan yg mendalam.
Kebahagiaan jenis ini tdk lagi berkaitan dg terpenuhinya keinginan, melainkan berkaitan dg kualitas persahabatan seseorang dg kehidupan.
Bagi jiwa2 yg bercahaya, kebahagiaan ditemukan dlm pelayanan. Terutama karena melalui pelayanan seseorang menemukan wujud diri sang Agung.
# 2 #
“Tatkala Anda mengampuni, Anda sedang membawa lentera pada kegelapan di dalam diri Anda”
Sejumlah sahabat bercerita ttg sulitnya mengampuni, sebuah masukan kalau seseorang memiliki banyak ruang gelap di dalam.
Serupa ruang gelap yg sesungguhnya, setiap gerak kehidupan menghadirkan keraguan dan ketakutan.
Oleh karena itulah orang2 jenis ini sangat memerlukan kehadiran cahaya. Buku suci, Guru suci, sahabat2 spiritual adalah sebagian cahaya dari luar yg bisa dibawa ke dalam. Tapi ia bersifat sementara.
Jika mau cahaya yg lebih bersifat permanen, tdk ada pilihan lain kecuali belajar mengampuni.
Ingat jiwa2 yg indah, saat2 mengampuni adalah saat2 hadirnya cahaya. (Andre W-A68)
————
Tua tapi mesra (TTM)
Sepasang kakek-nenek datang ke restoran Mc Donald dengan saling menuntun. Mereka duduk di sebuah bangku panjang berdua, di sampingku. Si kakek segera berdiri dan memesan makanan, sebuah hamburger, seporsi kentang goreng dan segelas minuman.
Setelah itu kembali duduk, membagi 2 bagian hamburger, menghitung kentang goreng dengan cermat dan membagi adil dengan si nenek, kemudian mengambil dua sedotan, menaruh gelas minuman tepat di tengah meja.
Aku memperhatikan tingkah sepasang kakek-nenek itu dengan salut & kagum, pikirku… “Wah sudah tua-tua begitu masih bisa saling berbagi & mengasihi…. sungguh patut dijadikan contoh…”
Si kakek kemudian mulai makan bagiannya, sementara si nenek hanya memperhatikan.
Akupun merasa kasian, akhirnya mendekat sembari menyodorkan kentangku yang Super Size dan berkata: “Kek ambillah ini…”
Si Kakek jawab: “Tidak usah terima kasih..kami selalu berbagi makanan yang sama”.
Sampai si kakek selesai makan, mengelap mulut dengan tissue, si nenek masih saja menunggu tanpa menyentuh makanan bagiannya.
Akupun mendekat lagi, kali ini berkata: “Nek, boleh saya belikan makanan yang lain, mungkin nenek tidak suka yang ini?”
Si Nenek jawab: “Tidak, terimakasih”
Lalu Aku bertanya lagi, “Kalau begitu kenapa makanannya tidak dimakan, katanya kalian suka berbagi?”
Kata si Nenek, “Saya sedang menunggu gigi… gantian sama kakek” (Hanny Purwanto-72)-Aguk
—————
Orang konyol
Orang konyol sering membuat masalah…
Orang “Kerdil” memperbesar masalah….
Orang biasa membicarakan masalah….
Orang besar mengatasi masalah.
Orang bijak bersyukur dengan masalah….
Orang kreatif melihat peluang dari masalah.
Orang beriman naik derajat karena masalah….
Jadi, gak ada masalah dengan “masalah”….
Masalahnya, bagaimana cara kita menyikapi “masalah”….
Karena hakikatnya, hidup itu rangkaian “masalah” demi “masalah”.
So, Jadikanlah “MASALAH” sebagai “Masa memaknai rencana Tuhan”. (Go Hwie Khing-A60)
————-
Aku milik suamiku dan suamiku milik ibunya
Ditujukan buat pr menantu.
Seburuk apapun mertua.. aku selalu ingat bahwa, Dia.. adalah wanita yg mengandung suamiku dalam kepayahan selama 9 bln. Dia.. adalah wanita yg air susunya menjadi makanan pertama bagi suamiku.
Dia.. ialah wanita yg mendidik dan membesarkan suamiku, yg mngajarkan kepada suamiku akhlaq sehingga aku nyaman di sisi suamiku.
Aku.. gak pernah keluar uang sepeserpun nyekolahin suamiku.. hingga ia dapat ijazah, yang sekarang ijazah itu ia gunakan utk mencari nafkah.. untuk menafkahi aku. Aku.. gak sedikitpun mendidik suamiku hingga kini ia jadi pria yg penuh tanggungjawab.. dan aku merasakan bahagia menjadi istrinya.
Setelah pengorbanannya bertubi tubi, anak lelakinya menikah denganku. Dia bagi kasih sayang anaknya denganku. Cemburu? Pasti dia cemburu, aku wanita asing, yg kini selalu disayang2 anak laki lakinya. Harta anak laki2nya tercurah untuk kunikmati. Padahal ia yg melahirkan, membesarkan dan mendidik.
Aku memahami cemburu itu, walau aku merasakan cemburu ketika suamiku lebih memihak mertuaku..
Aku bukan malaikat yg gak pernah jengkel dengan mertuaku dan mertuaku pun bukan malaikat yg selalu kubela. Adakalanya aku marah.. cemburu dan sakit hati. Namun aku ingat semua jasanya pada suamiku.. jasa yg sampai akhir hayatpun aku ngga akan mampu membayarnya..
Pada ujung tangisku.. terngiang nasehat ibundaku tercinta. “Nak, dukunglah suamimu untuk berbakti pada ibunya, jangan suruh ia memilih antara kau dan ibunya. Karena.. kelak kau akan merasakan bagaimana sakitnya diperlakukan seperti itu oleh anak laki lakimu. Apa yg kau lakukan pada
mertuamu, akan dilakukan pula oleh menantumu. Segala sesuatu pasti ada timbal baliknya”..
Dan tangisku makin deras. Oh suamiku.. bahagiakanlah org tuamu semampumu. Semoga kelak anak2 kita pun membahagiakan kita, sebagai balasan Baktimu pada Orang Tuamu. (Dr. Frans Soetanto-A69)
Leave a Reply