Dari lomba lari Ekiden Mengintip Budaya kebersamaan

Yuk kita lihat dan memahami budaya asing untuk diambil sarinya. Karena itu mari ikuti cuplikan dari detik.com ini : Jika Anda cari literasi tentang kultur masyarakat Jepang, banyak ditemukan referensi yang merujuk pada kebiasaan orang Jepang yang tidak egois dan lebih mementingkan kebersamaan.

 

Hasil pekerjaan di sana, misalnya, dilihat dari tim kerja kelompok, ketimbang individual. Di dunia OR, ‘Ekiden’ itu wujud budaya kebersamaan masyarakat Jepang. Ekiden adalah lomba lari berantai (estafet), jarak jauh, diikuti oleh pelari2 yang tergabung dalam tim. Sebagai penanda, setiap pelari memakai tasuki (selempang), untuk dioper ke pelari berikutnya. Terus hingga pelari terakhir.

Dari begitu banyak event ekiden di Jepang, yang paling populer Hakone ekiden, sebagai lomba lari estafet paling “menguras tenaga” di dunia. Event ini berlangsung 2 hari, dari tengah kota Tokyo ke kaki gunung Fuji, dan kembali ke Tokyo. Total jaraknya 218 km. Satu tim terdiri 10 pelari, asal 20 universitas.

 

Hakone Ekiden jadi event OR tahunan terbesar di Jepang karena diminati masyarakatnya. Warga antusias menyaksikan lomba di sepanjang rute. Mereka yang tidak ada di jalanan duduk di depan TV  menyaksikan, karena disiarkan langsung TV nasional. Jutaan orang Jepang nonton Hakone ekiden, dan hanya bisa ditandingi ajang Super Bowl di AS, dan bahkan lebih tinggi dari final Piala FA (di Inggris).

 

Sejarah ekiden berasal dari tradisi lampau, merujuk sistem transportasi dan komunikasi Jepang di era 1600 – 1800-an. Kala itu, pola pengiriman dilakukan berantai, dari satu “stasiun” ke “stasiun” berikutnya — eki berarti ‘stasiun’, den = pengiriman.

Menurut kisah, ekiden pertama diselenggarakan 1917, disponsori harian Yomiuri Shimbun. Lomba lari estafet ini berlangsung 3 hari, total jarak 508 km membentang di antara Kyoto dan Tokyo. Event itu  untuk memperingati momen perpindahan ibukota Jepang dari Kyoto ke Tokyo pada tahun 1868.

Sejak itu lari ekiden jadi tradisi Jepang. Usai Perang Dunia II, banyak perusahaan besar membentuk tim2 OR membantu memulihkan moral pekerjanya dari trauma pasca pengeboman Hiroshima dan Nagasaki (1945). Sejarah mencatat, kebersamaan rakyat Jepang itu motor penggerak utama yang membuat Negeri Sakura ini bisa cepat bangkit dari kehancuran.

Tradisi ekiden melahirkan pelari2 jarak jauh (maraton) tangguh. Dilansir Independent, di (1966), dari 17 atlet maraton terbaik dunia, 15 di antaranya atlet2 (putra) Jepang. Hingga kini, Jepang termasuk negara terkuat untuk lari jarak jauh — selain beberapa negara Afrika seperti Kenya dan Ethiopia.

Puma Disc Relay Carnival
Hari Selasa (5/4) detiksport berkesempatan menyaksikan event ekiden di kota Osaka, di Yanmar Stadium, Nagai. Event ini diadakan produsen apparel asal Jerman, dengan tajuk Puma Disc Relay Carnival, berlangsung dari pukul 5 sore sampai 9 malam.

Sekitar 300-an orang berpartisipasi di event ini, mayoritas remaja usia SMA. Meski bertaraf lokal, ada atmosfer  yang terbangun dari event ini. Ada pancaran antusiasme yang besar dari anak2 muda itu, walau itu bukan hari libur, dan esoknya mereka tetap beraktivitas ke sekolah dan tempat bekerja.

Dari keterangan sejumlah peserta, mereka membentuk tim (satu tim terdiri dari 4 orang) dari beragam kelompok. Ada yang sesama teman sekolah, teman main, teman kerja, anggota klub lari, dsb. #TURNITON. Itu slogan event itu, selaras dengan filosofi hidup orang2 Jepang yang terkenal itu: gambaru (berusaha/berjuang sampai penghabisan).

“Kami ingin merasakan dan ambil pengalaman baru, dari event ekiden di Jepang. Apalagi OR lari makin hari makin digemari masyarakat Indonesia,” ujar Fajar Nugraha, Excecutive Marketing PUMA Indonesia.

Lomba dibagi dua jenis: estafet 4 x 1,3 km dan 4 x 100 meter. Untuk yang pertama, setiap pelari berlari sampai ke luar trek stadion sebelum melahap 400 meter terakhir di stadion. Pelari pertama mengoper selempang berwarna hijau kepada 2 pelari berikutnya, sedang pelari terakhir bersiap dengan tasuki warna kuning.

Sebelum lomba setiap tim menyiapkan strategi, terutama siapa yang dianggap pas menjadi pelari pertama dst, berdasar karakter dan kemampuan masing2.

Pada setiap pergantian pelari, rekan2 setim tak henti2nya saling memberi semangat. Riuh rendah suara mereka terdengar di dalam stadion. Semangat kebersamaan itu terpancar pada masing2 peserta. Seusai lomba mereka berkumpul berdasarkan timnya, saling melakukan tos, dan juga bersenda gurau.

Pada akhirnya, kemenangan mungkin tidak mesti selalu nomor satu, karena kebersamaan tetaplah yang paling penting, sebab kebersamaan itu sangatlah menyenangkan. (a2s/fem; Andi Abdullah Sururi)

 

Monggo lengkapnya klik aja :  (https://sport.detik.com/sport-lain/d-3183242/mengenal-budaya-kebersamaan-jepang-melalui-lomba-lari-ekiden?utm_source=whatsapp&utm_campaign=detikcomsocmed&utm_medium=btn&utm_content=sport )-FatchurR

2 Responses to Dari lomba lari Ekiden Mengintip Budaya kebersamaan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Langganan Artikel Gratis
Dengan mendaftarkan alamat email dibawah ini, berarti anda akan selalu dapat kiriman artikel terbaru dari Alumnimaterdei

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Anda pengunjung ke
UD. Setiadarma
Best PRICE, Best QUALITY & Best for YOU! Setiadarma

UD. Setiadarma-Surabaya Sidharta Krisnamurti HP. 08165419447

Percetakan Offset Sidoyoso
Jl. Kedung Cowek 205 Surabaya (0351) 3770001-3718318 Fax. 3763186
Bosch
Bosch Jl. kedungsari 117-119 Surabaya Telp. (62-31) 5312215-5353183-4 Fax. (62-31) 5312636 email: roda_mas888@yahoo.com
Download Buletin Media Alumni Edisi 2
Buletin-MA-utk.-Widget Buletin Media Alumni bag. 1, kilk disini Buletin Media Alumni bag. 2, klik disini buletin Media Alumni bag. 3, klik disini
Alamo
alamo
Download Buletin
buletin-IAMDP 8 Download Buletin klik pada Gambar
Sahabat kita