Belajar bijak dari Kura2
(sipolos.com)-Tiap orang punya kekhawatiran dan rasa takut dalam diri mereka. Itu manusiawi selama perasaannya dalam batas wajar. Kenyataannya, khawatir dan rasa takut kerap berlebihan pada beberapa orang, sehingga jadi masalah yang mengganggu.
Jika begini, maka masalah2 yang tak penting, akan sering timbul. Bukan hanya bagi orang itu, namun bagi orang lain di lingkungannya, keluarga atau teman2nya. Inilah yang sejak lama jadi masalah bagi Utami, seorang ibu muda yang memiliki balita umur (3).
Hindari khawatir berlebihan
Sejak dulu, Utami menghawatirkan banyak hal, yang oleh sebagian orang dianggap tidak perlu. Utami takut saat tinggal di rumah sendiri. Juga takut dan khawatir saat meninggalkan rumah yang kondisi kosong. Aneh bukan? Di luar sana ada ribuan rumah yang kerap kosong tiap hari dan ditinggal pergi penghuninya saat kerja.
Awalnya, oleh keluarga ini dianggap wajar dan akan hilang dengan berlalunya waktu. Utami beranjak dewasa, mandiri dan kerja di perusahaan ternama. Tapi rasa takut dan khawatirnya tak kunjung reda. Ketika Utami telah menikah, rasa khawatir dan rasa takutnya pada kedua hal itu tetaap ada. Hal ini kerap bermasalah, terutama saat Utami dan keluarga kecilnya pergi meninggalkan rumah.
Meski di rumah mereka memiliki asisten rumah tangga, Utami tetap minta adik/kakaknya tinggal di rumahnya saat Utami sekeluarga pergi dan menginap di luar kota. Ini berlangsung terus dan membuat kakak-adiknya kerepotan. Karena hampir tiap bulan Utami pergi untuk bisnis dsb. Suaminya sadar dan memikirkan cara mengatasinya.
Siang itu, Utami, suami dan anaknya segera ke Bali, berlibur 2 hari. Semua persiapan dilakukan, juga “pesan” adiknya untuk tinggal di rumah dan menemani asisten rumah tangga selama mereka berlibur.
Adiknya mengiyakan dan sesaat sebelum Utami berangkat. Utami berangkat dan menikmati liburan dengan tenang. Dia sesekali menelepon adiknya dan menanyakan kondisi rumah. Tidak sesering dulu Utami mengecek rumah, sebab ia berjanji pada suaminya mengurangi kekhawatiran berlebihan itu.
Semua berjalan lancar selama liburan, hingga keluarga kecil itu kembali pulang. Utami senang, juga suami dan anaknya. Rasa khawatir segera datang, saat Utami mencoba mengetuk pintu dan tak seorangpun membukakannya.
5 menit berlalu, Utami tampak makin resah dan tak henti2nya menelepon adik dan asisten rumah tangganya. Utami tampak lega saat melihat mobil adiknya memasuki halaman rumah mereka, namun ia heran ketika melihat asisten rumah tangganya ke luar dari mobil sambil menenteng sebuah tas.
“Kita harus belajar dari kura2 yang selalu membawa serta rumah di pundaknya, bukankah dia berjalan begitu lambat dan sering tampak kelelahan? ” ujar suaminya sambil senyum.
Di luar pengetahuan Utami, suaminya minta asisten rumah tangganya cuti dan pulang kampung selama mereka berlibur, dan adik iparnya tak perlu menunggui rumah 24 jam, cukup dicek 1x sehari.
Biarkan satpam bertugas menjaga keamanan rumah yang kosong. Awalnya Utami marah dan tidak setuju dengan yang dilakukan suaminya, namun lama2an wanita itu mengerti tidak semua hal perlu ditakutkan dan dikhawatirkan berlebihan.
Pelajaran yang dapat di petik dari cerita ini, kita bisa belajar bijak menikmati kehidupan kita. Jangan terpaku kekhawatiran, karena khawatir berlebihan tidak akan membuat kita dapat menikmati hidup dengan baik. (Bahan dari : http://www.sipolos.com/belajar-bijak-dari-kehidupan-seekor-kura-kura/ )-FatchurR