Bekas orang tua

Saya menduga mahasiswa ini tidak punya keberanian menolak permintaan Profesornya untuk stop mencoret setelah tinggal lima kelompok nama. Kemudian bisa menjelaskan argumentasinya. Ataukah memang mahasiswa ini tumbuh kembang hanya sebagai mahluk materi belaka tanpa perkembangan kedewasaan Leadership, Kecerdasan Finansiil dan Kesadaran Sprirituil seutuhnya?

Mustinya dia akan tidak mencoret lima kelompok ini:
Orang Tua, yaitu para leluhur yang melahirkannya dan dari pihak pasangannya berjenjang kebelakang sejauh mungkin. Berikut sanak kerabatnya.
Suami atau Isteri masing masing menjadi bagian jiwa. Kalau terpaksa bercerai, biarlah menjadi saudara seperti sekandung. Ini akan memberi kedamaian juga bagi anak hasil pernikahannya. Orang Tua kedua pihak dan kerabatnya mustinya mengondisikan perceraian menjadi persaudaraan. Ada baiknya dijadikan anak saja kalau tidak sesuai sebagai menantu.
Anak, ini titipan TUHAN untuk kita tumbuh kembangkan dengan adat istiadat dirumah/keluarga, budaya masyarakat dan family tradition. Manusia berevolusi menjadi maju lebih cepat dari Ciptaan TUHAN lainnya karena Orang Tua dan masyarakatnya mampu menurunkan adat istiadat, budaya masyarakatnya serta family tradition kepada generasi berikutnya.
Idola dan pertemanan. Manusia adalah mahluk bermasyarakat yang memiliki saat saat ketertarikan dan kecocokan satu sama lain. Alangkah indahnya kalau menjadi lestari sepanjang hidup masing masing. Sekarang komunikasi sudah sangat dipermudah dengan cellphone untuk WA dan BB atau via e mail. Adakalanya idola kita punya niat bahkan sudah disampaikan rasa cintanya. Kalaupun tidak berkembang menjadi pasangan, bisa saja dipelihara sepanjang hayat komunikasi yang istimewa. Bayangkan apa yang ada dalam pikiran pasangan kita kalau kemudian tau kita putus cutel dengan idola kita. Dia akan ragu untuk mempercayai janji bahkan omongan kita. Lha pada sisia saja setelah tidak kesampaian niat baiknya diingkari! Sebaliknya sebagai insan dewasa utuh dia akan lega dan bangga melihat kita masih saling akrab satu sama lain meski tidak berjodoh menjadi pasangan hidup. Teman seberapa akrabnya pasti akan membawa berkah dalam kehidupan kita. Sampai ada kata bijak ” Satu musuh cukup. Seribu teman masih harus terus ditambah “. Dunia akan semakin indah kalau kita banyak teman.
Alter Ego. Kita akan selalu punya gambaran ideal bagaimana seharusnya kita ini. Inspiratornya adalah alter ego kita. Kita sering meniirukan tingkah laku maupun profesi bahkan peran alter ego ini. Mujurlah kita kalau alter ego yang kita teladani ini seseorang yang utuh. Sepanjang hayat kita berkaca padanya.

Saya tutup kisah alter ego ini dengan cerita seorang teman yang dari SMA Negeri Probolinggo. Saat sedang di SMA kami sering sengketa sampai berkelahi. Pernah sampai dipetuahi Kepala Kepolisian saat itu Pak SUDIRMAN. Kalau sudah jumpa dalam pertandingan olah raga, dilanjut berkelahi. Saat keluar dari nonton bioskop, juga berkelahi. Gara garanya, kata dia dan saya setuju; kami diluar gedung bioskop jalannya pada menirukan gaya silakon. Kedua pihak jadi merasa jor jor an lalu berkelahi. Ha…x9 memang begitulah konyolnya kita dulu.

Ini positipnya punya alter ego.
Dia jadi dokter gigi, Drg.ISKAQ HARTOYO, karena terinspirasi kalau mengunjungi Drg. GO PING SIONG ayahnya JULIA SUWARGO. Katanya serumah dari Pasuruan, berlangganan periksa gigi ke Beliau. Dia selalu minta ikut karena kagum bagaimana dokter gigi bisa akrab dengan pasien, memerintah apa saja dituruti pasien, bisa melihat sampai kemulut orang dan dibor. Soal ngebor ini yang bikin dia penasaran kepingin tau. Jadilah dia masuk kuliah di Kedokteran Gigi. Hidupnya penuh prestasi. Dokter Gigi pertama yang jadi Kepala Rumah Sakit Umum. Ketua Golkar dll. Sekarang puternya meneladan dia jadi Dokter Gigi. Pesis seperti JULIA SUWARGO yang puteranya juga Dokter Gigi.