Badai itu harus dinikmati
Pagi itu RS sangat sibuk. Jam 9:32 wib seorang pria tua (70-an) hadir untuk membuka jahitan pada luka di ibu-jarinya. Petugas menyiapkan berkas, memintanya menunggu, sebab semua dokter sibuk, mungkin dia dapat ditangani setidaknya 1 jam lagi. Sewaktu menunggu, pria tua itu gelisah, sebentar2 lihat jam tangannya.
Sambil menangani luka, petugas tanya “Apakah bapak punya janji lain hingga buru-buru..?”
Lelaki tua itu ” Tidak, Cuma mau ke RS jompo utk makan siang sama istri”, seperti dilakukan sehari-hari.
Dia cerita istrinya dirawat di sana sejak beberapa waktu karena mengidap penyakit Alzheimer.
Lalu ditanya “Apakah ibu akan marah kalau bapak datang terlambat”.
Bapak ” istriku sudah tidak lagi dapat mengenaliku sejak 5 tahun terakhir…”
Petugas terkejut dan berkata, “Bapak masih pergi ke sana tiap hari walau istri Bapak tidak kenal lagi?”
Dia tersenyum, tangannya menepuk tangan petugas sambil berkata,
“Dia memang tidak mengenali saya, tapi saya masih mengenali dia kan?”
Petugas itu menahan air mata sampai bapak tua itu pergi, dia masih tetap merinding.
Cinta kasih seperti itulah yg kita mau di dalam kehidupan Cinta sesungguhnya ygp tdk bersifat fisik atau romantis. Cinta sejati adalah menerima apa adanya yg terjadi saat ini, yg sudah terjadi, dan yg akan terjadi.
Pengalaman ini menyampaikan pesan penting : Orang yg paling berbahagia tidaklah harus memiliki segala sesuatu yg terbaik, mereka hanya berbuat yg terbaik dgn apa yang mereka miliki. Hidup bukan sekadar berjuang menghadapi badai, tapi menikmati badai itu, dengan bersyukur. (Sri Partuti Ismorini)-FatchurR
Leave a Reply