mBah Siti bersemangat menjual Rempeyek Undur-Undur(1/2)
(dream.co.id/orbit)-Usianya tidak lagi muda. Keriput memenuhi sebagian besar kulit tubuh, mulai dari wajah hingga kaki. Pun dengan rambut yang sudah sepenuhnya memutih.
Kulit keriput itu warna coklat gelap, pertanda kerap tersengat matahari. Namun, Mbah Siti tidak pernah mau berhenti dari kebiasaannya berjualan peyek undur2, serangga yang berjalan mundur dengan habitat hidup di lahan pasir.
Setiap hari, Mbah Siti menempati salah satu sudut tempat parkir Pantai Parangtritis. Dia memulai aktivitas berdagangnya dengan berangkat pada pukul 05.00 WIB dari rumahnya menuju kawasan wisata pantai yang terkenal di Bantul, Daerah Istimewa Yogya.
Mbah Siti duduk dan menjajakan dagangannya hingga terjual semua. Sembari menunggu pembeli, Mbah Siti mengusir kejenuhan dengan bercengkrama bersama teman2nya. Tatkala ada calon pembeli, Mbah Siti berusaha menawarkan dagangannya. Peyek undur2, peyek teri, peyek kacang hijau, hingga kacang rebus. Dia patok harga murah. Hanya Rp2.000 setiap bungkusnya.
Meski peluang dagangannya terbeli tidak terlalu besar, senyum selalu merekah pada bibirnya. Senyum ini seperti pertanda Mbah Siti tak mau menyerah pada usia dan terus berusaha. Saat jarum jam menunjuk 10.00 WIB, Mbah Siti mengakhiri aktivitas dagangnya. Biasanya, pada jam itu dagangan yang dijajakan Mbah Siti sudah ludes terjual.
Tetapi, ada kalanya Mbah Siti pulang dengan sedikit kecewa setelah seharian berdagang. Mbah Siti pernah pulang hingga sore hari selama sepekan penuh lantaran dagangannya tidak habis. Namun, senyum tetap ada di wajah yang renta. Dalam hatinya, ada keyakinan rezeki mungkin akan tiba keesokan harinya. (Bahan dari : https://www.dream.co.id/orbit/semangat-pantang-menyerah-mbah-siti-penjual-peyek-undur-undur-1605279.html)-FatchurR *