Berharap Ludruk Bisa Terus Dilestarikan
Semipro tahun ini kembali diramaikan dengan pagelaran ludruk tradisional. Bertempat di lapangan Wonoasih, Kamis malam (19/6) tepat pukul 21.00 WIB Ludruk Karya Damai yang beranggotakan Mukadi cs menghibur masyarakat dengan lawakannya. Sebelum menginjak ke acara utama, Mukadi cs tampil dengan menekankan tentang budaya ludruk tradisional yang mulai punah. Tak lupa,
mereka juga berterima kasih atas penyelenggaraan Semipro yang menjadi wadah bagi para seniman ludruk untuk melestarikan ludruk tradisional. Kisah ini menceritakan Mukadi yang merupakan penggemar ludruk ingin berguru pada Yudi. Yudi pun menyambut baik minat tersebut dan menjelaskan bahwa ludruk terdiri dari tiga sesi yakni ngidung, remo, lawak dan cerita. Gelak tawa masyarakat pun menguak ketika Mukadi yang ingin belajar remo harus berperan sebagai wanita. Tak pelak hal ini membuat masyarakat yang hadir malam itu tertawa.
Pada acara utama, Ludruk Karya Damai mengisahkan perjalanan cinta dua orang kekasih yang berjudul “Ketemu Jodoh”. Kisah ini menceritakan perjalanan cinta Ayu, seorang gadis kaya dan Agus, seorang pemuda miskin yang merupakan pembantu Ayu. Awalnya cinta mereka dihadapkan pada sebuah perbedaan yang membentang diantara mereka yakni status sosial antara si kaya dan si miskin. Namun atas usaha mereka untuk mempertahankan cintanya, mereka akhirnya bisa bersatu dan menikah.
Seniman ludruk Kota Probolinggo, Mukadi menyampaikan rasa terima kasihnya pada pemkot Probolinggo atas kesempatan yang diberikan pada gelaran Semipro 2014.
“Saya ingin pemerintah bisa melestarikan budaya ini agar anak cucu kami nantinya tahu tentang budaya ludruk ini. Selain itu, kasihan seniman tradisi yang bermata pencaharian sebagai pemain ludruk karena ludruk sudah mulai punah,” tuturnya di sela-sela pagelaran ludruk.
Malam itu ia juga menyampaikan harapannya agar pagelaran ludruk bisa diselenggarakan di tempat lain, tidak selalu di lapangan Wonoasih. “Saya berharap mungkin tahun depan (ludruk) bisa main di tempat lain. Selama ini hanya di Wonoasih padahal di Kedopok maupun wilayah lain juga ada lapangan yang bisa digunakan,” pungkasnya. (fien)
(Sumber : http://humasprotokol.probolinggokota.go.id/index.php/en/component/content/article/28-pariwisata/335-berharap-ludruk-bisa-terus-dilestarikan.html)-BRX