Probolinggo 3x Raih Rekor MURI
Untuk ketiga kalinya Pemkot Probolinggo mendapat penghargaan Museum Rekor Indonesia (MURI). Jumat (8/8) lalu, kota yang pernah meraih Rekor MURI untuk pembuatan batik terpanjang dan kerajinan daur ulang dengan peserta terbanyak ini, kembali menorehkan prestasinya lewat pembuatan biopori dengan peserta terbanyak. Yakni, 15.000 lubang resapan yang dikerjakan oleh 15.000 orang. Mereka, para peserta yang terlibat, berasal dari unsur warga yang tersebar di 600 rukun tetangga (RT) dan partisipan dunia usaha.
Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Probolinggo, Budi Krisyanto menjelaskan, acara yang dipusatkan di TPA Berstari, Jl. Anggrek, pukul 09.00 WIB ini merupakan bagian dari pelaksanaan penguatan komunitas dan sinergitas program menuju Kota Probolinggo yang berkelanjutan.
“Agenda kali ini merupakan bagian dari agenda pelaksanaan penguatan komunitas dan sinergitas program menuju Kota Probolinggo yang Berkelanjutan, Beketahanan Iklim dan Berdaya Saing serta Gerakan Aksi Untuk Lingkungan (GAUL) Kementrian Lingkungan Hidup dan Semangat Masyarakat Sadar Lingkungan (SMS Darling),” ungkap pria yang akrab disapa Budi Kris ini.
Dihadiri langsung oleh Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya, acara ini dihadiri pula oleh Walikota Probolinggo Hj. Rukmini Buchori dan Sekdakot Johny Haryanto; perwakilan FKPD, Kepala BLH Provinsi Jawa Timur, perwakilan MURI, Miss Earth Indonesia, ketua organisasi wanita dan seluruh kader lingkungan yang ada di Probolinggo.
Sebagaimana diketahui, pada 2013 lalu, masih merupakan bagian dari GAUL, Pemkot Probolinggo telah menggelar ajang pembuatan kerajinan dari bahan daur ulang yang diikuti oleh 1.141 peserta dan tercatat sebagai Rekor MURI dengan No.6063/R.MURI/VII/2013.
Kenapa tahun ini dipilih biopori? Lebih lanjut, Budi Kris menjelaskan, lubang resapan biopori merupakan upaya sederhana yang bisa dilakukan siapa saja dan kapan saja, namun memiliki manfaat luar biasa besar untuk lingkungan.
“Untuk meresap air, mencegah genangan air dan banjir, menambah cadangan air tanah, mengatasi kekeringan, mempermudah penanganan sampah dan menjaga kebersihan lingkungan , mengurangi emisi gas rumah kaca, sekaligus juga dapat meningkatkan ketahanan lingkungan dari dampak perubahan iklim,” jelas Budi Kris di hadapan para undangan yang hadir
Hal senada juga diungkapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya ketika dirinya didaulat untuk memberikan sambutan. Balthasar mengatakan, “Persoalan lingkungan tidak dapat dilihat sebagai suatu hal yang berdiri sendiri, namun terkait oleh perilaku manusia terutama dalam memenuhi sambutannya.”
“Aksi ini diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran dan perubahan perilaku masyarakat bahwa lubang resapan biopori dan pengolahan sampah, jika dipadukan tidak hanya berdampak bagi lingkungan karena dapat mengurangi timbulan sampah, mengurangi efek gas rumah kaca, tetapi juga sekaligus dapat meningkatkan ketahanan lingkungan dari dampak perubahan iklim,” lanjut Balthasar.
Di akhir, pada kesempatan itu pula Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya meninjau pameran produk daur ulang, termasuk menyaksikan penyerahan sertifikat rekor MURI untuk 2 kategoria yang diraih Kota Probolinggo, yaitu pemrakarsa dan penyelenggara. (tby)
Sumber:
Leave a Reply