Eka Tjipta-Jangan lihat suksesnya saja(3/4)

eka tjipta widjaja(disway.id/eka-tjipta)-Lalu ia pelajari: untuk apa orang beli semen. Ternyata banyak yang dipakai untuk membangun kuburan. Kuburan Tionghoa.

 

ETW mencari siapa tukang makam terbaik. Ia ajak joint. Ia beri ‘saham’ 20%. Hasilnya menggembirakan. Dalam setahun bisa membangun 8 makam. “Bagian depan makam dekat bandara Makassar itu saya semua yang bangun,” katanya. Nilai semennya lebih tinggi daripada dijual dalam bentuk semen.

 

Dari bisnis rongsokan itu ETW bisa menabung Rp 20.000. Waktu itu harga rumah tembok Rp 1.000. Stock rongsokannya habis. ETW ingin bisnis minyak goreng. Ia tahu pusat penghasil minyak goreng: Selayar. Sebuah pulau di Selatan Sulawesi. Perlu naik kapal satu malam penuh untuk ke sana.

 

Ia berangkat. Semua tabungan dibawa. Diikatkan di pinggang secara merata. Ia tahu tidak bisa beli secara tunai. Di Selayar ia bisa kulakan 4.000 kaleng minyak goreng. @18 liter. Ia dapat diskon 20%. Karena bayar kontan.

 

Ia mabuk. Tidak mampu berdiri.

Waktu kapal tiba kembali di pelabuhan Makassar. Ia harus pegangan tiang listrik dulu. Lama. Sebelum bisa berjalan tegak. “Mabuk tapi hati gembira. Semangat sekali,” katanya. Baru beberapa hari di Makassar keluar peraturan pemerintah Jepang. Penjualan minyak goreng hanya boleh dilakukan pihak Jepang. Milik swasta harus diserahkan. Dengan harga dipatok. Rp 1,5/liter.

 

ETW, yang waktu itu namanya Ek Tjhong, bangkrut kedua kalinya. Masih muda merasakan ‘jatuh’ 2x. Hidup pun susah. Untuk semua orang. Ber-bulan2 tidak makan roti. Bukan  tidak punya uang tapi sulit mendapatkan roti. Beli roti harus antre. Satu orang dibatasi maksimal dua roti.

 

Hari itu ia ingin beli roti. Ia antre. Beli dua. Tapi diberi satu. Ia marah. Tetap tidak diberi. Ia lemparkan roti yang di tangannya ke muka penjualnya. Ia ngeloyor pulang. Hatinya mendidih. Dendam. Tekadnya bulat: ingin bikin pabrik roti.

 

Berhari-hari ia cari tahu: siapa juru masak pabrik roti itu. Ia datangi rumahnya. Ia bawakan oleh2 untuk istrinya. “Kalau saya tidak bawakan oleh2 bisa2 tidak boleh masuk rumahnya” katanya bergurau. Ia tawarkan gaji 2x lipat. Dari Rp 15 ribu sebulan ke 30 ribu. Tawaran diterima dengan senang. Tapi baru bisa bulan berikutnya. Ia tidak mau kehilangan gaji sebulan itu.

 

ETW tidak sabar. Dendamnya membara. Langsung saja dikeluarkan jurus pamungkasnya: ia bayar gaji yang sebulan itu. Pabrik rotinya maju. Tapi sulit mendapatkan gula. Beli gula harus antre. Satu orang hanya boleh antre untuk 1 kg. ETW cari pengantre bayaran. Tujuh orang. Satu bulan bisa dapat 10 ton. ETW merinci. Berarti satu orang antre di 40 tempat sehari.

 

Eka jadi kaya kembali. Ia berani beli mobil. Rp 70 ribu harganya. Tapi harus inden. Mobilnya baru tiba 6 bulan kemudian. Saat itulah temannya kesusahan. Perlu uang. Menyerahkan mobilnya. Hanya dengan harga Rp 30 ribu. Jadilah ETW punya dua mobil. Menjadi orang yang terpandang.

 

Waktu meninjau bekas sekolahnya dulu sang kepala sekolah sendiri yang membukakan pintu mobilnya. ETW banyak menyumbang ke sekolah itu. Lalu terjadilah perang kemerdekaan. Keadaan kacau. Jalur logistik putus. Pasukan bahan baku macet. ETW bangkrut lagi. Untuk ketiga kalinya.

 

Sekali lagi Eka tidak mau meninggalkan utang. Ia yakin kepercayaan adalah modal terpenting. Dengan kepercayaan ia yakin pasti bisa bangkit lagi. Kelak. Ia jual yang bisa dijual cepat. Termasuk dua mobil kebanggaannya. Ia kembali naik sepeda.

 

Saat bangkrut yang ke-3 itu ETW merasa sakit. Bukan soal hidup susah lagi. Tapi soal harga diri. Orang yang dulu membukakan pintu mobilnya pun tidak mau menyapanya lagi. Bahkan melengos saat disapa. Ia sampai malu keliling Makassar dengan sepedanya. Ia merasa semua jari menuding ke mukanya.

 

ETW tidak tahan lagi. Dirinya terhina. Ia minggat dari Makassar. Menuju Malino. Daerah pegunungan sekitar 60 km dari Makassar. Ia habiskan waktu di situ. Dengan membaca. Ia gemar membaca. Enam bulan Eka retreat di Malino. Baru hatinya dingin. Ia kembali ke Makassar. Ingin mengerjakan apa yang bisa dikerjakan. (Yong Sidharta-A61; sumber dari dahlan iskan; Bahan dari : https://www.disway.id/eka-tjipta/)-FR * Bersambung……….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Langganan Artikel Gratis
Dengan mendaftarkan alamat email dibawah ini, berarti anda akan selalu dapat kiriman artikel terbaru dari Alumnimaterdei

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Anda pengunjung ke
UD. Setiadarma
Best PRICE, Best QUALITY & Best for YOU! Setiadarma

UD. Setiadarma-Surabaya Sidharta Krisnamurti HP. 08165419447

Percetakan Offset Sidoyoso
Jl. Kedung Cowek 205 Surabaya (0351) 3770001-3718318 Fax. 3763186
Bosch
Bosch Jl. kedungsari 117-119 Surabaya Telp. (62-31) 5312215-5353183-4 Fax. (62-31) 5312636 email: roda_mas888@yahoo.com
Download Buletin Media Alumni Edisi 2
Buletin-MA-utk.-Widget Buletin Media Alumni bag. 1, kilk disini Buletin Media Alumni bag. 2, klik disini buletin Media Alumni bag. 3, klik disini
Alamo
alamo
Download Buletin
buletin-IAMDP 8 Download Buletin klik pada Gambar
Sahabat kita